"Mawar merah melambangkan cinta , mawar putih melambangkan kesucian, mawar kuning cocok untuk sahabat, kalau mawar pink..?"
"Kekaguman." Satu kata yang aku lontarkan mampu membuat rembulanku tersenyum malu. Pipinya mendadak merah.
"Tris.., terimakasih ya. Sayang sekali aku ga bisa terima langsung kemarin. Aku sedang pergi dan kamu ga bilang kalau mau datang mengantar mawar."
"Itu namanya kejutan. Tapi kejutan yang kurang persiapan. Hehehe. Jadi aku titipkan saja ke ibu kos kamu, kalau aku bawa pulang lagi takutnya keburu layu."
Aku berkata sembari mengeluarkan mawar baru dari balik punggung. Gadis itu mengulurkan jemarinya perlahan untuk menyambut mawar merah yang aku berikan untuknya. Ya. Kali ini warnanya merah , tanda cinta yang serius, bukan lagi warna pink seperti kekagumanku hari kemarin."Tris.."
aku mendengar dia memanggilku , bukan karena apa - apa, tapi karena ia terkaget. Duri mawar membuat telunjuknya berdarah. Aku pun terkaget melihatnya. Ingin segera membantunya membersihkan darah itu, namun tiba - tiba pandanganku memudar. Wajahnya tak dapat kulihat lagi.
Aku tersadar, yang aku rasakan barusan tidaklah nyata.
Ah ternyata hanya mimpi.
Rupanya setelah pulang dari Galeria Zacheta aku langsung ambruk dan terlelap beberapa jam.Aku segera bangkit dari kasur di kamar apartemenku. Hidungku mencium aroma pierogi, pastel khas Warsawa yang menjadi salah satu makanan favoritku.
Aku terduduk sembari menggeliat dan mengusap usap rambut. Sedikit mengaktifkan pikiran kembali, bertanya siapa gerangan yang memasak di dapur? Bukankah selama ini aku adalah penghuni tunggal, dan hanya Leo yang bebas keluar masuk apartemen ku dengan kartu akses yang dia punya. Tapi sangat tidak mungkin bocah pecicilan itu berada di sini ,apalagi memasakkan pierogi untukku. Dia boleh jadi ingin membangkitkan semangatku, tapi memasak terlalu banci untuk Leo. Mencoba berpikir tanpa panik kalau – kalau yang memasak itu maling atau hantu, akhirnya aku dapatkan siapa orang itu.
ABIYASA !Haha, adik macam apa aku ini, sampai lupa kalau per hari kemarin satu satunya kakak laki-laki mendarat dari Newyork ke Polandia, entah untuk apa. Yang pasti bukan untuk menjenguk ku, seperti layaknya seorang kakak yang menyayangi adiknya karena memang hubungan kita adalah hubungan paling tidak karuan antara kakak dan adik yang pernah aku tau di dunia ini. Selalu berbenturan dalam semua hal, akhirnya membuat ku dan Abi menjalani hubungan robotik alias kaku seperti robot demi menjaga agar kami tidak berkelahi secara fisik.
Aku berjalan menuju pantry hendak menemui Abiyasa, sembari melangkah aku mendengar suara percakapan antara laki laki dan perempuan.
"Ehm ehm" Aku berdehem memberi sinyal pada Abiyasa dan seorang perempuan yang berjarak lima meter dari tempatku berdiri. Sepertinya perempuan itu tidak asing bagiku. Tubuhnya dibalut dress selutut yang memamerkan betis nya yang mungil dan putih.
"Kesenangan" Bathinku dalam hati, sama seperti saat aku melihat kecantikan gadis - gadis di Indonesia dua tahun lalu.
Abi dan perempuan yang sedang asyik memasak sambil bercanda lirih itu pun menengok ke arahku. Abiyasa memang idola perempuan. Sikapnya yang hangat dan ramah membuat wanita betah berada di dekatnya, walaupun Abiyasa tak akan memberi harapan lebih pada mereka.Abiyasa dan gadis disebelahnya tersenyum antusias.Aku langsung mengenali gadis itu. Shine .
Shine datang ke Warsawa menyambangi Abiyasa ? Oh betapa menariknya Abiyasa atau betapa agresifnya Shine si putri pemilik homestay tempatku pernah bekerja ini sampai – sampai ia mengejar Abiyasa ke Warsawa?"Hai Bro, sorry kita berdua langsung ambil alih pantry kamu. Maklum si gadis cantik ini ingin memasakkan hidangan spesial."
Abiyasa membuka obrolan di antara kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moon
RomanceBagi Tristan semua yang ada di lingkungannya hanyalah kepalsuan. Ia benci saat orang - orang berpura - pura baik padanya bukan karena tulus namun karena ada udang di balik batu. Ia kecewa dengan keluarganya yang manis di luar namun sebenarnya sudah...