fünf.

1K 205 1
                                    

February 10, 20xx

"Kau berpacaran lagi dengan Jaehyun?"

Pertanyaan itu membuat fokus Chaeyoung hilang, dan gadis itu langsung menatap Jinhwan dengan pandangan yang tidak bisa diartikan.

Kedua alis Chaeyoung menyatu, dan air mukanya terlihat buruk. "Apa maksudmu?"

"Well," Jinhwan menggerakkan bahunya, kemudian menyandarkan tubuhnya di sofa. "Kalian terlihat dekat lagi, walaupun secara rahasia. Kau pikir aku tidak tahu?"

Chaeyoung langsung membantahnya. "Kami tidak punya hubungan apapun."

"Benarkah? Tapi Jaehyun bilang kalau kalian berhubungan lagi."

Chaeyoung menghela napas berat. "Tuhan Yang Maha Baik, aku tidak berpacaran dengannya. Catat itu."

Di bagian hati Chaeyoung yang paling dalam, ia mengakui bahwa ia berhubungan lagi dengan Jaehyun. Bukan berhubungan yang seperti itu, bukan berpacaran. Chaeyoung hanya merasa bahwa mereka berhubungan, tapi tidak ada status apapun di antara keduanya, dan Jaehyun sama sekali tidak keberatan akan hal itu. Mengingat Chaeyoung sudah menjalin hubungan serius dengan orang lain, ia harus mengingatkan dirinya sendiri; yang ia lakukan saat ini salah, sangat salah. Jaehyun bukan siapa-siapanya, hanya seorang lelaki dari masa lalu yang secara tiba-tiba kembali muncul di kehidupan masa kininya. Jaehyun hanyalah lelaki yang seharusnya tidak ia pedulikan. Chaeyoung mengembuskan napasnya, dan memaksa otaknya untuk menerima fakta itu.

Jinhwan menggerakkan bahu. "Yasudah," kemudian dia mengaduk milkshake cokelatnya yang sempat terabaikan, "tapi, kau memilih pilihan yang tepat. Maksudku, berpisah. Jika kalian masih bersama, betapa mengerikannya hubungan kalian nanti."

"Aku tahu," Chaeyoung memotong steak kemudian mengunyahnya. Setelah potongan terakhir steak masuk ke dalam perutnya, dia menghela napas dan mendorong piringnya. "Aku tahu," ulangnya. "Kami sama-sama sakit, ini tidak akan berjalan dengan lancar."

Jinhwan menghembuskan napas lega. Entah kenapa merasa lega karena Chaeyoung yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri, memilih pilihan yang tepat—sangat tepat jika Jinhwan boleh menambahkan. Dia menepuk bahu Chaeyoung dengan pelan, memberikannya semangat. "Ayolah, kau sudah punya Junhoe. Dia jaaaaaauh lebih baik daripada mantan pacarmu. Berbahagialah dengannya,"

Chaeyoung menatap Jinhwan dan tersenyum. "Aku akan mencobanya."

"Kau harus," kata Jinhwan, penuh penekanan di ucapannya. Jinhwan memandang jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, kemudian segera berdiri dengan agak panik. "Chaeyoung, aku harus menemui temanku. Aku akan meneleponmu nanti, sampai jumpa."

Tanpa memberi kesempatan bagi Chaeyoung untuk membalas salam perpisahannya, Jinhwan melesat pergi begitu saja.

Sepuluh detik berikutnya, ponsel Chaeyoung berdering. Ketika gadis itu mengeluarkannya dari saku mantel untuk melihat siapa gerangan yang meneleponnya, nama kekasihnya tertera di sana. Tanpa pikir panjang, Chaeyoung segera mengangkatnya.

"Chaeyoung," suara dari seberang sana terdengar riang, dan itu membuat Junhoe terkekeh pelan. "Ya, ada apa June?"

Chaeyoung berani bersumpah detik berikutnya ia mendengar Junhoe menghela napas kecewa di sana, entah karena apa. "Bagaimana kalau kita bertemu di taman? Aku merindukanmu," dan jangan menolak usulanku, Junhoe melanjutkan dalam hati.

Tak seperti yang Junhoe asumsikan, Chaeyoung langsung menerima usulannya. "Taman? Tentu saja, aku akan segera ke sana. Tunggu sebentar ya,"

Detik berikutnya sambungan sudah diputus oleh Chaeyoung. Bersamaan dengan itu, Junhoe tersenyum.

✖︎✖︎✖︎

thanks for reading until this chapter but pls vote im kinda desperate

[2] hicran. +jaehyun, roséWhere stories live. Discover now