20 - Almost

783 127 26
                                    

"Lisa...sudah bangun?"

"Mmmnnghhmmmmm"

Cuma itu suara yang bisa gue keluarin. Mulut gue disumpal sama kain, tangan gue diiket, kaki gue juga.

Gue ga bisa gerak dan ini menyakitkan.

"Kamu tau ga, dulu Sana ga perlu saya ikat. Walaupun awalnga terpaksa, dia ketagihan juga. Intinya, ya jangan terlalu menolak. Biar makin enak. Hehe."

Sana?

Maksudnya????

Bangsat!

Gue baru paham keadaan apa yang lagi gue hadapin.

Tap

Tap

Tap

Lekaki bajingan itu mendekat ke arah gue. Terus, dia merendah dan jongkok di sebelah kaki gue.

"Kamu cantik. Saya suka."

YA BODO AMAT ANJ GUE GA SUKA. INI GIMANAA???

"Mmmmmnggmmmmm"

Wajahnya makin dekat.

Gue merem dan gerak sekuat tenaga. Apapun gue lakuin asal bisa lepas. Tapi ikatan ini kuat banget.

Gue ga tau dia ngapain sekarang. Yang pasti kulit pipi gue bisa ngerasain napasnya.

"Nnnggmmmmm!!!"

PLAK

Dia baru aja...nampar gue?

Sekarang gue lebih tenang. Tapi pipi gue rasanya panas.

Tangan kotornya ngangkat dagu gue. Mau gak mau wajah kita berhadapan.

"Saya sudah bilang. Jangan terlalu menolak. Nikmati saja."

Gue baru sadar kalau seluruh tubuh gue berkeringat karena takut.

Jantung gue berdetak lima ribu kali lebih kencang.

Biasanya gue ga lemah kayak gini.

Tapi, gue ga pernah ada di situasi kaya gini. Gue bener-bener takut.

Gelap. Dan, tenaga gue ga akan cukup ngelawan dia.

Hanbin, lo di mana?

Pipi gue terasa basah karena air mata gue sendiri.

Ya Tuhan, gue bener-bener takut.

Gue merem lagi. Napasnya tepat di depan bibir gue.

Gue mau menghindar tapi tangannya mencekram leher seakan-akan gue lagi dia cekik.


















TOK TOK TOK

"Ada orang di dalam?!"

Gak Naik Kelas +kim hanbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang