Hari-hari berlalu begitu saja sejak Agatha Stewart keluar dari rumah sakit dan selama dua puluh lima hari, ia telah berada di Mansion milik Dr. Paul Maldev, sang Ayah tirinya. Ia sudah menjalani therapy untuk bisa kembali berjalan dan kini, kakinya sudah bisa pergunakan untuk melangkah sesuka hati.
Suatu hari wanita cantik itu ingin kembali tinggal di perkebunan anggur milik Mendiang Ayah kandungnya, Mr. Arthur Stewart. Tapi ia tak dapat kembali ke tempat yang sudah tak lagi ditinggali oleh Ibunya. Karena memang Dr. Paul sudah tak lagi memberi izin pada satu pun keempat anak dengan clan Stewart, yang kini berstatus anak tirinya itu untuk kembali tinggal disana. Yah, Dokter Paul Maldev terlihat sangat tak suka dibantah dan pada akhirnya sang Ibu, Marijen Laode pun berusaha membujuk keempat anaknya untuk kembali tinggal bersama.
Awalnya, Agatha sangat tidak setuju bila Adik-Adiknya harus keluar dari asrama sekolah dan menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk berangkat ke sekolah. Namun karena sebuah keputusan lain tentang keinginan Paul Maldev untuk memindahkan anak-anak tirinya itu ke sekolah elite di kota dan dekat dengan tempat tinggal mereka, maka Agatha pun mengikuti semua keinginan sang Ayah baru. Maka kini wanita cantik itu pun seperti telah mengulang kembali masa dimana dulu ia masih menjadi manusia dengan status sosial tinggi, ketika Ayah kandungnya masih menjadi pemilik pabrik wine terbaik di Britania Raya.
"Hei, Dear. Apa yang kau lakukan disini? Dr. Pa-- egh, maksud ku Ayah mu sedang ingin makan bersama dengan kita. Jadi ku harap kau mau bergabung bersama kami dan berhenti bersikap acuh pad--"
"Aku tak mau, Mom. Aku belum bisa menerima Dokter itu menikahi Mommy dan menjadi Daddy-ku. Aku butuh waktu untuk menerimanya, Mom. Lagi pula dia adalah Dokter yang sama saat aku berada di Kastil milik lelaki brengsek itu. DIA TIDAK SAMA SEKALI BERNIAT MENYELAMATKAN AKU DAN BAYI KU, MOM. DIA ADALAH LELAKI YANG TAK KALAH JAHATNYA DENGAN ADAM LEWIS!!! JADI BAGAIMANA BISA MOMMY MENYURUH AKU MENERIMA PRIA TUA ITU SEBAGAI AYAH SEMENTARA DIA SENDIRI TAK MEMILIKI EMPATI TERHADAP KU. BAGAIMANA BISA, MOMMY??? COBA KAU JELASKAN APAKAH SEMUA YANG AKU KATAKAN INI SALAH, HAH??? DIMANA LETAK KESALAHAN KUUU???"
JEDEERRR...
Merijen Laode, benar-benar shock dan terkejut dengan apa yang ia dengar barusan. Linangan air mata, jatuh berderai disertai telapak tangan kanannya pun ikut mendarat di bibir dan menutup rapat indera pengecap miliknya untuk bisa menghasilkan suara apapun. Rahasia yang selama sebulan ini telah disimpan rapat oleh Agatha, pada akhirnya tak lagi bisa anak sulung itu sembunyikan.
Maka yang terjadi selanjutnya adalah sebuah pelukan erat dengan masih diiringi reruntuhan bulir-bulir air mata kesedihan disana. Hal itu juga menjadi pemandangan menyedihkan bagi sosok lain yang sedari tadi berada tak jauh dari sana, karena ia sungguh tak menyangka jika Agatha Stewart adalah anak dari Merijen Laode, wanita yang kini telah resmi menjadi Isterinya.
Dr. Paul Maldev kini merutuki dirinya yang tampak benar-benar tolol, karena hampir selama sebulan ini ia berpikir jika Agatha menyukai dirinya sebagai pengganti sang Ayah yang sudah meninggal dunia. Tapi ternyata ia salah dan kini lelaki itu sedikit cemas, oleh bayangan sikap dingin yang bisa saja akan terjadi setelah ini nanti. Hingga dengan keadaan kikuk kaki kanan Dokter tua itu ternyata tak sengaja menyenggol pot bunga yang berada tidak jauh dari koridor teras belakang tersebut, saat ia hendak berbalik dan meninggalkan kedua Ibu dan Anak yang sedang berbagi kesedihan.
Secara otomatis pelukan kedua anak beranak itu terlepas seketika dan berganti dengan keterkejutan mereka atas bunyi dari pot bunga yang terjatuh tadi. Sementara Dr. Paul Maldev, pun secepat kilat merunduk dan berusaha memperbaiki posisi benda tersebut. Namun Marijen yang ternyata berhati lembut. Kemudian berjalan cepat menghampiri sang Suami dan sama-sama mengangkatnya.
"Kau sudah lama berdiri disini? Apa kau sudah mendengar semua percakapan ku dengan Atha tadi hingga kau tak sengaja menjatuhkan ini?"
Marijen bertanya dengan manik mata yang benar-benar tertuju pada kedua netra abu sang Suami. Di balik jawaban yang nanti akan ia dengar dari Dr. Paul, ia sangat ingin membaca kebenaran dari perkataan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
MANCHESTER, LOVE & TEARS [END]
RomanceKonflik hati, terasa semakin pelik mana kala segala cobaan yang datang menerpa kedalaman perasaan, sama sekali tak bisa dipecahkan dengan baik. Rasa egoisme tinggi, ditambah sebuah konspirasi congkak demi kepentingan logika dan kesenangan mata duni...