6. Hae Yeong Point of View

148 8 0
                                    

Kamis, 28 September 2017

Aku terbangun saat alaram berbunyi sangat keras, dan hampir memecahkan gendang telingaku. Aku sejenak merenggangkan otot-ototku yang kaku ini. Lalu, bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan seluruh tubuhku.

'Cklek'

Aku menekan knop pintu kamar mandi.

Aku menatap diriku di depan cermin. Saat ini aku mengenakan, celana jeans berwarna putih dan bleos berwarna tosca.

Aku akan bercerita sedikit tentang aku dan keluargaku. Aku beruntung terlahir dikeluarga ini. Aku cukup disiplin tentang tempat untuk mencari ilmu. Ayah sangat melarangku untuk mengikuti pergaulan yang semakin brutal ini. Jadi, ya aku hanya mempunyai satu teman. 'Lagi aku beruntung. Tuhan memberiku teman seperti Seulgi. Menurutku satu teman saja sudah cukup. Daripada mempunyai banyak teman, tetapi mereka semua tidak menerima kita apa adanya untuk apa? Seulgi bisa mengerti apa mauku. Ya terkadang kami sering beradu argument. Dia seperti kakak perempuanku. Ketika aku salah dia yang membenarkan-ku. Dia tak segan untuk memarahiku didepan banyak orang. Tapi, tetap. dia tetap Seulgi. Seulgi yang selalu mengerti aku. Seulgi dengan tingkah konyolnya, yang mampu membuatku terbahak-bahak. Seulgi yang selalu menerima curahan hatiku, kapanpun dan dimanapun.

Aku melangkah ke sofa panjang. Dan mendudukkan diriku disofa empuk itu.

Lima belas menit telah berlalu...

"Hae Yeong," Itu suara bunda. Bunda sudah memanggilku itu berarti jarum panjang sudah menunjuk angka enam. Aku bergegas menghadap cermin dan mempoles sedikit wajahku dengan bedak tabur. Tidak lupa aku menguncir satu rambutku. Lalu, aku mengambil tas yang tergantung dibelakang pintu. Aku mengendongnya dibahu belakangku.

'Tok..Tok..Tok'

"Iyaaa, bunn... Hae Yeong nanti kebawah." Seruku.

'Cklek'

Dengan langkah gontai aku menuruni anak tangga satu per satu. Terlihat jelas Ayah dan Bunda duduk disana. Ayah mengulum senyumnya.

"Eh, anak Ayah." Seru Ayah. Aku hanya tersenyum tipis seraya mendudukan tubuhku di bangku meja makan. Hingga akhirnya tercipta keheningan.

"Hae Yeong, bareng Ayah?" Kali ini Bunda yang bersuara, memecahkan keheningan yang ada. Aku menganggukan kepala-ku.

Tring..

Aku menoleh kearah ponsel-ku. Terdapat beberapa notif dari sosial media milik-ku. Aku menggeser layar ponsel, dan meng'klik icon Instagram.

Aku membelalakkan mataku. Kalian tau apa isi dari notif instagramku itu? Sembilan puluh sembilan persen notif instagramku dari kalangan EXO-L. WAH!

Aku meng'klik salah satu gambar yang aku posting beberapa hari yang lalu. Membaca satu per satu komentar dari para EXO-L. Ada yang mendukung aku dekat dengan Kyungsoo. Ada juga yang tidak mendukung aku dekat dengan Kyungsoo. Banyak caci dan maki yang aku terima setelah aku memposting gambar beberapa hari lalu.

Sampai kemarin malam, kita—aku dan Kyungsoo—full membahas caci dan maki diinstagram milikku. Dan Kyungsoo meminta maaf atas nama penggemarnya.

***

Seperti biasa, setelah ayah mengantarku ke Kampus. Aku melangkah dengan penuh semangat. Saat aku sudah menginjakkan kakiku di koridor Kampus, aku merasa banyak pasang mata yang sedang memperhatikanku.

Aku melihat ke sekelilingku, dan benar mereka semua memperhatikanku. Ada beberapa pasang mata yang mungkin saja mengenalku, menatap dengan senyuman dan ada beberapa juga yang menatapku dengan tatapan sinis.

Tanpa memperdulikan mereka, aku melangkah dengan gontai menaiki anak tangga satu per satu. Kebetulan kelasku berada di lantai dua.

Sesampainya aku di kelas, aku melihat Seulgi yang sedang menidurkan kepalanya dengan lengan sebagai bantalannya

"Seulgiii, muka lo kenapa eh?" Tanyaku. Seulgi mendongakkan kepalanya. Hari ini Seulgi aneh. Kalian tau? Saat ini Seulgi sedang menatapku dengan tatapan sendu "Kenapa ih?" Tanyaku 'lagi. Aku segera mungkin menjatuhkan tubuhku disamping Seulgi.

"Lo gak tau soal ini?" Aku mengerutkan dahi. Seulgi menunjukkan layar ponselnya yang masih menyala. Yang membuat aku mengerutkan dahi adalah di dalam ponsel itu ada berita mengenai Kyungsoo yang akan study di USA. Aku menghela napas dan menatap Seulgi dengan berbagai tatapan. "Kyungsoo, dia mau study di USA. Lo tau itu?" Lanjut Seulgi. Aku menggeleng tidak percaya. Pasalnya kemarin malam Kyungsoo tidak memberitahuku perihal studynya di USA.

Dengan sekali hentakkan aku mengambil ponsel yang berada disaku seragamku. Dan membuka aplikasi LINE. Menscroll kontak yang tertera disina.

LINE

Hae Yeong:
Soo.......
08.20am (read)

Kyungsoo:
iyaaaaaaaaaa?????
08.20am

Hae Yeong:
bener lo mau study di USA?
08.21am (read)

Kyungsoo:
kata siapa?
08.21am

Hae Yeong:
banyak yang bilang Soo. Emg iya?
08.22am (read)

Kyungsoo:
Maaf.
08.22am

Deg!

Hae Yeong:
buat?
jan bilang?
08.22am (read)

Kyungsoo:
iya. Maaf.
08.23am

Aku melempar asal ponselku diatas meja. Dan mengusap kasar wajahku, lalu aku menidurkan kepalaku diatas meja dengan kedua tanganku yang dilipat sebagai alas. Seulgi yang melihat itu segera mungkin mengambil ponselku, lalu membaca chat yang aku dan Kyungsoo buat.

"Hae Yeong, lo gapapa?" Tanya Seulgi. Aku mengangkat sedikit wajahku. Dengan senyuman khasku aku tersenyum padanya. Aku harus bisa menutupi semua kesedihanku, setelah aku berpura-pura bahwa aku baik-baik saja aku meniduri kepalaku lagi. Mungkin ini terdengar berlebihan, tetapi memang ini kenyataannya. Mungkin, bukan hanya aku saja yang sedih atas kabar bahagia ini. Mungkin, di luar sana para fangirls EXO apa lagi Kyungsoo Stan juga sedih atas kabar ini.

Waktu sedang berpihak padaku. Hari ini dosen yang mengisi sks tidak masuk. Kata Samuel—asisten dosen, dosen untuk hari ini tidak datang. Sebagian mahasiswa ada yang berhambur keluar kelas, tetapi aku tidak termasuk.

Aku masih meniduri kepalaku di atas meja. Aku masih berpikir tentang Kyungsoo yang ingin study ke USA, jujur aku merasa ada yang salah dengan perasaanku. Aku tidak ingin Kyungsoo pergi.

"Ayo, kita makan Hae-ah" hardik Seulgi seraya mengguncangkan sedikit tubuhku.

Sungguh saat ini aku sedang tidak mood untuk diganggu.

Aku menengadahkan kepalaku. "Nggak Seul. Gue udah kenyang." Seruku, dan melanjutkan aktivitasku sebelumnya.

"Lo-kan belum makan apa-apa. Apa mau gue beliin aja?" kata Seulgi, dengan cepat aku menggelengkan kepalaku.

Seulgi menghela napasnya pasrah. "Yaudah gue ke kantin ya." Ucap gadis itu, lalu terdenger suara ketukan dari sepatunya yang kian menjauh.

'Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Tapi, apakah benar ini perpisahan untuk kita?'

***

Selamat membaca!!!

Love fani

FansZone ✖️ Do KyungsooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang