Part 6

7.1K 348 6
                                    

Langit kembali memikirkan perkataan Mauren kala itu kalau Ara itu wanita yang cukup sulit untuk di dekati. Hal itu membuat Langit setengah gelisah sebenarnya. Ya bagaimana tidak, secara Ia sama sekali tidak punya skill dalam mendekati wanita. Banyak hal sebenarnya yang harus Langit pelajari, 'kiat-kiat memikat wanita' salah satunya. Ditambahkan dengan predikatnya yang 'jomblo dari lahir', membuat semuanya seakan sempurna. Menyiksa ke-egois-an jiwa milik Langit.

Entah apa yang membuatnya begitu menggilai seorang Arabella, padahal selama ini wanita yang berusa untuk memikatnya tak kalah menggoda dari Ara. Tidak ada yang pernah bisa membuat Langit begitu menginginkan seorang wanita sebelumnya. Hanya Arabella.

"Ren..." panggil Langit yang saat ini sedang terlentang di atas ranjang, Mauren hanya berdehem pelan menyahuti panggilan Langit.

"Kira-kira mau kagak si Ara gue dekatin ?" tanya Langit gusar.

"Tau deh. Gue yang tampan luar biasa ini aja di tolak. Dia butuh yang benar-benar pas." Ungkap Mauren jujur , Langit mendengus kasar mendengar jawaban Mauren. 'Pas' bagaimana sih mau nya ?

"Jangan nanya mulu, Lang. Act dong !" seloroh Mauren lagi.

"Kan makanya gue nanya, Ren ! Biar dapat pencerahan."

"Loe harus bisa buat dia mematahkan prinsip nya itu. Dia itu. . . . sesuatu." Ucap Mauren sambil menaik-turunkan alisnya.

"Loe kira gampang, Ren !" cibir Langit.

"Ye makanya usaha dong. Dia itu nggak banyak mau nya, Cuma butuh kepastian, komitmen dan kesetiaan loe aja, Lang." Somprot Mauren panjang Lebar.

"Tau deh. Cewek emang ribet." Sunggut Langit.

"Bacot loe, Lang. Jangan bilang loe udah menjurus ke maho ya, jijik gue."

"Apaan banget."

"Loe sok-sokan kagak mau sama cewek sih. Ini tuh Arabella Taleetha, Lang. Demi apapun, banyak banget yang minat."

"Males gue bahas nya. Udah deh, mau tidur gue. Loe bikin gue tambah pusing." Langit meninggalkan Mauren yang sedang asik bertarung dengan androidnya.

"Yee...gue ditinggal."

***

Langit POV

Setelah melakukan penerbangan yang hampir 10 hari, aku dan Mauren kembali ke Indonesia dengan selamat. Mauren pulang dijemput oleh pacarnya yang cantik, namanya Angela. Setelah berkali-kali mencoba mendekati banyak wanita termasuk Arabella, akhirnya Mauren malah jatuh hati ke tetangga cantiknya itu. Entah apa yang dicari lelaki itu hingga yang dekat dengannya Ia lewatkan begitu saja, untung saja Angela mau menerima Mauren.

"Mblo, gue duluan ya." Ujar Mauren sambil tersenyum tengil. Aku hanya mendengus sebal mendengar ledekan Mauren yang songong itu. Mentang-mentang punya pacar baru sebulanan, ketengilan Mauren meningkat tajam. Aku melangkah keluar dari bandara dan menunggu Uber menjemputku, bukannya tidak ingin memakai jasa taxi yang ada disini, tapi rasanya naik Uber itu lebih gercep aja.

"Lang..." mendengar seseorang memanggil namaku, aku membalikkan badan untuk melihat siapa.

"Eh, Ersa. Iya, ada apa ?" Ersa ini pramugari dari maskapai penerbangan di bandara ini, namun berbeda jurusan dengan penerbangan ku. Ersa ini termasuk pramugari yang paling banyak diincar. Kecantikkan nya jangan ditanya lagi, serasa anak nya ratu Aprodite.

"Bareng yuk pulangnya." Ersa ini tipe anak nya easy going, nggak heran para kaum Adam di bandara ini pada men-dewakan dia sebagai wanita idaman.

"Gue udah mesan Uber, Er !" ujarku apa adanya. Sebenarnya aku sedikit risih jika hanya berdua saja dengan Ersa di mobil nanti, bukan hanya Ersa sih sebenarnya. Semua cewek kecuali Clarisa mungkin.

Pilot, Aku Pada-mu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang