Chapter Four

295 13 4
                                    

halo ! aku udah lanjutin ceritanya lagi hehe ^^ yang udah kasih vote sebelum-sebelumnya makasih banyak ya. semoga kalian suka sama lanjutannya.

and if you like, please kindly vote this again.

selamat membaca :D

***

PRIA-TANPA-NAMA POV

                Aku berjalan beriringan di belakang wanita bernama Cassandra itu dengan perasaan takut-takut. Sebetulnya aku ingin lari – lari sejauh mungkin. Kejadian sebelumnya di taman bermain terasa sangat aneh. Dalam sekejap ia bisa membuat tubuhku bergerak tidak mengikuti kemauanku, menguasainya seakan aku boneka, dan tahu-tahu aku sudah ada di mobilnya.

Tapi di satu sisi aku penasaran, siapa sebenarnya dia, dan kenapa ia membawaku ke tempat asing ini. Ia juga mengatakan hal-hal aneh seperti mar, penjaga, pelindung. Siapa aku ini sebenarnya? Kenapa ia mau melindungiku? Kenapa ia baru muncul sekarang? Apa ia tahu tentang masa laluku yang kelam, yang membuatku sampai harus tinggal di pusat rehabilitasi hingga empat tahun yang lalu? Apa ia tahu tentang komplotan orang-orang yang menyiksaku seakan aku ini bukan manusia? Atau ia termasuk bagian dari 'orang aneh' sepertiku? Atau aku yang sebenarnya adalah bagian dari 'orang aneh' sepertinya?

"Kita sudah dekat.", ia berkata lagi sambil melirik ke arahku.

Aku terus berjalan di belakangnya dalam diam, sambil memperhatikan halaman yang luas dan jalan setapak yang barusan kulewati.

Kuamati tempat ini lagi.. sebenarnya ini tempat apa sih? Sun Village, katanya? dari luar tempat ini ditutupi tembok dan pintu gerbang super besar, dan mobil kami pun bisa masuk dengan mudahnya melewati pintu gerbang yang terbuka secara otomatis. Setelah itu, kami memasuki area dengan halaman yang luas, yang disambut puluhan mobil lain yang berjejer dengan rapi di sudut-sudut area parkir.

Setelah berjalan kaki kurang lebih 10 menit, sekarang aku melihat terdapat dua buah pos tak jauh di depan kami. Di belakang pos itu terlihat banyak bangunan-bangunan dua lantai bergaya minimalis yang berjejer dengan sangat rapih.

Seorang wanita paruh baya berdiri di antara dua pos itu, seperti menunggu kedatangan kami.

Cassandra langsung berlari kecil ke arah orang itu, "Ima!", ujarnya.

Mereka lalu terlihat melakukan percakapan dengan raut wajah serius, dan sesekali wanita paruh baya itu melirikku. Tak lama, wanita paruh baya itu pergi meninggalkan kami melewati pos itu, dan Cassandra kembali menghampiriku.

"Siapa namamu?", lagi-lagi ia menanyakan namaku.

" –dengar, kalau kau masih tidak mau memberitahukan siapa namamu, aku terpaksa akan–",

"–Tidak ada.", sergahku cepat, "..Aku tidak punya nama."

Ia mengernyitkan dahinya, terlihat tidak percaya.

Aku masih tidak mengerti siapa dia sebenarnya, aku juga tidak ingin berurusan dengan orang lain. Aku ingin hidup sendiri, tenang dan normal. Tapi rasa penasaranku tentang diriku sendiri anehnya tiba-tiba saja membuatku ingin percaya padanya.

Ia bilang ia akan melindungiku. Ia juga mungkin saja 'orang aneh' sepertiku. Apa aku akhirnya menemukan teman senasib? Bolehkah aku memberitahukan jati diriku padanya?

Aku menggulung ujung celanaku, dan mengambil dompet tipisku dari kantong kecil di dalamnya.

Kuulurkan sebuah kartu yang kusimpan baik-baik di dalam dompetku kepadanya. ID Card yang sebetulnya tak ingin kuberikan pada siapapun.

Ia mengamati ID Cardku sebelum akhirnya menatap wajahku lagi,

"Sebelumnya orang-orang biasa memanggilku prototype-013..", aku mencabut satu persatu softlens yang kupasang di mataku,

GUARDIAN WITCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang