sechs.

1K 193 3
                                    

"Chaeyoung!"

Ternyata Junhoe sudah menunggunya di bangku taman, dan Chaeyoung langsung melangkahkan kakinya dengan cepat begitu melihat kekasihnya sedang melambaikan tangan ke arahnya.

Junhoe mendengus, "Kenapa kau lama sekali sih?"

Chaeyoung terkekeh mendengarnya dan mendudukkan dirinya di samping Junhoe.

"Chae, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu." Junhoe menopang dagunya dan menatap Chaeyoung. Yang ditatap hanya menaikkan sebelah alisnya, menunggu Junhoe melanjutkan apa yang ingin dikatakannya.

Ketika satu pertanyaan itu dilontarkan, Junhoe tidak bisa menahan diri untuk tidak terbelalak.

"Kau ada hubungan spesial lagi dengan Jaehyun, ya?"

Chaeyoung berusaha untuk menatap Junhoe dan mengatur suaranya agar tetap normal, tapi gagal total. "June, aku—"

Chaeyoung mengira Junhoe akan memarahinya habis-habisan dan memukulnya, tapi dugaannya meleset, sangat jauh. "Aku tahu kau akan meminta maaf tapi jangan lakukan itu." Lelaki itu tersenyum kemudian mengusap rambut Chaeyoung dengan lembut. "Selesaikanlah masalahmu dengan Jung Jaehyun, lalu kembalilah padaku."

Chaeyoung merasa perkataan Junhoe baru saja menusuk ulu hatinya. Melihat Junhoe yang tersenyum, malah membuat Chaeyoung merasa bersalah karena sudah bermain belakang dengan mantan kekasihnya. Ia tidak seharusnya begini, Chaeyoung tidak seharusnya begini.

"Kau itu milikku, Chae." Tangan Junhoe naik untuk mengusap pipi Chaeyoung, kemudian tersenyum. "Tapi, jika kau memilihnya, aku—dengan sangat tidak rela—akan membiarkanmu, melepaskanmu."

Mata Chaeyoung memicing ketika mendengar kata-kata yang terucap dari mulut Junhoe. "Kenapa kau mengatakan itu? Kau sudah tidak ingin bersamaku lagi?"

Junhoe melepaskan tangannya dari pipi Chaeyoung, dan menggeleng sambil terkekeh geli. "Bukan begitu," dia mengibaskan tangannya, "aku hanya tidak suka memaksa orang lain. Aku tidak bisa memaksamu untuk tetap bersamaku jika hatimu masih milik orang lain." Junhoe tersenyum lagi—seharusnya memabukkan, tapi Chaeyoung tidak tahu lagi.

"Dengar, aku mencintaimu, sangat." Junhoe mengecup bibir Chaeyoung sekilas. "Tapi, kalau kau masih mencintai Jaehyun—pergilah, tak apa."

Air mata Chaeyoung jatuh begitu saja, hatinya terasa seperti dicabik-cabik hanya dengan mendengar kalimat Junhoe. Kekasihnya sangat sabar, sangat. Kekasihnya sudah tahu segalanya—tahu bahwa Chaeyoung bermain-main di belakangnya, tahu bahwa dia belum mencintai kekasihnya dengan sepenuh hati, Junhoe tahu.

Junhoe otomatis panik ketika melihat kekasihnya menangis. "Ya Tuhan, jangan menangis." Ia segera menyeka air mata Chaeyoung yang masih terus mengalir. Gadis itu tidak terisak, ia tidak mengeluarkan suara apapun. Air matanya hanya mengalir begitu saja, dan masih belum berhenti. "Ya ampun, aku tidak seharusnya berbicara seperti tadi."

"Tidak, Jun." Chaeyoung menggelengkan kepalanya dan menarik napas panjang. "Aku akan mencoba untuk mencintaimu, benar-benar mencintaimu. Aku tidak ingin mempermainkanmu lagi, aku janji."

Junhoe tersenyum ketika mendengar kata-kata yang terlontar dari mulut Chaeyoung barusan, dan itu membuat hatinya sedikit tenang. "Barusan kau berjanji 'kan? Kalau begitu aku pegang janjimu, kau harus tetap bersamaku jika kau benar-benar berjanji padaku."

"Aku janji." Chaeyoung meraih tangan Junhoe dan menautkan jari kelingking keduanya, kemudian tersenyum sambil menghapus jejak air mata menggunakan tangan yang lainnya.

"Tunggu aku, June."

[2] hicran. +jaehyun, roséWhere stories live. Discover now