Part 2

9.3K 524 9
                                    

Waktu berlalu. . .

Langit :

Do, gue main ke rumah

Sebuah pesan singkat yang dikirim oleh Langit kepada sahabatnya, Aldo. Langit ingin mengungsi kerumah Aldo, lumayan mengurangi penat. Padahal ini masih pagi. Perumahan Aldo cukup menenangkan, tidak banyak hal membisingkan. Tinggal dirumahnya sendiri membuat Langit stress berat, gadis cilik itu terus saja menganggu Langit. Pokoknya menyebalkan tingat parah untuk seorang Langit. Ditambah dengan kebawelan gadis itu, Langit benar-benar muak.

"Kenapa lagi, Bos?" tanya Aldo sambil melempar sebotol kaleng soda kearah Langit lalu meneguknya, beberapa menit setelah Langit sampai di rumah Aldo.

"Itu setan kecil itu, ganggu banget sumpah." Pagi-pagi saja Langit sudah emosian. Pagi ini Langit ngungsi di rumah Aldo menjadi pilihan. Pacar Aldo keluar dari kamarnya dan ikut bergabung dengan kedua lelaki itu.

"Hallo, gue Zola. Pacarnya Aldo." Ujar Zola mengenalkan diri pada Langit. Ini kali pertama kali mereka bertemu setelah Aldo dan Zola memutuskan untuk menjalin hubungan yang sudah berjalan 2 bulan kurang-lebih. Cantik, cocok dengan Aldo. Aldo-Zola sudah saling mengenal hampir 3 tahun dan baru-baru ini serius menjalin hubungan.

"Gue Langit." Balas Langit singkat. Aldo menarik pacarnya kedalam pangkuan lalu menciumi pipi pacarnya gemas. Langit yang menyaksikan itu hanya memutar mata malas.

"Oi, gue masih disini ya!" tegur Langit sebal. Pamer kemesraan mesti banget di depan orang.

"Ngiri bilang bos!!" ejek Aldo jahil. "Lo nggak punya pacar, Lang?" tanya Aldo pada Langit setelahnya dan dibalas dengan dengusan kasar oleh pilot muda itu. Hei, ini Langit Anugrahtama. Sejak kapan dalam hidupnya terencana untuk memiliki seorang pacar?

"Gue nggak percaya sama namanya pacar, Do!" ujarnya sambil menatap kaleng sodanya dalam-dalam. Lalu tersenyum sinis.

"Sumpah, lo kulot banget." Sunggut Aldo melempar bantal sofa ke arah Langit.

"Hahaha. Tapi, jujur gue belum minat aja." ungkap Langit.

"Alay sumpah. Sok kegantengan lo." Cibir Zola blak-blakan. Aldo mengiyakan perkataan Zola. Langit terkekeh mendengar cibiran Zola. Ya, benar. Ia alay, hanya karena ibunda nya disakiti oleh papa nya, semuanya merubah persepsi nya.

"Gue percaya sama takdir jodoh aja. Buat nyari pacar, gue nolak deh. Udah, biar yang diatas mengatur." Sebenarnya nggak juga, Langit hanya mengatakannya untuk menghindar dari pertanyaan mengenai pacar.

"Sok bijak banget omongan lo." Langit tertawa mendengar penuturan Aldo. Aldo memang telah berteman lama sekali dengan Langit, nggak ada hal yang Aldo tidak tahu tentang Langit. Walaupun saat ini mereka sudah jarang bertemu karena perbedaan Tempat tinggal dan pekerjaan, berkomunikasi adalah hal yang rutin mereka lakukan. Kehadiran Zola ditengah-tengah mereka cukup mengasikan, tidak menyebabkan kecanggungan.

Mereka bertiga larut dalam pembicaraan hingga suara bel menghentikan pembicaraan mereka.

"Ara nya udah sampai. Gue ngambil baju dulu." Ujar Zola sambil berlalu ke arah pintu. Baju tempahan nya pada designer muda berbakat itu sudah selesai dikerjakan.

Tak berapa lama, Zola kembali lagi dengan seorang wanita disampingnya. Sepertinya pengantar baju yang tadi Zola sebutkan.

Sempurna. Gumam Langit dalam hati saat melihat teman nya Zola itu.

"Kenalin ini teman gue, Arabella. Dia yang buat baju ini." Jelas Zola sambil memperkenalkan temannya. Untuk seberapa detik, Langit terpaku melihat Arabella. Bibirnya yang tebal, kulitnya yang mulus, matanya lebar dan berwarna coklat terang, rambutnya lurus dengan tinggi badan proposional membuat Arabella bak dewi Yunani. Dan bagian favorit ku yaitu pipi nya cubit-able itu.

Pilot, Aku Pada-mu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang