Part 4

7.2K 414 2
                                    

"Kak, lagi ngapain ?" tanya Clarisa pada Langit yang sedang asik dengan ponselnya. Saat ini Langit sedang duduk santai di sofa ruang tv.

"Loe nggak lihat ?" tanya Langit sinis.

"Temanin Cla beli baju yok, Kak ?"

"Nggak."

"Ayo ih, katanya Cla tanggung jawabnya kakak. Gimana sih ?" rajuk Clarisa sambil menggoyang-goyangkan tangan Langit.

"Duh, Cla. Ajak aja teman loe kenapa sih ?" tanya Langit jengah. H-1 dari hari keberangkatannya, seharusnya Ia dapat bersantai ria dirumah, malah di recoki adik tirinya itu.

"Nggak mau, Cla mau nya kak Langit."

"Nggak ada, gue nggak mau."

"Gue nangis ini, ya ?" Clarisa sudah mengambil ancang-ancang untuk melancarkan aksinya. Tangan lentik Langit langsung mendarat di kepala Clarisa tanpa belah kasihan.

"Otak udang, buruan sebelum gue berubah pikiran." Clarisa tersenyum lebar dan memeluk Langit sekilas sambil mengucapkan terimakasih. Selama 18 tahun hidupnya, baru kali ini Ia jalan berdua dengan kakak tirinya itu. Dulu, hanya sekali Langit pernah ikut jalan bersama keluarga baru ayahnya itu. Semakin lama, Clarisa semakin mengenal kakak tirinya itu, apalagi setelah Langit menjadi pilot, sifat kedewasannya bertambah apalagi tentang tanggung jawab. Memang, selama ini komunikasi mereka hanya sebatas makian semata, pertengkaran semata. Tapi, dibalik itu semua, Langit selalu berusaha melindungi Clarisa walaupun banyak hal yang Ia tutupi.

"Kita ke butik itu yuk, Kak !" ajak Clarisa yang sudah berada dalam mall. Sudah beberapa toko Ia singgahi, Clarisa belum juga merasa puas.

"Ini yang terakhir." Putus Langit dingin. Clarisa mengerucutkan bibirnya. Kesal dengan kakaknya itu. Ia tidak merasa sedang shopping, malah seperti belanja di pasar induk. Tidak sampai 2 jam, masa udah pulang aja.

"Kak Langit nggak asik ih orangnya." Ledek Clarisa lalu memasuki toko baju yang Ia inginkan. Ternyata, isi didalamnya membuat Clarisa jatuh cinta. Barang-barang yang ditawarkan begitu menarik perhatian Clarisa. Senyum lebarnya langsung terukir.

"GPL, Cla. Gue nunggu sana." Tunjuk Langit pada sebuah sofa panjang berwarna abu-abu. Clarisa langsung cawa meninggalkan kakaknya itu.

"Langit kan ?" tiba saja seorang wanita menghampiri Langit yang sedang asik dengan pinselnya. Langsung saja Langit mendongkak mendegar aada yang menyebut namanya. Bibir Langir langsung tertarik keatas membentuk bulan sabit sambil mengangguk mengiyakan.

"Arabella ! Lho, belanja juga ?" tanya Langit. Ara mengambil tempat disisi lelaki itu.

"Nggak, ini butik gue." Jawab Ara santai.

"Waaah, keren loe." Puji Langit tulus.

Clarisa yang baru saja kembali dari kasir langsung menyapa kakaknya itu. Melihat kakaknya berbicara dengan seorang wanita asing, Clarisa tersenyum penuh arti.

"Kak... !" panggil Clarisa pada Langit yang asik berceloteh dengan Ara.

"Eh, udah loe ?"

"Udah, ini siapa ?" tanya Clarisa penasaran.

"Hallo, saya Arabella, panggil saja Ara. Pemilik butik ini sekaligus teman nya Langit." Ujar Ara sopan sambil mengulurkan tanggannya. Clarisa menyambutnya antusias.

"Waaah, saya Clarisa. Adiknya Langit." Balasnya sambil tersenyum lebar.

"Kak Ara, Cuma teman nya kak Langit ?" tanya Clarisa lagi. Langit mengerutkan dahinya mendengar penuturan Clarisa. Ara mengangguk mengiyakan pertanyaan Clarisa.

Pilot, Aku Pada-mu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang