"Dengan ini saya nyatakan kalian sah sebagai suami istri."
-Bandung, 23 Feb 1951-
Riuh suara tepuk tangan serta iringan gelak tawa penuh suka cita yang memenuhi rumah kecil ini.
Bukan acara besar, hanya sebuah perayaan kecil. Hitung hitung sebagai ucap syukur padaNya.
Sejak pagi, wajahku tak hentinya terus tersenyum sembari mengucapkan terimaksih pada setiap tamu yang datang.
Memang hanya teman dan keluarga, tapi tetap saja terasa menyenangkan. Tentu orang tuaku juga datang.Entah bujuk rayu apa yang ibu berikan pada ayah, hingga beliau merestui hubungan kami. Ku tengok sekilas wajah ibu yang nampak menahan air matanya.
"Jadi istri yang baik ya nduk, jangan melawan apa kata suamimu, kalau sempat pulanglah kerumah, ibu rindu."
Bibirnya terus berbisik disela isak tangisnya. Sementara ayahku, terlihat asik mengobrol dengam Dhani.
"Sudah sah sekarang, jadi kalau saya mau peluk sudah bolehkan?"
Lelaki ini masih saja suka menggoda dan pipiku pasti sudah memerah sekarang.