Part 17 : Stranger

2.4K 378 14
                                    

So Hee termangu sejenak menatap pria bersurai oranye di depannya. Pria itu mempunyai wajah yang menyenangkan.

"Permisi," ujar pria itu membuyarkan lamunan So Hee.

"Ah iya?" ujar gadis itu masih setengah sadar.

"Kubilang hapus air matamu," pria itu pun kembali menyodorkan sapu tangan coklatnya.

So Hee sedikit kaget. Gadis itu bahkan tidak menyadari kalau sedari tadi ia menangis. So Hee langsung saja mengambil sapu tangan itu dan menggumamkan kata terima kasih.

Pria itu duduk di sebelah So Hee. Melihat itu, So Hee sedikit menjauhkan dirinya. Hey, ada pria asing yang datang menghampirinya, tentu saja dia merasa sedikit takut kan?

"Tidak apa. Aku tidak bermaksud menyakitimu," ujar pria itu.

"Maaf. Aku hanya sedikit... Menjaga diri mungkin?"

Pria itu terkekeh. "Tentu saja. Bukankah sekarang banyak penjahat kelamin yang mengincar para gadis? Apalagi situasi dan kondisi sekarang sangat pas untuk melakukannya."

So Hee bergidik ngeri mendengar ucapan pria itu. Gadis itu langsung saja menutup dadanya menggunakan tas tangannya. "K-kau t-tidak akan macam-macam, kan?" ujar gadis itu tergagap.

"Sudah kubilang aku tidak akan menyakitimu."

"Lalu kenapa kau disini?"

"Aku hanya sedang lewat untuk mencari udara segar dan melihat seorang gadis cantik yang duduk sendirian di sini sambil menangis. Dan jiwa pria sejatiku berinisiatif untuk mendekatimu."

"Begitukah?"

"Hmm. Kalau kutebak, kau pasti habis putus cinta. Apakah aku salah?"

So Hee terkekeh. "Sepertinya kau memang berbakat menjadi cenayang, tuan."

"Aku bukan cenayang, aku adalah sang ahli cinta. Jadi ada apa? Kenapa kau putus dengannya?"

So Hee berpikir sejenak sebelum menjawab. Sepertinya bukan masalah jika ia menceritakan sedikit kisah cintanya kepada pria ini. Toh, mereka kemungkinan besar tidak akan bertemu lagi, kan? Dan yang paling penting, So Hee sangat butuh tempat curhat sekarang.

So Hee menghela napas sebelum memulai bicara. "Bagaimana kami bisa putus kalau kami bahkan tidak punya hubungan apapun." Gadis itu tersenyum getir.

"Lalu?"

"Dia. Pria yang kucintai. Dia telah terjebak di masa lalunya. Ia masih mengenang cinta pertamanya. Padahal, wanita itu sekarang sudah menikah, bahkan wanita itu adalah kakak iparnya sendiri. Aku telah mencoba membuatnya melupakan wanita itu. Tapi ternyata usahaku sia-sia. Tadi sore, dia menolakku. Dia bilang dia masih belum bisa melupakan wanita itu."

Pria di sebelahnya hanya mengangguk mengerti. "Kau tahu," ujar pria itu. "Kisahmu sangat mirip dengan kisah temanku. Maksudku, dia juga mencintai kakak iparnya sendiri. Bodoh bukan? Tidak terhitung sudah berapa kali aku memaki kebodohannya." Pria itu terkekeh.

"Lalu bagaimana dia sekarang?"

"Dia memutuskan pergi meninggalkan kakak dan kakak iparnya. Tapi aku yakin, bocah itu pasti masih mencintai kakak iparnya itu. Sebenarnya dia hanyalah pemuda polos yang pertama kali merasakan cinta. Tapi sayang, kisahnya harus berakhir menyedihkan."

"Dimana dia sekarang?"

"Dia di sini. Di Amerika. Aku datang kemari juga bertujuan untuk menemuinya."

"Jadi kau tidak tinggal disini? Darimana asalmu?"

"Aku? Aku orang Korea."

"Benarkah? Aku juga orang Korea."

"Woah, kebetulan macam apa ini?"

"Aku menyebut kebetulan ini sebagai sebuah takdir," ujar So Hee.

"Iya, kau benar. Jadi, apakah kau mau kuantar pulang? Kupikir bus tidak akan datang lagi di malam selarut ini."

"Bolehkah?"

"Tentu saja. Ayo, mobilku ada di dekat sini."

"Baiklah. Terima kasih." So Hee pun mengikuti pria asing itu.

Sebut saja So Hee sudah tidak waras karena curhat dan juga mau diantar pulang oleh orang asing dengan mudahnya. Tapi gadis itu sudah tidak peduli lagi. Dia sudah lelah untuk berpikir.

Dan ternyata pria asing itu sungguh mengantar So Hee pulang. Mobil mereka sampai di depan gedung apartemen So Hee.

Pria itu membukakan pintu untuk So Hee. So Hee sedikit tersanjung menerima perlakuan seperti itu. Pria ini sungguh mengetahui bagaimana cara memperlakukan seorang wanita.

"Jadi, disini tempatmu?"

"Hmm. Aku tinggal di apartemen nomor 3001."

"Woah, tunggu dulu nona. Kenapa kau sampai memberitahuku? Apa kau berniat mengundangku ke tempatmu?"

"Mungkin, jika ada kesempatan."

"Aku akan sangat bahagia jika bisa bertemu lagi dengan gadis cantik sepertimu. Dan sebentar... OH SHIT!"

"Kenapa?"

Pria itu mengacak rambutnya kesal. "Aku tadinya ingin meminta nomormu. Tapi ponselku tertinggal di rumah. Sial!"

So Hee terkekeh. Gadis itu tidak mengerti kenapa dengan mudahnya ia bisa tertawa di depan pria ini. "Kalau kita berjodoh, pasti kita akan bertemu lagi."

"Eum, aku berharap bisa berjodoh denganmu," ujar pria itu sambil mengedip nakal.

So Hee memutar bola matanya. "Kau sepertinya sangat suka menggoda para gadis, ya?"

Pria itu meringis. "Iya. Kan sudah kubilang jika aku ini si ahli cinta. Aku biasa merayu para gadis. Dan kau adalah gadis pertama yang tidak termakan rayuan mautku, nona."

"Dan aku bangga karena itu. Sekedar informasi untukku saja, aku sudah biasa berhadapan dengan orang sepertimu."

Pria itu tertawa. "Baguslah. Kalau begitu aku akan pergi. Selamat malam."

"Hmm. Terima kasih atas tumpangannya."

"Tidak masalah."

Dan pria itu pun memasuki mobilnya. Ia sempat melambaikan tangan saat mobilnya sudah bergerak menjauh. So Hee pun balas melambaikan tangan.

Tiba-tiba gadis itu melihat sapu tangan coklat milik pria asing itu masih dalam genggamannya. Ia lupa mengembalikannya. Dan satu lagi yang ia lupakan. Nama! Ia lupa bertanya siapa nama pria itu!

Ah, sepertinya mereka memang harus bertemu lagi suatu saat nanti.




To be continued...

Hold Me TightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang