Si Bintang Kecil

25 3 0
                                    


Warna jingga dilangit sudah mulai terlihat, aku mulai melanjutkan aktifitas harianku untuk mengajar, menyampaikan ilmu yang aku punya walau hanya satu ayat.

Karena jarak mushola tempat ta'alim yang biasa aku mengajar lumayan dekat dengan tempat tinggalku, aku memmutuskan untuk jalan, ntah mengapa hari ini perasaanku sangatt bahagiaa sekali, bayangan itu perlahan mucul dan mulai memainkan perannya.

"Assalamu'alaikum ukhtii"

Sambil menyapaku dengan pipi bolongnya

"Untuk ukhti" menyodorkan sebatang coklat kesukaanku, yabg menambah bahagiaku hari ini

"Syukron akhi, tapi darimana akhi tau kalau aku sangat menyukai ini??" Ucapku penasaran

Namun reaksi ka ian yang hanya diam sangat membuatku tak mengerti apa yang dimaksudnya

"Hahahaha" tawanya seketika memecahkan keheningan

"Sungguh, aku tak mengerti maksud dengan semua ini"

"Masyaallah nayraa ... anna suka melihat wajah ukhti yang begitu penasaran, lucu, sangat lucu"

Kata - kata itu seketika membuat hati berdetak cepat, aku maluu namun aku bahagia sangat bahagiaa, dann ...

"Kaka ... minta ka ... buat makan adik saya belum makan kaa"

Khayalanku seketika lenyap dan fokusku tertuju kepada anak yang mengadahkan tangannya sambil tangan kanannya memegangi perutnya. Tak hanya sampai disitu mataku berjelaga mengintari sudut sekeliling tempat itu, seorang anak lelaki yang sedang mencari sebuah penghidupan untuk mengisi perut kecilnya di sebuah tumpukan sampah yang memang sudah tak layak untuk di hampiri, apalagi untuk anak sekecil dia.

"Yeeyy aku dapat, adiiikkkk hari ini kita bisa makan"

Dia berlari penuh semangat dan senyum kebahagiaannya dengan membawa sepotong roti sobek yang masih dalam kemasan, yang ia temukan di tumpukan sampah kearah adiknya yang menunggunya di pojok  dinding rumah berdinding kardus

"Masyaallahh ..." 

hatiku teriris melihat pemandangan itu, seketika mataku dipenuhi butiran air yang yang siap tumpah dikelopak  ini

"Kak ... minta ka..."

ucap kembali gadia kecil yang masih mengadahkan tangannya di hadapanku, mataku terarah  kearahnya. Segera ku cari sesuatu didalam tas hitam, dan ku temukan sebungkus nasi dengan lauknya  yang aku persiapkan untuk bekal siangku, dan kurogoh saku celanaku mengambil uang seperlunya

" haii cantiik ..."

Ucapku coba menyapa, namun gadis kecil itu metapku dengan tanpa ekspresi apapun kearahku, ntah takut atau apapun aku tak mengerti

"Emm ... kamu masih sekolah?"

Ku elus lembut rambut tipis dan kusutnya, namun hanya gelengan pelan yang aku dapatkan

"Hmm.. Baiklahh.  aku tak akan memaksamu untuk menjawab, aku hanya ingin memberimu ini"

Kuserahkan bekal siangku dan sedikit uang untunya. Tanpa kusangka dia langsung meraih bekalku dan berlari kerah kakanya yang masih juga seumuran dengannya

"Kaka ......!! Kita dapat makan kaa ....!! Kaka .."

Aku tak menyangka ternyata lelaki kecil yang menemukan roti itu adalah kaka tertua dari adik pengadah tangan dan seorang balita sekitar umur 3 tahun yang selalu menunggu ditumah kardusnya. Dan akuu hanya melemparkan senyum sedikit lega  menatap ke arahnya

"Ternyata mereka hanya butuh makanan, bukan uang. Subhanallah ..."

Dari mereka aku belajar tentang memaknai arti sebuah kehidupan, terkadang kita selalu tak pernah merasa puas dengan apa yang kita dapatkan, selalu ingin meminta lebih dan tak peenah merasa puas, namun tidak dengan mereka dengan kesederhanaannya ia mampu menciptakan rasa syukur yang menjadikan rasa semua itu menjadi kebahagiaan yang tak pernah ternilai harganya

Bermain Angan sampai keatas awanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang