Epiloge

1.7K 79 19
                                    

[Kinan]

Kenapa rasanya bisa sesakit ini? Membiarkan tubuh ini untuk di caci, dengan cercaan semua orang yang pembenci.

Ketika logika berkata "Tidak"
Kenapa hati ini berteriak, dia memberontak untuk berkata "Iya"

Terkadang menjadi anak kecil itu lebih menyenangkan, semua orang menganggap perkataan mereka hanyalah celotehan berasal dari hati, tanpa ada rasa takut menyakiti orang lain atau menyinggung.

Anak kecil itu lepas dan bebas,

Berbeda dengan orang dewasa, selalu pintar menyimpan rasa, emosi, marah, cemburu, apalagi egois, malahan orang dewasa selalu saja bisa menampakkan ketegarannya, kekuatannya didepan orang banyak,

Tetapi ketika kalian bertanya mengenai perasaannya, kamu mungkin akan terkejut,

Karena orang dewasa, lebih sabar dan tenang dalam menyingkap masalah, menekan rasa egoisnya, cintanya, kesakitannya demi orang lain,

Walau terkadang kebaikan itu suka disalah artikan dengan oranglain, dianggap kekanak kanakan atau hanya mencari perhatian.

Dada ku terasa sesak, nafas ku terhenyak, jantungku selalu berdetak melebihi ritmenya.

Mataku selalu berair,  menahan bendungan agar ini tidak terjatuh,

Aku melihat tapi aku berpura-pura menjadi buta, aku mendengar tetapi aku menutup telinga, aku bisa bicara tapi aku terlalu takut, takut mengatakan,

"Aku mencintaimu, aku sayang padamu, aku tidak bisa kehilanganmu."

Dimana aku selalu memikirkan pendapat orang lain daripada perasaan aku sendiri,

Gila!

Aku hidup bersosialisasi, aku hidup ditengah masyarakat, aku pun adalah panutan untuk diriku sendiri dimaba tidak ada satupun yang dapat aku idolakan.

Sudah kesekian kalinya aku menyakitinya,

Dan kali ini pun juga,

*suara bel apartemen

Aku mengintip di lubang kecil pintu, aku melihat Kev berdiri dengan tampannya, membawa sebucket bunga dan sekotak es krim,

Strawberry,

Rasa kesukaanku.

"Pergi Kev, biarin aku sendiri."

"Kasih aku kesempatan lagi sayang. Aku mohon, tolong jangan begini."

"A-aku belum siap."

"Aku akan menunggu sayang, gak masalah asal aku bisa melihatmu, itu cukup."

"Kev pergii."

"Itu kah maumu?"

"Apa."

"Kau mau aku pergi?"

"Ya!!"

Lalu desahan panjang, "Baiklah, kalau itu mau kamu, aku akan menurutimu, bukan karena aku menyerah, tapi karena aku menghormati kemauan dan aku sangat sayang sama kamu."

Kev pergi, sebelumnya dia menaruh dua barang bawaannya didepan pintu apartemen Kinan.

Bisa dibilang, mungkin itu adalah hari ulang tahun Kinan, hari terakhir dimana Kinan melihat sosok Kev dalam hidupnya.

Lalu tubuh Kinan ambruk, dia bersandar di punggung pintu. Dia meringkuk, dalam kepala yang menunduk dia menangis.

Keputusanku bulat dan keputusan aku benar

Kinan ambruk, pada akhirnya tubuh kokok itu goyah, benteng yang dibangunnya roboh seketika,

Pecahan gelas itu sudah menjadi kepingan, jangan pernah menyentuhnya atau kamu akan berdarah,

Dia merintih kesakitan, menangis, yang dia tangisi bukanlah perasaannya, mengenai perasaab kev saat ini, dia menangis karena Kev tersakiti, bukan disebabkan oleh oranglain tapi oleh dirinya sendiri.

Jika memang cinta hanya untuk kaum adam dan hawa, kenapa ada rasa ini? Salah? Atau benar?

Cinta dapat dikatakan kasta misterius, dimana semua tiba tiba dan tidak bisa ditebak,

Jangan tanyakan 'kenapa'

Karena alasan itu memang tidak ada.

Jangan katakan 'bagaimana'

Karena jawabannya selalu tidak ada.

Aku kangen kamu Kev, sangat!

Ayo Kinan bongkar logikamu, tendang mereka yang membenci hubungan yang selalu dipandang sebelah mata,
Enyahkan peraturan, norma-norma yang ada,

Sekali saja Kinan, cukup sekali saja,

Buat dirimu bahagia,

Kamu berhak untuk itu!

.
.

Lalu Kinan bangun dari terpuruknya, jam sudah menunjukkan jam 16.52,

Kinan berdiri menganbil kunci mobil dan jaketnya, segera menghubungi Kev, kelasih hatinya, bukan kekasih, tapi seseorang yang terpantri, permanen dihatinya,

"Shit! Pick up Kev!!"

Lalu Kinan keluar dari apartemen dan berlari menuju apartemen Kev,

*sambungan telepon

"Jack! Lama sekali kamu angkat teleponku!! Kau dimana? Bantu aku, temani aku ke apartemen milik Kev."

Ujar Kinan sambil menyetir dengan satu tangan, tangan satunya lagi memegang ponsel ke telinga Kinan,

Disana tidak ada jawaban dari Jack, hanya bunyi suara nafas disana,

"Jack!! Kenapa diam?" tanya Kinan tidak sabaran,

"Telat Kin."

"Apa?!"

"Terlambat."

Lalu Kinan sedikit kesusahan jalanan depan sedikit berbelok, lalu Kinan menaruh ponselnya sebentar di jok kursi sebelahnya,

Lalu mengambilnya kembali,

Dan,

"Kev sudah pergi Kin."

"Apa? Kemana?! Bukan saat yang tepat untuk bercanda Jack, aku serius!"

"Apakah suaraku terdengar becanda?"

"YA!!"

"Kev seharusnya sekarang sudah dibandara, dia balik ke Inggris Kin."

Lalu mobil Kinan mendecit, ban itu menggesek kencang jalanan aspal,

Kinan menginjak pedal rem cukup dalam, air mata itu lagi lagi jatuh,

Penyesalan,

Kata yang tepat untuk sekarang,

"Apa maksudmu Jack?!"

"Kev seharusnya sudah take off sekarang, dia sudah tidak ada di Indo lagi Kin, dia udah gak ada di Jakarta lagi."

"A-aku belum mengatakan perasaanku padanya Jack,---

Kinan menangis. Berharap, dadanya sesak, dia menunduk,

Tidak perduli dengan bunyi klakson yang menderu diluar kaca mobil. Memaksa mobil Kinan untuk minggir paling tidak kembali berjalan lagi,

Jalanan itu macet karena Kinan,

--- aku ingin dimiliki olehnya Jack, aku telat!"

"Maafkan aku Kin, itu kehendak Kev, katanya kau yang menyurunya pergi."

*DEG

Kalimat terakhir yang dibenarkan oleh Kinan,

Kau yang menyuruhnya pergi

Sisanya, penyesalan, menangis, merintih, perih, menunggu dan mencintai dari jauh.














End

...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang