Sepanjang jalan pulang tak terasa apapun. Semua berlalu begitu saja. Kemacetan, rasa gerah, desakkan penumpang lain, suara pengamen, dan hal lainnya seolah tak ada. Gadis itu pulang dengan peta yang tak disadarinya.
Bagaimana kelanjutan semua ini? Apa yang harus ia lakukan? Apa yang sepantasnya ia sampaikan? Apa hal itu akan mengganggunya atau tidak? Semua pertanyaan itu terpatri kuat-kuat dalam benak Firza.
Juga ... reaksi apa yang akan Raafi berikan bila ia mengirimkan sesuatu padanya?
Deg
Jantungnya tiba-tiba menyentak. Ia tiba-tiba teringat akan ucapan Icha dan Zara sebelum pulang tadi.
Lo itu temennya, Fir!
Dia nggak akan marah terlebih dia itu temen deket lo, Fir!
Sekalipun lo bilang dia dingin. Buktinya gak pernah gitu sama lo, kan?
Pikirannya perlahan-lahan terbuka. Benar, Raafi memang teman dekatnya. Teman dekat yang tanpa sadar membentuk sebuah jalinan yang bernama sahabat. Sekalipun tak ada yang mengakuinya. Mereka tetaplah sahabat. Sahabat yang terjadi begitu saja.
Meski ada kenyataan yang melibatkan perasaan Firza padanya. Ikatan itu tak akan pernah menghilang. Tiga tahun itu bukan waktu yang sebentar. Terlebih SMA yang menjadi puncaknya masa muda.
Hubungan kami ... akan baik-baik saja, batinnya menyahut. Lagipula, aku bukan mengungkapkan perasaan. Aku hanya sekadar menyampaikan―bukan, ini bukan perpisahan.
"Lo udah telat, Fir," ucapnya pada diri sendiri. "Untuk yang ke dua kalinya. Jangan sampe lo telat dan ... nyesel di saat dia udah berangkat."
Bagaimanapun caranya. Ia harus mengatakan sesuatu sebelum Raafi pergi. Tidak, dia tidak pergi. Ia hanya berangkat. Ia akan kembali lagi.
Raafi pasti balik lagi.
***
Firza memandang ponsel dalam genggamannya ragu. Sebuah roomchat ia buka. Itu roomchat antara dirinya dengan adik kelasnya―Lita.
Hingga akhirnya, sebuah stiker anime laki-laki yang seolah mengintip ruang obrolan itu terkirim.
Lita : Nande? :v
Firza : Kuingin cerita sesuatu tapi bingung
Lita : Ceritain aja, Kaaa :"v
Firza : Kuharap setelah kamu tau kenyataannya kamu nggak ketawa :')
Ne, pas aku SMA, kamu tau kan kalau aku suka sama Rio? Tapi, apa iya? Apa aku malah keliatannya suka sama orang lain? Kalau iya, siapa?
Lita : Zaki?
Firza : Not him. Dipenglihatan kamu, ga ada orang lain kah?
Lita : Kugak ngerti T__T
Firza : Bukan mereka. But ... ada yg akhir2 ini bikin aku takut dia pergi. If you know, don't be laugh. Soalnya mungkin kamu juga bakal ikut sedih
Lita : Ohh ayolahh :'v Lita ga mau nebak karena biasanya tebakan Lita bener loh :v
Orang yang selalu panggil ka Fiy si sableng
Firza : BUKAAAAN, WHY KUDU NEBAK SI ANDRA?!Lita : Ntahlah just tebakan :v Anaknya pernah satu sekolah?
Firza : Ga usah ditanya
Lita : Karaafi~
Deg
Setelah debaran yang menyentak itu. Setiap cerita yang tanpa sadar tersembunyi beberapa tahun belakangan ini terkuak.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTEARS [END]
Short StoryKupersembahkan kata-kata yang tak pernah bisa kuucapkan di sini.... *** Klasik. Terlalu klasik. Aku jatuh cinta pada teman sekelasku, satu klub dan satu ekskul, satu hobi, dan hal lainnya yang tanpa sadar terus-menerus mempertemukan kami. P...