Bonus Chaper #2 : Kim Jungkook

4.6K 379 14
                                    

Aku bahagia.

Tentu saja, siapa yang tidak bahagia jika telah dihadirkan seorang bidadari dan dua malaikat kecil di hidupnya.

Aku sangat bahagia dengan keluargaku yang sekarang. So Hee sungguh sangat dewasa dalam menghadapi semua permasalahan keluarga.

Diriku? Aku juga sudah mulai merubah perilakuku. Cukup kalian telah disuguhkan kelabilan dan kebodohanku selama ini. Untuk kekesalan hati kalian karena diriku, aku sungguh minta maaf.

Tapi hey, ini bukan sepenuhnya salahku juga. Saat itu aku masih 19 tahun, wajar saja jika pemikiranku masih belum nalar. Kau juga harus menyalahkan penulisnya karena perempuan itu dengan kejamnya membuat karakterku yang seperti itu. Gadis jahat.

Oke, kembali pada aku dan keluargaku. Aku sekarang bekerja di cabang perusahaan Kim yang berada di Amerika. Sungguh aku harua berterima kasih kepada Taehyung hyung karena dia dengan senang hati mau membuatkan cabang baru disini.

Kakakku itu sekarang telah bahagia bersama dengan istrinya. Yah, istri yang dulunya kucintai juga. Namun seperti yang telah kukatakan, aku sudah berubah. Tidak ada lagi Jungkook labil seperti yang dulu.

Aku sekarang sedang bermalas-malasan di atas tempat tidur. Tentu saja, ini akhir pekan, saatnya untuk bermalas-malasan. Lagipula diumur yang sudah hampir memasuki kepala empat ini, tubuhku sudah tidak sekuat dulu.

Aku melongokkan kepala keluar selimut saat So Hee datang. Istriku itu membawa nampan berisi sarapan. Itu sudah menjadi kebiasaan. So Hee tahu jika aku akan sangat malas untuk bangkit dari tempat tidur saat akhir pekan.

"Kau sepertinya lebih mencintai kasurmu daripada diriku," ujarnya berkomentar.

Aku terkekeh geli dan menyibak selimut, menampilkan tubuh polosku. "Kenapa kau bilang begitu, hum?" Aku menatapnya lembut.

"Kau menyebalkan, Kim! Menikah sajalah dengan kasur, bantal, dan selimutmu itu!"

Aku mengernyit heran. "Kau kenapa, sih? Setiap minggu juga aku seperti ini, tapi kau tidak marah. Kau sedang datang bulan ya?"

Aku melihat dia menatapku tajam. Oh sudah, ini sudah jelas kalau dia sedang dalam periodenya. Dan So Hee yang sedang dalam periode itu sangat menyeramkan jika marah.

Benar saja, dia dengan tanpa peri kemanusiaan memukul-mukul lengan dan dadaku. Ya Tuhan, untung saja aku masih berolah raga sehingga pukulannya itu tidak terasa terlalu menyakitkan.

"Kau menyebalkan, Kim!!" pekiknya sambil terus memukuliku dengam brutal.

Aku mencoba menangkis pukulannya. Aku menangkap dua tangan itu. "Berhenti, ini sakit."

"Kau jahat,"

So Hee menunduk. Aku bisa melihat punggungnya bergetar. Hey, wanita ini tidak sedang menangis, bukan?

"H-hey, Han So Hee. Kau kenapa?"

Aku menyentuh punggungnya. Ia dengan kasar menepis tanganku. "A-aku sudah lelah mengurus pekerjaan rumah sejak pagi. D-dan kau malah m-masih tidur," ujarnya dengan isakan.

Aku meringis. Dia kenapa? Hanya karena masalah sepele seperti ini kenapa dia sampai menangis seperti itu. Mood wanita yang sedang datang bulan memang mengerikan.

"Oke, maaf. Maafkan aku." Aku memilih mengalah daripada harus memperpanjang masalah.

"Terserah. Aku benci kau!"

Aku menatap dirinya yang telah pergi dari kamar dengan pandangan super bingung. Oh Ya Tuhan, sabarkanlah hambamu ini.

Aku memilih untuk turun dari tempat tidur dan segera membersihkan diri. Aku pergi ke ruang keluarga setelah selesai mandi. Aku melihat Ji Ah yang sedang menonton TV disana.

"Ji-ya,"

Ji Ah menoleh. "Kenapa, ayah?"

Aku berjalan mendekati gadis itu dan duduk disampingnya. "Kau tahu apa yang salah dengan ibumu?"

Ji Ah masih fokus dengan televisi saat menjawab, "Tidak. Memangnya kenapa?"

"Ibumu aneh. Tadi pagi ayah dimarahi karena bangus siang."

"Ck, tentu saja ibu marah. Itu salah ayah. Kenapa ayah malas sekali, sih?"

"Ish, anak nakal! Bukannya membela ayah kau malah balik menyalahkan ayahmu sendiri."

Kulihat dia mendesah kecil dan menatapku. "Dengar ayah, ibu itu sudah capek mengurusku dan Jeong San. Harusnya ayah peka, dong!"

Aku cemberut. "Sudahlah, tidak ada untungnya bercerita padamu. Kau itu selalu membela ibumu."

"Tentu saja. Dia ibuku."

"Dan aku ayahmu."

"Bagitu, ya? Lalu aku harus apa?"

Aku mendelik. "Gadis ini! Huh, aku memang tidak akan pernah bisa menang melawan anak jaman sekarang."

"Itu ayah tahu, kenapa masih dilakukan?"

Aku mengelus dada. Sabar. Dia anak sendiri, jangan digantung di tiang jemuran nanti dicabik-cabik So Hee.

"Sudahlah, ayah mau pergi ke kamar saja."

"Ya sudah."

Aku menaiki tangga menuju kamarku. Aku melihat pintu kamar yang terbuka. Aneh. Padahal kukira aku sudah menutupnya. Mungkin itu So Hee.

"KIM JUNGKOOK!!!!"

Aku terlonjak saat mendengar teriakan membahana dari istriku. Aku langsung saja berlari ke kamar takut terjadi sesuatu.

"ADA APA?" Aku bertanya dengan panik.

Aku melihat So Hee yang tengah cemberut dengan testpack yang berada di tangan kanannya.

"Ini semua karena kau!" ujarnya garang. "Kau terdakwa dari semua ini!"

Aku masih tidak mengerti dengan semua ini. "Apa? Kenapa?"

"Lihat!" So Hee menyodorkan testpack itu kepadaku. Aku melihat dua gadis merah disana.

"K-kau hamil?" tanyaku ragu.

"Kau bisa lihat sendiri, kan?! Semua ini ulahmu, Kim! Tanggung jawab!"

Aku melebarkan senyumku. "Ji Ah, Jeong San!! Kalian akan punya adik!!" seruku senang.

Setelahnya aku mendengar suara langkah kaki terburu-buru yang menaiki tangga. Aku melihat kedua anakku yang sudah terengah-engah.

"Benarkah?" Mereka berdua bertanya serempak. Aku mengangguk.

"Yey!" seru Jeong San girang.

"Yaahh," desah Ji Ah kesal.

"Kenapa?" tanyaku pada gadis muda itu.

"Nanti rumah ini akan berisik karena bayi lagi, dong. Dan pasti pekerjaan rumah akan dilakukan olehku."

"Tentu tidak," So Hee tiba-tiba menyela. "Ini semua perbuatan ayahmu, jadi dia yang akan bertanggung jawab mengurus kalian selama ibu hamil."

Aku menatap tidak percaya kearah So Hee.

"Yeeyyy!!" pekik Ji Ah girang.

"Selamat menjalani hukumanmu, tuan Kim."

Oke. Aku siap. Kenapa ini sangat menyebalkan? Apa salahku? Aku hanya melakukan hal yang biasa selama ini. Aku juga tidak tahu jika So Hee akan hamil lagi.

Baiklah Kim Jungkook, saatnya jadi suami siaga. Lagi.




***

Gue apdet lagi!! :)

Maaf kalo ceritanya gaje.

Nggak ada yang special sih, cuma gue lagi bahagia aja. Dan membagi kebahagiaan itu pahala.

Terima kasih telah membaca

Hold Me TightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang