Mencintaimu Dalam Diam

44.4K 136 28
                                    

Senyuman itu terus kuukir, tidak berniat untuk menunjukan sisi rapuh yang kumilikki. Melihatnya bahagia adalah suatu hal terindah yang kuharapkan. Bertahun mencintainya dalam diam, nyatanya tidak sedikitpun membuatku berani itu berlayar menuju hatinya.

Tidak sedikitpun aku berani untuk menyalakan tanda yang akan membuatnya menjadi tahu, melihatnya dari jarak dekat sudah cukup untuk membuat anganku terbang. Berada di dekatnya adalah sebuah kebahagiaan yang sulit untuk dijabarkan seperti apa.

Setelah memendam rasa ini sekian lama, akhirnya aku melihatmu bergandengan tangan dengan teman dekatku. Kau tahu apa yang kurasakan? Saat temanku bercerita tentangmu dengan wajah sumringah. Aku menelan pil pahit yang terasa menyiksa, aku tersenyum dan mengucapkan selamat dengan ikhlas.

Meski pada kenyataannya, jauh di dasar hati aku mengerang kesakitan. Batinku runtuh bak puing-puing rumah yang terkena angin topan. Aku nyaris tidak dapat mengenal lagi tempatku berpijak, aku masih mendamba tapi sisi lain dari dirikku merintih menahan pilu.

Berharap kau bisa menjadi milikku---meski tak mungkin. Aku selalu berharap kau akan melihatku yang selalu menyendiri untuk memikirkanmu. Masa tiga tahun di sekolah menengah terasa cepat saat kita harus mendekati kelulusan.

Saat mengetahui kau putus dengannya, hati kecilku tersenyum masam. Ingin merengkuhmu tapi tidak memiliki keberanian untuk itu, aku tetap memakai topeng sebagai seorang sahabat. Terlebih saat ini kau mantan kekasih sahabatku, akan tidak adil rasanya jika aku menanam sebilah duri dalam hatinya. Aku tahu dia menyayangimu meski tidak sebesar rasa sayangku padamu.

Selama tiga bulan bergulir, kau, dan dia terapung dalam perasaan yang samar. Aku melihatmu saat menatapnya, dan aku mengerti ada kebimbangan dan rasa sakit di sana. Aku menyaksikan betapa sahabatku masih memujamu, berusaha untuk merengkuhmu kembali ke sisinya. Kini aku paham apa arti tatapan itu, kau dicampakkan begitu saja oleh sahabatku sendiri.

Aku menyesal atas tindakan bodohnya, aku berpura-pura menjadi bodoh dan tidak mengetahui apapun. Hingga sebuah kabar burung membuatku terasa melayang menuju awan, sahabat karibmu membocorkan apa yang kau katakan padanya.

"Dri, Husein cerita sama aku kalau dia suka sama kamu," dia memanggil penggalannamaku---Indriani.

Pernyataannya membuatku tergagap. Seluruh ototku menegang dengan darah mengalir sangat deras. Aku merasa detak jantungku seolah mengamuk dan meminta keluar dari tempatnya.

"Masa sih? Kamu bohong kali, jangan nyebar gosip nanti kalau Diana denger dia bisa marah," aku berusaha untuk bersikap acuh, tidak ingin terbawa kabar yang belum tentu kebenarannya.

"Sumpah Dri, aku gak bohong. Husein sendiri yang bilang gitu ke aku," setelah mendengar perkataan itu keluar dari mulut Husein---cowok yang aku suka. Aku tersenyum dan mengucapkan terima kasih pada sahabat dekatnya.

Setelah teman dekat Husein pamit, otakku bekerja keras untuk mengambil langkah. Mendekat dan menunjukan sikap atau tetap diam dan menyimpan semuanya seperti sedia kala. Aku tahu hubungan Husein dan Diana sedang gantung dalam 3 bulan terakhir, bahkan setahuku mereka sudah putus tapi Diana bersikeras ingin kembali.

Aku memutuskan untuk menyalakan sinyal, berlari melewati taman belakang sekolah. Berharap dapat bertemu dengannya yang terbiasa berteduh di bawah pohon yang aku tidak tahu pohon apa namanya. Langkahku terhenti seketika, aku mendengar retakan hatiku yang mulai pecah berserakan. Diana tengah meminta Husein untuk kembali padanya, meminta orang yang kusuka selama 3 tahun untuk kembali menjalin kasih.

Yang aku sesalkan Husein hanya mengangguk pasrah, dia tidak berontak setelah Diana mencampakkan dirinya begitu saja. Dengan mudahnya gadis itu menyeret Husein untuk kembali menjalin kasih. Tanpa sadar aku berjalan mundur, tubuhku menabrak beberapa siswi yang kebetulan lewat. Aku tidak dapat menyaksikan adegan tersebut lebih lama lagi.

Kumpulan Kisah NyataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang