🐭Dua belas🐹

73 13 11
                                    

Ku tuangkan rasa ini,
Dalam secarik kertas,
dan dalam kata-kata yang bermakna.

Dalam diam aku mengaguminya,
Merasakan ada yang berbeda,
dengan diriku!
Berbisik dalam doa,
dengan menyebut nama nya!

Aku tak ingin seperti 'embun'!
Yang hilang diterpa angin!
Menghilang tanpa jejak!
Menjauh entah kemana.

Aku ingin mencintainya
Lebih dari sekedar makna
Yang tak dapat diuraikan

Berbisik pada celah-celah.
Mana kala hatiku,
selalu ingin mencurahkan isi hatinya.

Kuatkah hati ini?
Sampai kapan aku bertahan?
Dalam diam, dan sepi yang kurasakan!

Nicholas Adibrata Artamanggala~
09 November 2017


***

Dengan langkah gontainya, ia memasuki kamar mandi. Ia ingin bergegas ke sekolah, tak seperti disekolah lamanya! Ia malah sangat bersemangat 45 berangkat ke sekolah di hari Sabtu, seperti ada energi yang sangat dahsyat di sekolah.

Ia keluar dari kamar mandi, dan sudah menggunakan pakain olahraga. Ia sangat ingin masuk ekstrakurikuler basket.

Sejak kecil ia memang suka dengan benda bulat itu, ia juga sangat lihay bermain bola itu.

Ia mengembangkan senyum manisnya, sangat terlihat ketampananya dari berbagai arah. Tak bisa diragukan lagi, ketampanan seorang Nicholas Adibrata Artamanggala!

"Udah jam setengah tujuh! Bisa bisa gue telat ini!"

Niko merutuki dirinya sendiri, sebenarnya ia telat bangun pagi ini, karena semalam ia bergadang dengan dua pria yang tak kalah tampan dengannya.

Jam satu malam ia baru tidur, ia juga lupa kalau keesokan harinya ia harus mengikuti ekstrakurikuler.

Niko menuruni tiap anak tangga. Niko menghampiri keluarganya yang berada di meja makan.

"Niko berangkat ya,"

"Nggak sarapan?" tanya Sela yang sudah hafal dengan sikap anak bungsunya.

"Nggak ma. Niko pulang agak malem deh, mau kerumah Antonio,"

"Yaudah, hati-hati."

Niko menyalami kedua tangan orang tuanya. "Curut Belanda ke mana?"

"Dah berangkat, anak rajin mah beda!" sindir pria muda itu.

"Cih, kek lo sendiri rajin aja!"

Niko langsung menyeruput segelas susu milik kakak tercintanya itu. Rendra hanya mendengus kesal dengan tingkah adiknya yang lama-lama membuatnya ingin darah tinggi.

Niko tersenyum licik ke arah pria muda itu, sambil menepuk pipinya.

"Thanks cogan, gue suka susu lo." ucap Niko sembari mengedip-ngedipkan matanya.

Rendra bergidik ngeri dengan tingkah adiknya, yang bisa dibilang kurang waras itu.

Riza melihat tingkah anak bungsunya saat memasukan makanan kedalam mulut, belum berniat untuk mengunyahnya, ia masih saja menganga dan tak berkedip sama sekali melihat peristiwa yang beberapa menit diputarkan.

Not perfect TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang