Tanpa Kabar

1.4K 79 4
                                    

Sudah hampir sebulan lamanya Kinan dan Kev tidak saling bicara, tidak ada komunikasi,

Dan diantara mereka tidak ada satu pun yang mau mengalah, tidak ada satu pun yang mau memulai duluan percakapan.

Kinan sibuk dengan pekerjaannya, Kev pun begitu.

Kinan di tengah jam pekerjaannya, dia teringat kejadian di kantor saat itu.

Mbak Gendis memegang beberapa lembar yang diberikan Kinan,

Dia memakai kacamata dengan frame berwarna merah,

Dia membaca dengan intens dan hati-hati, mengartikan setiap kata per kata, wajahnya terlihat,

Terlihat,

Sulit ditebak, keningnya menekuk, mulutnya melengkung kebawah.

Kinan memainkan dua jari tangannya, dia gugup, apa Mbak Gendis akan menyukainya atau tidak.

"Kinan"

"Iya Mbak"

Kinan khawatir, dia menunduk masih memainkan kedua jemarinya diatas pangkuan paha itu,

"Suka!"

"Apa Mbak?"

"Ya, saya suka---

Perkataan Mbak Gendis, dia bediri dari kursi disebelah Kinan, jalan memutar menuju meja kantor kebesarannya, dan mengambil kacamata dihidung mancung itu diangkatnya keatas, dilayangkan kacamata itu ke atas kepalanya.

--- seperti kataku Kinan, aku suka, dan tulisan ini siap di cek oleh Ratna dan siap cetak."

Lalu Mbak Gendit menatap Kinan lama. Dia memperhatikan lekat wajah Kinan yang tersenyum simpul,

"Apa kau baik-baik saja Kinan?"

"Eh-oh ya Mbak, aku baik-baik saja"

"Yakin? Atau"

"Apa Mbak"

"Kau mulai menyukainya? Atau mungkin lebih?" tanya Mbak Gendis penasaran.

"Hehe, apa sih Mbak, kenapa jadi bahas dia, sudah aku mau pulang, aku mau packing dulu."

"Memang kamu mau kemana Kin?"

"Athena Mbak, ada seminar disana."

"Oke baiklah, be saved."

"Terima kasih Mbak."

Kinan melangkahkan kakinya menuju Pintu, di ambang pintu langkahnya terhenti,

"Kin"

"Ya"

Kinan menoleh,

"Maafkan Mbak Kin, tapi memang ini sudah seharusnya, dan untuk komisimu akan di transfer lebih." senyum Mbak Gendis.

"Bye Mbak."

"See you."

.
.
.

09.00

Klinik

Kinan duduk diatas kursi, dia sibuk memainkan ponsel sembari menunggu pasien pagi ini dipanggil oleh suster Ana,

Tanpa sadar, sudah ada perempuan duduk didepannya, suster Seno pun berdeham, memberikan kode bahwa praktek dimulai,

"Dok, ehem!"

"Eh iya sus."

"Pasien." ucap suster Seno melirik kearah pasien yang sudah duduk manis disebrang meja Kinan,

"Kamuuuu..?!"

"Pagi Dok, saya mau konsul."

"Silahkan rebahan disini Mas, eh-Mbak." ucap kagok Seno yang melihat penampilan manusia dihadapannya.

"Ah tidak masalah saya dipanggil Mas sus. Saya lebih suka dipanggil itu
kok." senyum manis seseorang itu, berlalu dan merabahkan tubuhnya diatas kasur.

"Ada apa kamu disini, apa tujuanmu?"

Seno melihat Kinan bingung, sambik sibuk menyiapkan peralatan medis yang diperlukan untuk wajah pasien.

"Hei, aku juga pasien kalau kau tahu."

"Dan kau tau darimana aku disini."

Kinan memutar jalan, dan duduk dibelakang kepala pasien itu mulai menggunakan kaca mata dan memeriksa wajah pasien.

"Kev kacau Kin." lalu tangan Kinan terhenti.

"Dia mengurung di apartemennya, dan dia tidak melakukan pekerjaannya, dia sangat kacau!"

"Seno. Tolong peeling. Kulit pasien kering dan diperlukan cream wajah F4, dan .."

"Dia sangat mencintai mu Kin. Tolong kembalikan sahabatku."

Lalu Kinan diam, Suster Seno pun diam. Menyimak pembicaraan kami yang tidak tahu arah.

"Sudah Jack, cukup, aku tidak mau membahasnya."

"Harus Kin, kau akan selalu menemukanku. Sampai kau memberikan kesempatan pada sahabatku."

"Maaf Mas tolong tutup matanya, ini dingin ya." ucap Seno memberikan piring kecil dengan kuas diberikannya ke Kinan, dengan nafas panjang Kinan tetap melakukan pekerjaannya.

"Jam berapa kau pulang, kita ke apartemen Kev sama-sama."

"Aku tidak bisa, aku harus ke Athena besok."

"Apa! Berapa lama?"

"Sepuluh hari, aku ada seminar disana."

"Ah gila Kin! Dia bisa mati!"

"Yasudah mati saja!"

"Kau jahat sekali!"

"Dia pun begitu, lagian kenapa bukan dia yang mendatangiku malahan kamu?"

"Aku kesini bukan karena suruhan dia Kin, aku kesini karena keinginanku sendiri."

"Terus?" ucap Kinan memberikan kembali mangkuk kecil dan kuas ke arah Seno, dan mulai membantu Kinan melepas sarung tangan plastiknya.

"Disini situasinya kau yang salah Kin, tolong lah mengalah sedikit."

"Tidak! Aku anggap semua berakhir. Walau tidak ada kata itu diantara kami."

Lalu Jack bangun dari tidurnya sedikit meringis karena merasa wajahnya perih

"Jadi pasien Jack, rutinlah memakai cream muka yang aku berikan karena wajahmu kusam dan kering." kata Kinan.

"Tutup mata mas, saya akan membersihkannya terlebih dahulu." ucap Suster Seno merebahkan kembali wajah Jack ke atas kasur, menyemprotkan cairan dan melap dengan kapas bulat kecil.

"Kin~~~"

"Emm.."

"Dia sangat menyayangimu."






Bersambung,
















...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang