"Nggak ah aku malu, mana pantas aku gadis miskin main ke rumah orang kaya."
"Hei hei hei, apa maksudmu ngomong seperti itu ha? Hei Nucca, coba liat aku"
Tangan Dizo meraih dagu Nucca membawa ke tatapannya.
Dan, mereka sekarang saling menatap, diam sejenak, itu selalu karena kali keduanya mereka tak sadarkan diri apa yang terjadi saat ini."Ehm maaf lagi," Dizo sontak melepaskan tangannya yang sekali lagi menyentuh Nucca.
"Oh iya gakpapa," Merah jambu bersemi pada pipi Nucca saat ini
"Gini, kamu itu jangan selalu merendahkan diri, kamu harus melakukan apapun selayaknya yang lainnya. Kita itu sama, nggak ada perbedaan. Kamu nggak seharusnya ngomong kayak gitu. Aku nggak suka ya. Awas aja kalo aku denger yang kayak gitu lagi"
"Ehmm iya maaf, emang kenapa kok kamu jadi over gini?
Pertanyaan Nucca ternyata ada benarnya, apa yang terjadi pada Dizo sebenarnya? Tak di duga semakin kesini Dizo semakin bersikap aneh pada Nucca, Dizo sendiri pun menyadarinya.
Kebetulan mereka sudah tiba di daerah kediaman Nucca, alhasil Dizo bisa mengelak dan mengalihkan pembicaraan Nucca.
"Emm Nucca, sepertinya kita sudah sampai. Jadi, sekarang belok mana?"
"Oh iya, yaudah sampai sini saja, mobil kamu nggak akan bisa masuk, rumahku ada di kampung. Aku bisa ke sana sendiri kok," Nucca mencoba turun dan mau membuka pintu akan tetapi, tangan Dizo meraih tangan Nucca hingga Nucca tak jadi turun dari mobil.
"Aku ikut"
"Jangan Diz, kamu nggak akan bisa. Jalannya sempit. Rumahku jelek, kotor, kau tak akan bisa"
"Aku bisa, kenapa tidak? Aku tak memandang apapun itu"
"Tapi..." belum selesai Nucca bicara, namun terpotong oleh Dizo.
"Ayolaahhh Nucca, apa temanmu ini nggak boleh main ke rumahmu?" Dizo memasang muka melas dengan penuh belas kasih dan memainkan jemarinya seakan memohon sangat.
"Hufftt.. Baiklah kalau kau memaksa"
"Yess, yuk. Bentar, aku mau parkir mobil dulu"
Masuk ke dalam Kampung, namun bukan disitu rumah Nucca, ternyata ke pelosok tapi memang melewati kampung dahulu. Rumah Nucca berada di tengah" lapang yang luas tapi dikerubungi banyak semak-semak. Disana sepi hanya ada 2 atau 3 rumah saja, salah satunya adalah rumah Nucca.
Sebenarnya ini adalah hal yg sulit dan kali pertamanya Dizo main ke tempat-tempat seperti ini. Tapi Dizo tampak biasa saja dan menganggap semuanya baik-baik saja.
Ditengah perjalanan, Mereka menemukan seekor ular yang tiba-tiba datang begitu saja dari semak-semak, Nucca langsung kaget dan tak sengaja memeluk Dizo. Tak ada hal lain yang dilakukan Dizo, dia juga kaget dan langsung menyelamatkan Nucca dan menyingkirkan ular itu, untung saja ular itu tak begitu berbahaya.
"Kau tak apa kan?" Kini Dizo berkata tepat pada diri Nucca, karena Nucca masih saja menempel pada Dizo mungkin masih trauma.
"Eh tidak, maaf tadi aku Memelukmu," Nucca sedikit menjauh dari Dizo, sedikit menjaga jarak, pipinya memamarkan merah jambunya lagi.
"Oh gakpapa, kenapa cuma sebentar?"
"Apanya?"
"Meluknya, aku masih bisa jika peluk lama, aku siap"
"Apaan cobak," Senyum itu kini ada pada bibir Nucca, sambil melangkahkan kakinya ia juga senyum-senyum sendiri.
"Kau tersenyum Nucca?"

KAMU SEDANG MEMBACA
WHY ME?
Teen Fiction"Dizo! Aku anak orang miskin, bahkan aku tidak punya apa-apa. Aku hanyalah bahan ejekan banyak orang. Aku gak sepantasnya dapatkan yang seperti ini. Aku gak pantas menjadi kekasihmu. Kamu orang kaya, orang tuamu tak akan suka dengan aku Dizo! Dizo...