Pak Rahmat!!

37 2 1
                                    

'Hmm pagi yang indah, indah buat tidur maksud gue' batin Keyla sambil berjalan melewati lorong sekolah menuju kelasnya.

'Ngomong-ngomong udah lewat satu minggu dari kejadian gue ketemu sama tuh cowo gagu. Selama itu juga gue gak pernah ketemu lagi, agak ngeri sih takutnya tuh cowo salah satu penunggu sekolah, kan serem' Ingatnya sambil bergidik ngeri sendiri membayangkan kejadian minggu lalu.

Setelah sampai ke kelas dengan selamat sentosa, Keyla langsung melipat hoodienya, biasalah digunakan untuk alas tidur, ala anak-anak sekolah gitu.

Milla hanya mendengus pelan, melihat kelakuan sahabatnya itu. Dia menghampiri meja Keyla, menggebraknya pelan "Ya ampun Keyy! Pagi-pagi udah molor aja lo".

'Ampun deh mak lampir pagi-pagi udah ngomel aja' batin Keyla.

"Eh Key bangun!!" Suara teman Keyla yang lain, tepatnya Maura.

'Baru juga gue buka mata eh udah ngeliat bidadari tapi dalam wujud mpok Nori' batin keyla sambil ngelus-ngelus dadanya.

"Apaan sih Ra?!" Bentak Keyla, kana ia merasa terganggu oleh kehadiran Maura.

"Lo dipanggil sama Pak Rahmat keruangannya tuh" Suara Maura dengan nada sedikit meninggi.

Awalnya Keyla terlihat ogah-ogahan  mendengar penjelasan dari Maura, tapi setelah dia mendengar sebuah nama sakti yang baru saja diucapkan dia langsung duduk dengan tegap "Sumpah gue gak buat masalah apa-apa hari ini, telat juga engga, terus kenapa gue dipanggil sama Pa Rahmat" Ucap Keyla sambil mengerjapkan matanya berkali-kali.

Maura yang sedang sibuk membagi-bagikan buku paket pada teman-temannya langsung menghapiri Keyla, dia langsung menoyor kepala sahabatnya itu "Udah deh sana aja susah amat" Suara Maura.

Keyla yang diperlakukan seperti itu hanya bisa mengaduh pelan, sambil memanyunkan bibirnya.

***

Tak butuh waktu lama bagi Keyla tiba diruangan Pak Rahmat, karna ruangan itu jaraknya lumayan dekat dengan kelasnya.

TOK TOK TOK...

"Masuk" Suara orang di dalam, yang tidak lain adalah Pak Rahmat.

Keyla perlahan membuka knop pintu ruangan. Detak jantungnya pun tak beraturan antara takut, heran, kesal.

Cklekkk...suara pintu terbuka.

"Ayo duduk dulu Keyla" Suara Pak Rahmat membelah keheningan diruangan tersebut.

Setelah sukses mendudukan dirinya di kursi yang berada tepat di depan guru yang terkenal killer itu. Merasa diperhatikan, Keyla mengengok ke samping. Dia menautkan alisnya bingung, dia seperti de javu.

'Tunggu kenapa gue kayak yang kenal yah sama tuh cowo disamping gue. Oh iya dia kan cowo gagu yang waktu itu. Kenapa dia bisa disini yah? Atau jangan-jangan dia yang ngelaporin gue ke Pak Rahamat sampe gue dipanggil kesini ?! Wah bener-bener rese nih cowo, gue sunat loh nanti!!' Batin Keyla.

"Jadi gini Key, Juna! Kalian tau kenapa kalian dipanggil kesini ?" Tanya Pak Rahmat, dan Keyla hanya menganggukan kepalanya setelah mendengar bahwa orang yang dia tabrak kemarin adalah Juna.

'Lah beneran gagu nih cowo buktinya dia gak bisa ngomong' Batin Keyla.

"Engga pak" jawabnya.

"Jadi gini bapak mau kalian untuk mewakili sekolah dalam olimpiade Fisika"  Jawaban Pak Rahmat membuat Keyla tak percaya.

'What the... gila dia gak salah orang kan nyuruh gue buat ikutan olimpiade ? Jangan-jangan otak tuh guru udah geser deh' batin Keyla.

"Saya gak bisa pak!" Suara Juna yang memberi keanehan bagi Keyla.

'Hah! Tunggu nih cowo barusan ngomong, bukanya dia gagu yahh' batinnya.

"Kok lo bisa ngomong sih ?" Tanya Keyla

Mendengar pertanyaan unfaedah  dari perempuan disampingnya, Juna hanya menggelangkan kepalanya, tak berniat menjawab pertanyaan yang ditujukan padanya. 'Cewe aneh' batinnya

Karena kesal akibat pertanyaannya tak juga dijawab oleh lelaki disampingnya, Keyla bisa membatin 'Gila gue dikacangin broo... beneran nyari mati nih cowo'.

Pak Rahmat yang mulai merasa bosan dengan pertengkaran batin antara dua orang murid dihadapannya hanya bisa berdehem, untuk menarik perhatian murid-muridnya itu kasian banget, dasar guru kurang perhatian *ehh.

"Maaf saya tidak menerima penolakan saya harap kalian mengerti!  Saya mohon kerja samanya!" Intruksi dari Pak Rahmat yang membuat dua muridnya hanya bisa menganggukan kepalanya.

Krik krik krik ...

"Ya sudah jika tidak ada yang ditanyakan lagi, kalian boleh kembali ke kelas. Oh iya kalian latihannya mulai pulang sekolah nanti"  Pak Rahmat membuka suaranya kembali.

'Kalo orang lain senyum kan nambah manis, tapi kok kalo Pak Ramat senyum nambah serem yahh ??' batin Keyla sambil tersenyum sendiri yang membuat lelaki itu Juna bergidik ngeri, mengira bahwa Keyla itu gila.

***

Saat Keyla bangun tidur, dia langsunh melihat jam yang ada di mesjid 16.30.

'Gila mati gue! Masa pertemuam pertama udah telat! Bisa kena semprot Pak Rahmat kalo gini. Kenapa juga gue make ketiduran dimesjid juga sih ? Gak pedulilah yang penting gue harus secepetnya sampe ruangan tempat pelatihan. Tunggu tadi pak Rahmat ngomong tuh ruangan dimana yah ? Duh kenapa gue pelupa banget sih jadi orang' umpatnya sambil berlari keluar dari mesjid. Walau dia tidak tau arah dan tujuannya berlari. Dijalanpun dia beberapa kali menabrak orang.

Akhirnya setelah berputar-putar mengelilingi sekolah dia sampai diruangan yang dimaksud. Setelah sampai didepan pintu dia menghembuskan nafas berat, sambil mengumpulkan keberanian juga mencari-cari alasan yang tepat untuk menghindari hukuman dari Pak Rahmat.

Tok tok tok...

"Masuk!!" Suara berat laki-laki dari dalam ruangan.

'Kok suaranya makin serem yahh' batin Keyla.

"Ck kapan sih Key kamu bisa tepat waktu ? Kamu tau kamu terlambat hampir satu jam!" Katanya sambil bersila tangan, berusaha memaklumi muridnya yang satu ini.

"Lo ngebuang waktu gue aja!" Suara seorang lelaki lain diruangan itu, tepatnya Juna.

'Dasar gagu sekalinya ngomong nyelekit banget' cibirnya.

"Hehehe maaf yah pak saya tadi..." Kata Keyla sambil memikirkan alasan yang tepat
'alesannya apa yahh' batinnya.

"Tadi apa!" Suara Juna seperti yang penasaran dengan alasan apa yang akan dikatakan Keyla.

'Ketus banget sih ngomongnya dasar gagu' cibirnya.

"Biasa aja dong, gue cuma ketiduran dimesjid" setelah beberapa detik setelah mengucapkan itu, Keyla langsung memukul pelan mulutnya itu.

'Mampus nih mulut gak bisa diajak kerja sama banget sih' umpatnya sambil menyesali perkataannya tadi.

"Ya udah gapapa bapak maklumin hari ini, tapi besok jangan terlambat lagi! Sekarang kita mulai saja" Kali ini Pak Rahmat yang bersuara, karena tak tahan dengan perdebatan dua orang murid dihadapannya.

***

"Waktu adalah nilai mutlak kita tak bisa mengubahnya walau hanya satu detik"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 16, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TentangkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang