Keesokan harinya tetap berjalan seperti biasa, Ariel diantar oleh sang kakak Brian dengan motor matic kesayangannya itu. Ariel langsung turun dari motor itu sambil melepas helm yang ia kenakan dan memberikannya kepada sang kakak.
"Belajar yang bener. Jangan pacaran mulu Lo disekolah" kata Brian sambil menaruh helm Ariel di kait motornya.
"Apaan sih. Boro-boro punya. Abang kali yang pacaran mulu" kata Ariel membela diri.
"Ya siapa tau lo punya pacar, gue kan cuman ngasih tau lo doang. Kalo gue kan udah kuliah jadi mau gua pacaran atau enggak itu urusan gue. Kalau lo kan masih SMA kelas 11, jadi inget tuh kalau lo mau UN. Hahaha" kata Brian dengan tawa jahatnya
"Bodo! gue gak peduli ya. Udah sana pergi! Resek tau gak!" usir Ariel mendorong bahu Brian supaya pergi.
"Yee dasar nenek lampir! iya iya gue pergi" pasrah Brian walau sedikit jengkel. Ia pun menyalakan motornya.
"Jangan ngegosip mulu Lo! Hahaha" kata Brian tertawa puas dengan menjalankan motornya.
"Abang sarap! Mama ngidam apa coba pas ngandung bang Brian?" kata Ariel tak habis pikir dengan kelakuan abangnya.
Ariel memasuki sekolahnya dan berjalan melewati koridor kelas X dengan tangan memegang kedua tali tasnya dengan wajah yang sedikit mulai ceria kembali.
Ketika ingin berbelok ke kanan menuju koridor kelas XI, Ariel tak sengaja menubruk badan seseorang.
"Maaf maaf gak sengaja, gak tau kalau ada orang tadi" kata Ariel meminta maaf. Orang itu langsung mengambil berkas yang jatuh berserakan dilantai.
"Lo punya mata gak!? Jalan tuh liat-liat! Segala alesan gak ada orang" kata orang dengan nada dingin tapi menyakitkan sambil membenarkan bajunya. Ariel langsung menatap orang bermulut pedas itu dan ternyata itu adalah Arvian.
"Kalo punya mata tuu.. " kata Arvian berhenti berbicara karena terkejut bahwa yang menubruknya adalah Ariel, Ia pun langsung memutar bola matanya.
"Lo lagi! Lo lagi! Belum puas Lo nyari gara-gara sama gue?" kata Arvian dengan muka malasnya. Tanpa sadar Ariel mengepal tangannya menahan amarah mendengar ucapan Arvian barusan.
"Awas awas! Ganggu jalan gue aja" kata Arvian menubruk bahu Ariel. Ariel langsung menitikan satu air matanya.
"Kak.." panggil Ariel tanpa membalikkan badannya. Arvian berhenti berjalan ketika ada panggilan untuknya. Ariel menghapus air matanya dan mendekati Arvian. Arvian hanya mengangkat satu alisnya. Ariel memandang Arvian dengan ekspresi datar dan dingin.
"Benar yang dikatakan teman-teman saya, anda memang tidak sebaik yang saya pikirkan selama ini. Ternyata anda malah berbanding terbalik dengan pemikiran saya. Saya selama ini memendam rasa dengan anda sampai-sampai rasa ini membutakan semua keburukan yang anda miliki. Cinta itu memang membuat siapapun menjadi bodoh tak berdaya, sampai-sampai kita mau dibodohi seperti ini" kata Ariel sambil tertawa mengejek.
Arvian terkejut dengan pernyataan Ariel tetapi ia memasang wajah datar dan dingin untuk menutupi keterkejutannya itu.
"Saya dulu memang mencintai anda tetapi semenjak kejadian kemarin, saya baru tersadar karena anda adalah seorang yang KASAR DAN PENGECUT. Saya selama ini diam dengan semua perlakuan anda kepada saya tetapi sekarang anda tidak bisa meremehkan saya, karena saya bukan Ariel yang dulu yang pasrah pada keadaan dan hanya bisa menangis meratapi nasibnya. Dan satu hal lagi yang harus anda ketahui, saya membenci anda ketika anda menunjukkan sikap buruk anda" kata Ariel penuh dengan amarah dengan menekankan kata Kasar dan Pengecut.
Arvian mendengar semua pernyataan Ariel bagaikan teriris pisau ribuan kali yang begitu dalam, begitu menyakitkan menurutnya. Ariel langsung melenggang pergi tetapi ketika baru selangkah yang ia dapatkan. Ia berhenti berjalan karena ada yang ia lupakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT
Teen Fiction"Ketika Perbedaan Mengubah Segalanya" -Ariel Mempunyai perasaan terhadap seorang ketua Osis disekolah memang cukup berat bagi Ariel, apalagi bersifat dingin dan cuek bagaikan es batu cukup susah untuknya mengambil hati ketosnya tersebut. Arvian lah...