Aku tidak pernah percaya tentang debaran di pandangan pertama. Sebelum akhirnya, debaran itu mencuat saat menatap indahnya wajahmu.
🍀🍀🍀
Semenjak kejadian di Kantin beberapa hari kemarin, Nazily yang kerap disapa Ily itu semakin dekat dengan Ginanjar. Jangan tanyakan kenapa. Nazily bukan tipe cewek yang mudah diganggu kemudian mengabaikan.
Nazily sudah beberapa kali berhasil membalas dendam pada lelaki menyebalkan itu. Tiap lewat di depan kelas Bahasa, Nazily akan teriak-teriak kesetanan hingga membuat Ginanjar jengah sendiri. Pernah juga, saat Ginanjar sibuk memarkirkan motor; selaku anggota eskul PKS (Patroli Keamanan Sekolah), Nazily dengan isengnya menendang betis Ginanjar. Tak lupa, saat tak sengaja bertemu di belakang laboratorium IPA dan Ginanjar sibuk dengan sepatunya, Nazily malah memukuli punggung lelaki itu dengan keras. Itu hanyalah beberapa. Masih banyak lagi gangguan-gangguan yang dilakukan Nazily pada Ginanjar, yang sebenarnya sudah tak bisa dideskripsikan dengan kata-kata.
Ya. Itulah Nazily Zefayunda. Seorang gadis yang sangat tidak mudah mengabaikan. Gadis yang memiliki motto hidup sederhana. Sekali maju pantang menyerah. Sekali diganggu pantang untuk mengalah.
Hari ini, di jam pagi, kelas Nazily tidak belajar sebab guru yang bersangkutan sedang sakit. Mengingat Nazily belum akrab dengan teman sekelasnya- karena mereka masih berstatus siswa SMA belum 3 bulan- Nazily merasa canggung tinggal di dalam kelas.
Akhirnya, dia memilih duduk di teras kelas sambil mendengarkan lagu dengan earphone. Karena benar-benar tidak tahu harus melakukan apa, Nazily memilih diam dan memperhatikan beberapa siswa yang masih berlalu lalang di jam pelajaran.
Dan saat terdiam seperti ini, Nazily tiba-tiba berharap makhluk menyebalkan yang sudah mengerjai dirinya itu lewat di hadapannya. Dan, sepertinya tepat sekali. Dewi fortuna kini berada di pihaknya.
"Curut!"
Nazily melempar batu kecil dan tepat, mengenai jidat seseorang yang baru saja dipanggilnya. Hal itu membuat Nazily sukses cekikikan. "Rasain lo! Kena, kan. Nguehehehe."
"Ck." Orang itu, tepatnya lelaki itu berdecak kesal. Pelan-pelan dia melangkah menghampiri Nazily, kemudian tangannya diulurkan mencubit pipi empuk milik Nazily.
"Aakhh.. Sakit bego!" Nazily buru-buru menghempaskan tangan lelaki itu.
"Dasar cewek gila!" umpat lelaki itu hendak berlalu pergi. Namun, langkahnya tertahan saat seragamnya ditarik pelan oleh Nazily.
"Gi.. Ginanjar.."
"Hm.. Kenapa lagi? Belum puas lemparin gue?"
"I.. Itu...." Tangan Nazily mengulur ke atas hendak menyentuh jidat lelaki itu, namun lelaki itu melakukannya terlebih dahulu. Ya, lelaki itu adalah Ginanjar.
Astaga. Ginanjar baru sadar kalau jidatnya ternyata berdarah.
"Lo... Berdarah...." Nazily berucap pelan dan takut-takut. Sedetik kemudian, dia menarik Ginanjar agar mendekat, dan duduk tepat di sebelahnya.
Saat Ginanjar sudah berada di sampingnya, Nazily merogoh saku dan mengeluarkan sapu tangannya. Meski hal itu tidak ampuh mencegah infeksi, setidaknya jidat Ginanjar berhenti mengeluarkan darah.
"Ini kayaknya butuh sedikit alkohol. Tunggu, ya. Gue ke UKS dulu," paparnya setelah membersihkan sedikit darah yang ada di jidat Ginanjar.
Nazily buru-buru hendak berlalu. Namun, Ginanjar menarik lengan gadis itu, hingga membuatnya duduk kembali.
"Nggak usah. Dibiarin juga nanti bakal sembuh. Gue nggak suka bau alkohol atau obat-obat semacamnya, by the way."
"Se.. Seriusan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
NAZILY
Teen Fiction"Hello. Gue Barbie. Nama panjang gue pucing pala barbie." Nazily menyahut sembarangan, hingga membuat 3 lelaki di hadapannya kembali terbahak. "Miring nih anak!" Galang menggeleng tak mengerti. "Biarin. Mau-mau gue dong," imbuh Nazily tak terima...