Part 7

6.1K 398 0
                                    

Bukan niat hati Arabella untuk memisahkan, mengkompori hubungan Andra dan tunangannya, tapi Ia kasihan. Mengingat bahwa Andra termasuk orang yang pernah membuatnya bahagia sekaligus sakit, tapi Ia sadar, belum ada lelaki yang sebaik Andra memperlakukannya, yaah walau sekarang Andra tidak lebih dari cowok brengsek di matanya. Arabella tahu dengan memberi saran ke Andra itu artinya Ia telah ikut memperkeruh keadaan, Ia hanya dapat berdoa semua yang Ia lakukan adalah yang terbaik bagi semuanya.

Arabella sampai ke apartemennya jam 2 pagi, setelah mengurus semua pesanan dan kekacauan di butiknya. Sebuah notice menghambatnya untuk terlelap tidur. Ia merasa bahwa notice ini begitu penting, tidak mungkin ada orang yang repot-repot mengiriminya notice di tengah malam begini.

"Ara, ini aku, Langit. Aku ingin ngajakin kamu pergi bareng ke acaranya Zola besok, kalau mau sih."

Sebuah direct message dari akun langit.st. Ara tersenyum lebar membaca pesan itu, hatinya menghangat. Sudah Ia kata kan bukan ? bahwa pesona milik Langit yang hanya mampu meluluh lantakkan hatinya. Arabella bahkan hanya bertemu dua kali dengan lelaki itu, tapi Ia merasa bahwa hatinya sudah dimiliki oleh Langit sepenuhnya. Arabella tak akan pernah ragu untuk membalas pesan tersebut, menurutnya itu adalah jalan agar Ia dapat bertemu dengan Langit. Ia tidaka akan sibuk-sibuk memikirkan bagaimana lelaki itu tau akun Instagram nya, Ia yakin bahwa selama ini Langit juga memikirkan nya.

"Aku mau banget. Nanti aku dm alamatnya."

Arabella merasa tidak perlu sungkan dengan hal ini, Ia juga tidak niat jual mahal atau sebagainya, karena Ia tahu bahwa hanya Langit yang begitu inginkan.

***

Paginya di kediaman Langit, Ia bangun dengan wajah cerah, setelah membaca pesan yang dibalaskan oleh Arabella tadi malam, tidak pernah ada pagi yang lebih membahagiakan dari ini sebelumnya. Entah keberanian dari mana sehingga Langit bisa senekat itu untuk mengirimi Arabella pesan. Memang, provokator semangatnya untuk tidak lagi menjomblo adalah Aldo, melihat temannya itu sudah satu langkah di depannya, tidak mungkin Ia terus pasrah dan menunggu Tuhan mendatangkan bidadari cantik untuk dijadikan istrinya. Apalagi saat ini, Ia sangat Mad In Love with Arabella. Jika tidak diperjuangkan, bisa-bisa diambil orang, aplagi mengingat perkataan Mauren kemarin bahwa Arabella termasuk wanita yang paling banyak di minati. Langit bergegas membersihkan tubuhnya dan turun untuk sarapan.

Clarisa menggeliat pelan dan merasa bahwa ada sosok manusia lain yang tidur di sampingnya. Otomatis Ia membalikkan badannya melihat siapa pelakunya. Ia menghembuskan nafas lega begitu melihat tubuh ramping milik Raka yang bergelayut di pinggangnya. Ia sendiri tidak sadar kapan Raka ikut bergabung dengannya di ranjang, yang jelas tadi malam Ia hanya pulang berdua dengan kakaknya. Raka mempererat pelukkannya di tubuh Clarisa, entah apa yang membuat Clarisa tersenyum dan betah berlama-lama di pelukan hangat milik teman kakaknya itu. Ia tidak akan berotak tapi tidak mau mengakui bahwa Ia pasrah.

"Aku kangen kamu." Gumam Raka sambil mengitili leher Clarisa, sesekali dilengkapi dengan kecupan-kecupan kecil.

"Nggak waras." Sahut Clarisa sambil mengelus-elus rambut hitam Raka. Hampir 10 hari tinggal bersama Raka membuat Clarisa sedikit menaruh perasaan padanya. Entahlah, Ia sendiri tidak yakin apakah masih sedikit atau sudah semua perasaanya milik Raka sekarang. Toh ternyata, selama ini Ia terlalu nyaman dengan kehadiran lelaki yang bda 7 tahun darinya itu.

"Besok aku berangkat loh, Cla. Jangan nangis nanti kalau kamu kangen aku." Ia hanya menyampaikan perasaanya, rasa nya tidak tega meninggalkan Clarisa mengingat selama 10 hari ini mereka selalu bersama-sama. Belum berangkat saja Ia sudah didera rindu, apalagi setelah mendekam di Singapura selama 2 minggu.

Pilot, Aku Pada-mu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang