Inginku Bersamanya

30 3 0
                                    


   Tentang apa yang aku lihat kemarin lusa tentang dia bersama wanita lain saling menyapa, kucoba singkirkan fikiran negatifku.

"kalau aku gak bergerak buat mengontaknya bagaimana aku bisa bersamanya"

fikirku dalam hati, aku mencoba mencari situs instagramnya, Julian Akmal Pradana  mulai ku ketik namanya di kolom pencarian instagram, kulihat profilnya ternyata hanya sebuah tulisan arab yang tak lain adalah namanya, kulihat profil singkatnya yang bertuliskan Fisabilillah .. muslim taat berhijrah menuju ridhoNya dan sebuah tanggal lahirnya 27 Juli. aku mulai scrool kebawah.

subhanallah ... isi akunnya tentang dakwah-dakwah islami, tak jarang juga sholawat-sholawat dengan durasi singkat tak segan ia tayangkan, suaranya yang subhanallah dan wajahnya yang rupawan berhasil membuat para akhwat berkomentar untuk sekedar memuji, walau tidak sedikitpun dia merespon mereka semua, ntah mengapa aku tersenyum geli melihat senyumnya dan mendengar suaranya itu.
seketika khayalkupun bermain seolah dia menyapaku

"Assalamu'alaikum nayraa anna uhibbuka fillah ... kupersembahlan sholawat ini khusus untukmu humairahku"

ucap julian sambil tersenyum kearahku menunjukan pipi bolongnya.
Aku hanya tersenyum malu melihatnya, keperhatikan ian dengan penuh semangat, begitu tampan dan sholihnya dirimu akhi, aku ingin selalu bersamamu, bersholawat bersamamu, membagi kisah sedih dan bahagiaku hanya denganmu, dan menghabiskan sisah cinta dan hidupku hanya untukmu, selamanyaa ...

"Tok .. tok .. tok !! Assalamu'alaikum ... nayra ..?? Makan dulu nak, umi sudah buatkan sayur lode kesukanmu, semuanya sudah menunggu dibawah"

Suara ketukan itupun mehilangkan semua khayalanku yang sangat alay itu, aku juga sedikit jijik sih mengucapkannya, namun apa daya bibir ku tak mampu untuk melawan hati yang sedang menggebu-gebu dan fikiran yang sedang berjelaga jauh.

"Iya umii, sebentar nanti nayra kebawah, masih tanggung tugasnya" sahutku masih dalam kamar

"Baiklah umi tunggu dibawah ya sayang?"

"Na'am umi.."

Sebelum ku beranjak dari tempat tidur, aku masih menyempatkan diri untuk melihat semua unggahan sholawat dan dakwah islamnya itu, dan ku berikan tanda love untuk setiap postingannya, ntah apa yang ada di benakku saat itu,  yang jelas dan yang aku tau, aku menyukainya dan aku ingin selalu bersamanya Julian Akmal Pradana ...

💦💦💦

"Assalamu'alaikum semuaa ..." 

Sapaku sambil menebar senyum bahagia keseluruh keluarga kecilku, aku anak kedua dari empat bersaudara. Abangku yang pertama sedang menyelesaikan study nya di kairo yang terkenal sebagai kota terbesar di mesir yang memiliki industri film dan musik tertua dan terbesar di dunia Arab, serta institusi pendidikan tinggi. Wajar saja jika kairo merupakan kota impian para pelajar.

Nah kedua adikku itu kembar sintya dan satriya, rumah gak akan sepi kalau ada mereka, walau mereka kembar namun sintya sebagai kaka lebih memiliki sifat dewasa mau mengalah dan mengerti untuk satriya, walaupun tak jarang sikap usilnya yang selalu berhasil mebuat satriya kesal dan berujung tangis.

Yang terakhir umi dan abi, mereka berdualah yang menjadi semangat sekolahku untuk selalu berprestasi disekolah, dan mendukungku kemanapun aku mau selagi tak keluar dari ajaran Nya. Abi lebih cendrung bawel, selalu ingin tahu tentang apapun yang menyangkut diriku dan masa depanku, telaten mengomentari dengan segala apapun dari kekurangan dan kebutuhanku, dari mulai pakaian, memilih eskul, jurusan, cita-cita, persahabatan bahkan masalah cinta pun akan menjadi bahan pertanyaannnya selagi itu menjadi kebutuhan atau kekuranganku, sedangkan umi, dia yang selalu mendukung dan mensupportku, apapun yang aku lakukan, bahkan ketika aku salah, umi lah yang tau perasaanku dan mengembalikan lagi semangatku, umi itu orang tua, teman, sekaligus motivator yang luar biasa yang paling aku sayang.

"Lama banget sih ka, udah tau satriya laper, pasti kaka disengajain ya dilama-lamain gitu"

Sambil memainkan sendoknya berucap tanpa menatap seolah kesal setelah menunggu beberapa menit diruang makan

"Iya nih ka nayra, pasti lagi chat an ya sama pacarnya ka nayra?? Iya kan ka?"

Ucap sintya sambil tersenyum jahil kearah nayra

"Hah pacaran ?! Ndak umii, nayra ndak pacaran, sungguh"

"Cyee cyeee pacalan cyee, itu. Pipinya melah"

Tambah satriya seolah menggoda nayra

"Husst ade ini, masih kecil. Sudah tau pacar-pacaran, siapa yang ngajarin??"

Umi tak kalah penasaran dibuatnya

"Hehehe dariiii ftv umii"

"Aduaduuh kalian ini, lain kali jangan tv mulu yang ditonton, al-qur'anlah kalian tengok. Coba abi tanya, hafalan jus 30 nya udahan sampai mana??"

Ucap abi menatap serius kearah sintya dan satriya

"Satriyapun dah sampai al insyiqaq abii"

"Yah ade payah, jauhan juga sintya abii, sintya udahan sampe al buruj dong"

"Abi kata apa kemarin ituu??"

"Eemmm ... Minggu besok dah harus sampai al ghasyiyah abii"

secara bersamaan sambil menundukan wajah mereka

"Lain kali sebelum hafalan kalian tak usah tengok tv  apalagi nonton adegan cinta-cintaan macem tuh, umii perhatikan anak-anakmu ini, pantaulah terus"

"Abiii ... namanya juga anak-anak sudahlah sudah tak usah diperpanjang, marilah kita mulai makan dah kering ni nasi, tak sabar untuk kita santap"

"Umiii maafkan nayra yaa"

"Iyelah sudah-sudah duduklah rapih-rapih"

Dan aku baru menyadarinya bahwa abi selalu ingin kita menjadi yang terbaiikk ...
.
.
.
BAGIAN BAB YANG SEDIKIT ALAY MENURUT SAYA  KARENA NAYRA SEDANG DINGANGGU HATINYA, BIASALAH KARENA MASALAH REMAJA HEHE :D:))  JANGAN PERNAH BOSEN BACA CERITANYA, VOTE DAN KOMENNYA SANGAT SAYA HARAPKAN, TERIMAKASIH ((:

Bermain Angan sampai keatas awanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang