4. Pulang

65 5 0
                                    

Setelah jam pelajaran selesai, proses belajar mengajar hari ini pun selesai. Siswa-siswi diperbolehkan untuk pulang masing-masing.
Bahagia yang dirasakan oleh Nucca saat mendengar bel pulang sekolah telah berdering, itu berarti dia bisa cepat-cepat pulang dan bertemu menemui sang ibu yang dirumah sendirian.

Saat Nucca akan keluar dari kelas, Nanda datang menemui Nucca. Entah apa yang akan dia lakukan lagi pada Nucca.

"Heh anak kampung, ayo ikut gue," Nanda dengan keras menarik tangan Nucca dan dibawa ke kamar mandi sekolah.

"Ngapain Nan? Aduh sakit ini," Nucca merintih kesakitan karena tangannya begitu erat ditarik oleh Nanda.

"Udah diem, gausah sok suci loe kesakitan segala, orang gini doang," Nanda tetap menarik Nucca dengan keras dan mempercepat langkahnya.

Sampai di kamar mandi ternyata di sana telah terdapat gerombolan Nanda, gengnya.
Sepertinya ini sudah direncanakan oleh Nanda untuk menghancurkan Nucca dan menyakiti Nucca. Entah apa lagi yang akan dilakukan oleh Nanda.

"Sini loe. Nah ini gaes mangsa kita," Tukas Nanda pada gengnya.

"Hahaha," Nanda dan gengnya ketawa jahat.

"Kalian mau apa lagi sih, apa kalian nggak capek ngerjain aku mulu," Tukas Nucca pada mereka, karena mereka sering sekali mengganggunya.

"Apa loe bilang? Capek? Malah kita-kita seneng liat loe ngenes kayak gini. Gue akan hancurin loe"

"Bener tuh," sahut teman Nanda.

"Yuk gaes, gak buang-buang waktu"

Teman-teman Nanda langsung menarik paksa Nucca masuk ke dalam kamar mandi, Mereka begitu menyiksa Nucca.

Mereka menyiram tubuh Nucca hingga Nucca basah total, dan terdapat Sikat gigi beserta Pasta giginya, langsung oleh mereka pasta gigi itu di oleskan ke Wajah Nucca dan menggosoknya dengan Sikat gigi itu. Dengan gembiranya mereka tertawa melihat penderitaan yang dialami oleh Nucca.

Tanpa rasa iba, Mereka pergi meninggalkan Nucca sendirian di kamar mandi.
Nucca terus menangis tak berdaya hingga dia Lemah terduduk di lantai kamar mandi.

Kemudian Nucca keluar dan terduduk di kursi dekat kamar mandi sambil menangis.

Ya Allah aku tahu kau menciptakan kami dan menilai kami sama dimatamu, hamba memang orang Miskin, tapi kenapa hamba selalu saja diperlakukan seperti ini *hikz hikz
Ujian apa lagi Ya Allah.
Ampunilah dosa teman-teman hamba, sekalipun mereka jahat kepada hamba, hamba tahu sebenarnya mereka baik, mungkin saja mereka kurang perhatian dari orang tua mereka, hingga mereka menjadi seperti ini.

Sekujur tubuh Nucca basah dan tak tahu lagi mau apa, yang terlintas dipikirannya adalah Nucca harus cepat-cepat pulang karena ibunya sudah menunggu.

Sebelumnya Tangisan Nucca belum terhenti, namun dia teringat sang ibu yang dirumah. Ia kembali semangat lagi, dan tak boleh terlihat lemah didepan ibunya.

***

Dalam perjalanan pulang menuju luar sekolah, tiba di depan ruang Lab. Komputer ia melihat Dizo yang duduk-duduk disana yang sedang asik main handphone-nya.

Nucca berharap Dizo tak melihatnya yang dalam kondisi tak bagus ini.
Saat itu juga Nucca langsung berbalik badan dan berjalan mengendap-endap dan sedikit cepat agar Dizo tak melihatnya.
Namun, takdir berkehendak lain. Dizo telah duluan melihatnya.

"Eh Nucca. Mau kemana, kok basah semua"

Langkah Nucca terhenti karena Dizo bertanya, dan dia tak tahu mau menjawab apa
Dizo mendekati Nucca yang terdiam diri disana

"Kok gak jawab? Kenapa? Dikerjain lagi sama mereka?" Dizo hampir hafal jika terlihat Nucca seperti ini, karena setiap apa yang terjadi pada Nucca, Dizo selalu tahu dan paham sendiri tanpa Nucca beri tahu.

"Em iya, kau kan tahu sendiri dia ke aku gimana," Jelas Nucca.

"Matamu lembab? Kau menangis? Kamu yang sabar ya, terkadang aku juga bingung kenapa mereka selalu saja Mengganggumu"

"Kau saja bingung, apalagi aku kan? Trus kau bilang aku harus sabar, setiap hari pun aku selalu sabar Diz," mata Nucca mulai berkaca-kaca karena jika memang mengenang masa-masa dia di hina dan di ganggu oleh Nanda dkk. Itu sangat sadis.

"Udah jangan nangis, aku tahu ini berat, tapi aku yakin kamu kuat. Kamu juga harus ingat ibumu yang dirumah," Dizo mengelap air mata yang tanpa sengaja mengalir di pipi lembut Nucca.

Namun yang terjadi kemudian adalah mereka jadi saling diam, yang ada dalam pemikiran Nucca adalah kenapa tiba-tiba Dizo jadi seperti ini.
Sedangkan yang ada pada pikiran Dizo pun hampir Sama, Dizo terdiam dan tak sadar apa yang telah ia lakukan pada Nucca. Ini tiba-tiba terjadi begitu saja.

"Ehm maaf ya aku lancang menyentuh pipimu, aku reflek saja karena gak bisa banget lihat cewek nangis," Dizo langsung melepaskan tangannya yang tersentuh di pipi Nucca.

"Oh ya, gakpapa" Nucca salah tingkah seakan mengelap sendiri bekas air matanya.

"Udah gausah nangis lagi, hapus air matamu dan kamu harus terlihat kuat didepan ibumu"

"Iya sih. Yaudah aku mau pulang dulu, ibuku menunggu"

"Pulang sendiri? Naik apa? Aku antar ya"

"Haa? Nggak usah aku biasa pulang sendiri, nanti kamu kemaleman pulangnya dicari mamamu nanti"

"Gakpapa aku kan laki-laki masih bisa jaga diri, nah kamu cewek masak pulang sendiri kan Bahaya. Oh ya aku manggil ibuku bunda bukan mama hehe terlalu itu mah"

"Oh ya maaf hehe, yaudah deh terserah"

***
Memasuki mobil berwarna silver, sebenarnya ini bukan kali pertama Nucca naik mobil, sebelumnya pernah saat dia harus mengikuti lomba-lomba maupun Olympiade. Namun, ini kali pertama Nucca naik mobil hanya berdua dengan pria apalagi Dizo bukanlah pria biasa, Dizo adalah pria idaman wanita di sekolahnya. Akan tetapi Dizo tak pernah terpikat pada wanita-wanita itu. Dia tak pernah pacaran, sama hal nya dengan Nucca.
Dizo pernah jatuh hati pada wanita, namun ia trauma karena wanita yang ia cintai pergi untuk selamanya sebelum dizo sempat memilikinya. Iya, wanita itu kecelakaan saat pulang ke rumah setelah belajar bareng Dizo.

Itu membuat Dizo begitu trauma hingga sampai saat ini ia masih belum punya perasaan pada siapa pun. Tapi tak tau lagi kalau sekarang melihat kedekatan Dizo dan Nucca di mobil

"Ini mobilmu sendiri?"

"Enggak, ini mobil bunda, tapi selalu aku pakai kalo sekolah"

"Ohh," saat itu juga Nucca diam karena nggak tahu lagi mau ngomong apa agar mereka tidak saling diam.

Selang beberapa menit mereka diam, Dizo pun mulai angkat bicara.

"Dimana rumahmu? Masih jauh?"

"Iya masih kurang lebih 1 jam.an lah"

"Lah jauh sekali,terus kamu biasanya berangkat sekolah gimana"

"Haha nggak usah melotot gitu juga kali Diz, aku naik bus. Aku berangkat subuh-subuh sekali setelah aku membersihkan rumah, memasak untuk ibu dan adik, lalu mengantar adik sekolah baru aku berangkat ke sekolah"

"Haa? Pantesan tiap aku sampai ke sekolah, kamu selalu sudah stay di perpustakaan"

"Ya gitu"

"Ehm, kamu kalo dirumah ngapain aja?"

"Aku dirumah ya masak, bersih-bersih rumah, kerja sampingan, jaga adek sama ibu, aku tulang punggung keluarga, ayah sama kakakku meninggal"

"Oh gitu, maaf ya bukan maksud untuk mengingatnya"

"Iya gapapa"

"Kalau kamu dirumah ngapain aja Diz?"

"Aku sih gak ngapa-ngapain. Karena tugas dirumah sudah ada pembantu dan karyawan lain. Aku sih cuma bantu-bantu Dedi aku buat ngurusin kerjaan kantornya. Biar ada penerusnya nanti, selain iitu sih nggak ada, cuma main-main aja sama keponakan aku"

"Laki-laki atau perempuan?"

"Perempuan, lucu deh dia. Kamu harus kenal, kamu main aja ke rumahku sama ajak adikmu"

WHY ME?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang