"Sehebat apapun kamu memperjuangkan, jika dia tidak ditakdirkan untukmu, dia akan pergi pada waktunya,"
Pagi yang cerah untuk memulai hari yang baru.
Hari yang paling di benci oleh seluruh murid SMA Merah Putih. Ya hari ini adalah hari Senin, dimana di hari ini upacara akan dilaksanakan. Sebenarnya upacara itu bagus untuk kesehatan dan ingatan kita atas jasa-jasa para pahlawan. Tapi bagaimana jika amanat pembina upacaranya paaaaaaaaaannjaaaaang kali lebar tapi nggak ada sangkut pautnya dengan sekolah ataupun murid-muridnya. Rasanya behhh, 'Membosankan'.
Tetapi beda dengan satu siswi ini. Siswi pandai yang memiliki paras cantik. Dia malah bersemangat akan amanat pembina upacara itu, ia selalu memikirkan dalam-dalam pesan yang disampaikan oleh pembina upacara.
Mikhaela Amartha Hendrikson, siswi pandai yang selalu memaknai satu demi persatu kata.
"Pagi Pa, Bun." sapa gadis cantik itu.
"Pagi juga sayang," jawab Mila-bunda Mikha, dan Adam-Papa Mikha.
"Gue nebeng lo ya, dek?" pinta Mevia kembaran Mikha.
"Yo!" jawabnya sambil mengoles selai pada rotinya.
Mikhaela Amartha Hendrikson anak ketiga dari pasangan Adam Hendrikson, dan Mila Elda Hendrikson.
Ya, Mevia Anggraeni Hendrikson adalah kembaran Mikha. Mevia adalah kakak dari seorang Mikhaela, mereka berjeda 3 menit, tetapi mereka tidak kembar identik. Dan Gavin Erlangga Hendrikson adalah anak pertama dari keluarga Hendrikson, ia memiliki paras yang mempesona, terkadang teman-teman Mikha dan Mevia jatuh hati pada Gavin.
"Emang kemana motor lo?" tanya Gavin menimpali ucapan Mevia.
"Bengkel," jawab Mevia sambil cemberut.
Mikha malah sudah bersiap-siap untuk berangkat sekolah.
"Jadi ikut gue gak lo?" tanya Mikha yang sudah memakai tasnya.
"Buru-buru amat sih lo dek, ini tu hari Senin, dan gue males dateng pagi-pagi di hari Senin" jawab Mevia sambil melahap roti.
"Bersyukur lo ditebengin, dari pada naik kopaja. Pilih mana lo?" timpal Gavin sambil cengar-cengir. "Iya-iya bawel amat sih lo jadi kakak gue" jawab Mevia sambil cemberut.
Mevia buru-buru menghabiskan rotinya. Dan langsung memakai tas. Mereka berdua pun berpamitan kepada Papa, Bunda, dan Kakaknya.
"Kita berdua berangkat dulu ya, Assalamualaikum," ucap mereka berdua.
"Ya, hati-hati ya sayang, Walaikumsalam." jawab papa dan bunda mereka.
"Hati-hati yak! O iya, Mikh, ngebut ya biar Mevi---"
"Biar Mevi apa?" teriak Mevia yang memotong omongan Davin.
"Kata kakak, hati-hati, Ko malah suruh Mikha ngebut sih?" jawabnya.
"Itu malah bikin orang kenapa-kenapa, emang kakak mau kedua adeknya ini kenapa-kenapa?" lanjut Mikha sambil tersenyum jahil."Iya deh, iya. Gue selalu kalah deh kalau debat sama lo, dek"
Mikha langsung menyalakan motor kesayangannya itu, motor ninja. Dan Mevia sudah naik di motor Mikha, mereka pun bergegas pergi ke sekolah.
***
Sampailah mereka berdua disekolah, dengan keadaan selamat.
"Nih, gue taro dimana helmnya?" tanya Mevia.
"O iya, besok-besok lo minta papa ganti ini motor deh, sama motor metik kayak gue. Tinggi banget naiknya elah, emang lo gak ngerasa berat apa bawa nya?" lanjut Mevia.
"Ih, pengen banget sih lo, gue ganti motor. Kalau lo gak mau naik motor gue lagi, nggak apa-apa, mending lo naik kopaja aja sana. Kopaja berkeliaran dimana-mana noh, lo juga gampang nemuinnya. Nggak berat keles motornya, enteeeng banget. Ah elah payah lo! Yaudah sini helmnya," jawab Mikha sarkatis sambil mengambil helmnya dari tangan Mevia.
"Sabar gue punya adek kayak lo, terlalu menjiwai satu demi persatu kata. Keturunannya kak Gavin lo, dah ah gue duluan ya sayang ku. Muach!" ucap Mevia sambil meninggalkan Mikha di parkiran.
"Jijik gue. Gak waras lo!" ucap Mikha sambil cengar-cengir.
***
...Hai sayang koehhh...
Makasih udah baca
Gimana sama chapter yang ini?
Gaje? Jelek? Melelahkan?
...Pendek kan...Aku tunggu saran dan kritik kalian semua...
Karena saran dan kritik kalian bikin aku ngerapihin ini cerita...Jangan lupa Vote+Coment...
😘Makasih ya😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Not perfect Twins
Novela JuvenilCover by : @Arachan16 💜💙 "Cinta itu nggak bisa diukur dengan rumus volume balok. p × l × t, karena Panjang-Lebar-Tinggi nya cinta nggak bisa dihitung, dan hanya mampu dirasakan lewat hati kita sendiri." -Mikha ...