Five

519 40 14
                                    

Author :

Hai hai, sorry ya lama updatenya. Inspirasi lagi di titik minimal nih, juga sibuk banget banyak tugas. Semoga suka..

~~~~~

Serenadya POV

Mataku semakin panas dan tanganku semakin bergetar hebat. Otakku gak bisa berpikir jernih, terlebih saat ada suara di belakang tubuhku yang sedikit mengagetkanku.

"Telat tiga menit, tiga puluh dua detik."

Saat aku membalikkan tubuhku, aku sedikit terlonjak kaget. Si Mas sangat dekat sekali denganku, dan dia menatap mataku lekat. Aku hanya bisa menghela napas panjang, mengatur ritme napasku, membalikkan tubuh lagi, dan menaruh pigora foto mengerikan itu ke tempat semula.

Saat aku akan membalikkan tubuhku lagi, aku sadar si Mas masih sangat dekat di belakangku, aku bahkan bisa mendengar nafas teraturnya. Dengan sedikit gemetaran dan keberanian, aku membalikkan tubuhku, lalu menatap matanya. Aku menemukan tatapan menenangkan disana. Sangat menenangkan, seperi menatap momen kesukaanku. Senja Sore.

"Kenapa mata lo berkaca-kaca?"

Aku kelabakan, melempar pandanganku melewati bahu tinggi si Mas. Aku menghela napas panjang untuk kesekian kalinya, kebiasaan burukku saat sedang gugup. Lalu kutundukkan kepalaku dan mengusap air mataku yang hampir menetes dengan punggung tangan kananku.

"Maaf," aku nggak ngerti kenapa aku meminta maaf. Mungkin untuk kelancanganku melihat pigora foto di rumah Mas, atau juga mungkin aku meminta maaf karena keterlambatanku. Dan yang terakhir, aku bisa saja meminta maaf atas tendangan bola nyasarku.

Kenapa kesalahanku banyak sekali?

"Lain kali jangan telat. Ayo masuk, masih banyak yang belum lo bersihin," dia berbalik dan menaiki tangga dengan cepat sekali, hampir berlari. Aku nggak ngerti kenapa dia terburu-buru.

Aku yang masih belum bisa berpikir jernih, menolehkan kepalaku lagi dan memaksa mataku untuk meneliti foto mengerikan itu. Mendekatkan kepalaku ke pigura dan mengamatinya lebih jauh. Sedikit mendengus, aku yakin bahwa dialah anak itu.

~~~~~

Tiba-tiba saat asyik-asyiknya mengarang pertanyaan yang akan diajukan kepada si Mas perihal anak yang ada dalam foto itu, tangan kananku ditarik paksa oleh seseorang. Tanpa lihat pun udah tau siapa yang narik, aku mendengus lagi, kali ini lebih keras. Karena dia masih aja memegang tanganku erat, aku lalu menggeram lebih lebih keras, sampai si Mas sadar bahwa langkahnya terlalu besar buatku. Aku aja sampe setengah berlari mengikutinya ke luar gerbang.

Tapi sayangnya, si Mas belum juga sadar sampe akhirnya dia berhenti. Dan kalian tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Apaan sih tabrak-tabrak punggung?"

See? Dia yang jalan kayak setan melayang, gak ngerem, gak bilang, tiba-tiba berhenti. Siapa yang salah coba?

Aku mengusap dahiku pelan sambil mendengus sebal, sedikit sakit akibat benturan dengan punggung tembok cina si Mas. Aku mengerucutkan bibirku. Kenapa mood-ku bisa langsung berubah drastis hanya karena nabrak punggung si Mas sih?

Loh kok ada mobil didepanku? Si Mas mana coba? Apa jangan-jangan aku mau diculik? Waduh mati aku, aku kan masih pengen nikah. Ayolah, Nad berpikir jernih dan tenang. Oke sekarang balikin badan, langsung lari kilat. Gampang kan?

Saat aku akan membalikkan badan dengan wajah ketakutan setengah mati, tiba-tiba kaca depan mobil penumpang terbuka.

"Ngapain masih disitu sih? Cepetan naek!"

You Had Me at HelloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang