VI

565 83 11
                                    

Sepanjang jalan pulang tak terasa apapun. Semua berlalu begitu saja. Kemacetan, rasa gerah, desakkan penumpang lain, suara pengamen, dan hal lainnya seolah tak ada. Gadis itu pulang dengan peta yang tak disadarinya.

Bagaimana kelanjutan semua ini? Apa yang harus ia lakukan? Apa yang sepantasnya ia sampaikan? Apa hal itu akan mengganggunya atau tidak? Semua pertanyaan itu terpatri kuat-kuat dalam benak Firza.

Juga ... reaksi apa yang akan Raafi berikan bila ia mengirimkan sesuatu padanya?

Deg

Jantungnya tiba-tiba menyentak. Ia tiba-tiba teringat akan ucapan Icha dan Zara sebelum pulang tadi.

Lo itu temennya, Fir!

Dia nggak akan marah terlebih dia itu temen deket lo, Fir!

Sekalipun lo bilang dia dingin. Buktinya gak pernah gitu sama lo, kan?

Pikirannya perlahan-lahan terbuka. Benar, Raafi memang teman dekatnya. Teman dekat yang tanpa sadar membentuk sebuah jalinan yang bernama sahabat. Sekalipun tak ada yang mengakuinya. Mereka tetaplah sahabat. Sahabat yang terjadi begitu saja.

Meski ada kenyataan yang melibatkan perasaan Firza padanya. Ikatan itu tak akan pernah menghilang. Tiga tahun itu bukan waktu yang sebentar. Terlebih SMA yang menjadi puncaknya masa muda.

Hubungan kami ... akan baik-baik saja, batinnya menyahut. Lagipula, aku bukan mengungkapkan perasaan. Aku hanya sekadar menyampaikan―bukan, ini bukan perpisahan.

"Lo udah telat, Fir," ucapnya pada diri sendiri. "Untuk yang ke dua kalinya. Jangan sampe lo telat dan ... nyesel di saat dia udah berangkat."

Bagaimanapun caranya. Ia harus mengatakan sesuatu sebelum Raafi pergi. Tidak, dia tidak pergi. Ia hanya berangkat. Ia akan kembali lagi.

Raafi pasti balik lagi.

***

Firza memandang ponsel dalam genggamannya ragu. Sebuah roomchat ia buka. Itu roomchat antara dirinya dengan adik kelasnya―Lita.

Hingga akhirnya, sebuah stiker anime laki-laki yang seolah mengintip ruang obrolan itu terkirim.

Lita : Nande? :v

Firza : Kuingin cerita sesuatu tapi bingung

Lita : Ceritain aja, Kaaa :"v

Firza : Kuharap setelah kamu tau kenyataannya kamu nggak ketawa :')

Ne, pas aku SMA, kamu tau kan kalau aku suka sama Rio? Tapi, apa iya? Apa aku malah keliatannya suka sama orang lain? Kalau iya, siapa?

Lita : Zaki?

Firza : Not him. Dipenglihatan kamu, ga ada orang lain kah?

Lita : Kugak ngerti T__T

Firza : Bukan mereka. But ... ada yg akhir2 ini bikin aku takut dia pergi. If you know, don't be laugh. Soalnya mungkin kamu juga bakal ikut sedih

Lita : Ohh ayolahh :'v Lita ga mau nebak karena biasanya tebakan Lita bener loh :v

Orang yang selalu panggil ka Fiy si sableng
 
Firza : BUKAAAAN, WHY KUDU NEBAK SI ANDRA?!

Lita : Ntahlah just tebakan :v Anaknya pernah satu sekolah?

Firza : Ga usah ditanya

Lita : Karaafi~

Deg

Setelah debaran yang menyentak itu. Setiap cerita yang tanpa sadar tersembunyi beberapa tahun belakangan ini terkuak.

***

AFTEARS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang