Seperti hujan yang kadang menderas tanpa mendung, cinta pun kadang datang tanpa sapaan hangat terlebih dahulu.
🍀🍀🍀
Sudah 20 menit Nazily dan Ginanjar menunggu. Tapi, hujan tak jua memberikan pertanda. Mereka tetap terjatuh dengan deras. Malah, semakin malam semakin deras.
Nazily yang tadinya tenang akhirnya terlihat khawatir. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan lewat sepuluh. Dan itu berarti, batas keluar rumahnya sudah lebih dari 10 menit.
Ya. Bukankah anak gadis memang mempunyai batas keluar rumah? Terlebih di malam hari, dan juga dengan seorang lelaki?
Nazily menatap handphonenya dengan cemas. Untuk pertama kali, Mamanya tidak menghubungi sama sekali. Ada apa? Apa mungkin Mamanya sudah murka?
Nazily mulai takut-takut.
"Kenapa?"
Ginanjar yang sedari tadi membaca raut panik gadis di sebelahnya mencoba membuka suara.
"Kayaknya masih lama, deh."
"Hujannya?"
"Iyalah!"
Ginanjar terkekeh sebentar. "Maafin gue, ya. Gue bahkan nggak bawa jas hujan. Gue nggak biasa bawa-bawa gituan soalnya." Ginanjar tertunduk. Dia sedikit merasa bersalah akan quality time nya yang gagal 55% ini.
"Emang, biasanya kalau lo kehujanan, gimana? Lo neduh ampe ujannya reda, gitu?" Nazily balik menatap Ginanjar. Keduanya berbicara dengan suara yang sedikit keras, sebab derasnya hujan membuat telinga lemah menangkap apa yang lawan bicara katakan.
"Ya terobos aja. Susah amat!"
"Nggak sakit?"
"Kadang-kadang."
"Kebanyakan sakitnya nggak?"
Ginanjar balik menatap mata Nazily. "Lo tuh keponya ngalahin wartawan enpotemen, deh!"
Nazily menggaruk tengkuk. Sebenarnya, dia ada niat dalam hati ingin mengajak Ginanjar pulang saja.
"Kalau kita pulang sekarang, gimana?"
"Apa?" Mata Ginanjar membulat. Wajah tampannya yang nampak kedinginan terlihat begitu bening, diterpa cahaya remang lampu jalan.
"Kita pulang aja, yuk. Gue takut kemaleman."
Ginanjar menggeleng cepat. Detik selanjutnya dia memilih sibuk menengadah ke langit, berharap agar hujan tidak cepat reda.
Iya. Sebab, Ginanjar masih ingin berlama-lama dengan Nazily.
Modus ternyata tidak jauh-jauh dari niat buruk, ya!
"Ini udah hampir setengah sepuluh, Jar. Pasti Mama marah kalau gue lebih telat!" Nazily manyun dan menundukkan kepala. Ketakutan yang berlebih semakin mendera tubuhnya.
"Kan ujan, Nazily!"
"Kalau di sekitaran rumah nggak ujan, gimana?"

KAMU SEDANG MEMBACA
NAZILY
Teen Fiction"Hello. Gue Barbie. Nama panjang gue pucing pala barbie." Nazily menyahut sembarangan, hingga membuat 3 lelaki di hadapannya kembali terbahak. "Miring nih anak!" Galang menggeleng tak mengerti. "Biarin. Mau-mau gue dong," imbuh Nazily tak terima...