Cek mulmednya ya... disitu ada Dio 😂
***
"Aku ingin melupakanmu dan berhenti mencintaimu tapi, aku tak tau caranya. Jadi, tolong ajari aku..."
Alan's POV
Kenapa lo masih aja ada di hati dan pikiran gue?
Apa lo nggak capek terus ada di sana?
Gue capek, Val... tapi, salahnya gue nggak tau cara lepasin diri dari ini semua.
Gue pengen sedetik aja bisa bebas dari bayangan tentang lo...
Lo datang dan ngajarin gue tentang cinta, apa itu jatuh cinta, bagaimana rasanya, dan cara mencintai seseorang dengan baik...
Tapi, Valencia... lo nggak pernah ngajarin gue caranya ngelupain itu semua.
Author's POV
Alan malam ini tidak pergi ke tempat biasa. Ia lebih memilih tidur dan memeluk gulingnya erat, suara isakan kecil itu memenuhi kamarnya.
Bahu Alan bergetar, ia mengeratkan pelukannya pada guling itu untuk menyalurkan kesedihannya.
Ia juga semakin menekan guling itu pada wajahnya agar tidak ada seorang pun yang melihatnya dalam keadaan seperti ini.
Ya, Alan menangis...Bayangan disaat mereka masih bersama terus berputar dikepalanya, disaat mereka selalu tertawa, menghabiskan waktu bersama, berbagi cerita.. mereka sudah bersama sejak saat mereka baru dilahirkan ke dunia ini. Karena itulah ikatan yang terjalin di antara mereka sangat kuat.
Alan melemparkan gulingnya itu asal, ia berdiri dan berjalan ke sisi lain kamarnya dengan dinding yang penuh dengan foto-foto dirinya, fotonya dengan Ben, foto tiga anak remaja yang saling merangkul, dan foto seorang gadis berambut brunette yang tersenyum tipis ke arah kamera.
Ia menatap sendu ke arah foto gadis itu, ia melepaskan foto itu dari dinding,
"Kenapa lo pergi?" lirihnya sambil menatap lekat foto itu, "Gue tau lo nggak suka cowok baik-baik kaya gue.. karena itu gue berubah, Val." ia menarik napasnya dalam lalu menghembuskannya pelan, matanya kembali memanas.
"Tapi, kenapa? Kenapa disaat gue udah berubah demi lo.. lo malah pergi?? Kenapa, Val?" kemudian setetes cairan bening mengalir dipipinya yang dingin, "Gue nggak pernah maksa lo buat cinta sama gue, Val.. karena gue tau cinta selamanya nggak akan pernah bisa dipaksa," lirihnya lagi, "Tapi kenapa lo pergi.." cairan itu kembali menetes.
"Lo bebas mau benci sama gue, buat gue sakit, pacaran bahkan ciuman di depan gue, gue nggak pa-pa.." lanjutnya, "Tapi, seengganya jangan pergi!" kini tangis yang sejak tadi ditahannya akhirnya pecah, Alan terduduk di lantai sambil menundukan kepalanya dalam dan terus menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Untouchable Playboy
Teen Fiction[HIATUS] Lalu, bagaimana jika 'masa lalu' mereka kembali dan mulai mengatakan apa yang selama ini Alan dan Alanna inginkan. Akankah mereka masih bisa bersama? Akankah mereka akan kembali terluka? "I'm a playboy but, I'm not bastard!" -Alan Dalvino. ...