Satu : Pelindung

324 30 10
                                    

~"Kamu adalah perusuh disaat aku serius, pelindung disaat aku takut, dan penjaga disaat aku lalai"~

"Akhirnya bisa kabur dari bocah songong itu," ucapnya berjalan jalan sambil bermain ponsel. Tiba tiba ia tak sengaja menabrak seseorang. Laki laki itu meminta maaf pada Adira, kata yang sangat tidak mungkin ia dapatkan dari Arka. "Gue yang maaf, gue jalan sambil main ponsel," ia menatap laki laki itu lamat lamat.

"Ganteng banget sumpah! Gue meleleh deh jadinya," batinnya terus menatap laki laki itu tanpa berkedip.

Laki laki itu menaikkan sebelah alisnya dan melambaikan tangan tepat didepan wajah Adira yang terus saja menatapnya.

"Lo nggak apa apa?" Ucapan laki laki itu membuyarkan lamunan Adira. Segera saja ia menganggukkan kepalanya sambil tersenyum manis.

"Iya iya iya, gue nggak apa kok. Oh kenalin, gue Adira, lo?" Ia mengangkat tangan mengajak kenalan. Laki laki itu pun menyalaminya dan menyebutkan namanya.

"Vigo" jawabnya singkat. Tanpa basa basi langsung saja ia meminta ID line Vigo, sebelum ada cewek lain yang menyambarnya.

Setelah bertukar ID line, Vigo pamit pergi. Adira mengangguk dan tersenyum amat gembira setelah sosok tersebut sudah berjalan menjauh darinya.

"Ini yang namanya rejeki," Adira sangat berbunga bunga. Ia tak akan melepaskan pria impiannya itu.

"Oh iya gue mau kemana ya? Ah balik ke kelas aja.." ia berjalan dengan amat bahagia. Tetapi saat ia berbalik tak disangka Arka telah berdiri tak jauh darinya. Wajahnya menatap Adira penuh penasaran.

"Cowok tadi siapa?" Nadanya terdengar buru buru ingin mendengar sebuah penjelasan. Tanpa pikir panjang Adira melengos. Ia tidak ingin Arka menghancurkan kesempatannya yang satu ini.

"Adira gue tanya sama lo," lanjutnya mendekati Adira.

"Bukan urusan lo Arka," ia berjalan melewati Arka begitu saja. Tetapi tiba tiba tangannya ditahan. Adira spontan berbalik dan melihat tangannya, kemudian beralih ke wajah Arka.

"Cowok itu bukan cowok baik baik dir," ucapnya serius dengan Adira. Adira melepas genggaman Arka dan berkacak pinggang.

"Hellow.. emang yang sedang bicara sama gue ini cowok baik baik?" Tentu saja Arka diam skak mat oleh perkataan Adira. Predikatnya sebagai cowok tukang bolos dan tukang onar yang telah menggema diseluruh pasang telinga murid bahkan guru di SMA Tunas Harapan itu tidak bisa dianggap bualan semata.

"Tapi gue terkecuali. Gue nggak mau ada cowok nggak baik lain yang masuk di kehidupan lo. Pokoknya cuma gue!" Arka bersikeras untuk mencegah pendekatan Vigo dan Adira.

Adira hanya diam, kemudian tertawa kecil dihadapan Arka. Itu adalah kali kedua Adira tertawa oleh Arka. Yang pertama saat surprise di hari ulang tahunnya.

"Lo itu kenapa sih? Aneh banget tau. Udahlah jangan ganggu gue" ia berjalan pergi kearah kelas. Arka kemudian menyusulnya dan berjalan beriringan dengan Adira.

"Nempel mulu sih lo? Bikin gue jijik" ia mempercepat langkah kakinya dan disusul Arka ikut menyamainya.
"STOP ARKA!"

                                   ****

Adira menutup bukunya dan bergegas mengajak Reina ke kantin. Saat berjalan keluar, ternyata Arka telah berjaga di ambang pintu. Reina yang telah terbiasa dengan sikap menyebalkan Arka yang bisa dibilang "hanya" kepada Adira itu membiarkan Adira melakukan tugasnya.

"Dir, lo tau nggak, hari ini lo itu cantik banget," Arka tersenyum manis pada Adira yang masih berdiri dengan wajahnya yang masam.

"Seshhh, gue kebal ama kata itu! udah pergi!" Tetapi Arka tetap saja menghalangi jalan keluar untuk Adira. Ia hanya membiarkan orang lain selain Adira lewat.

MiseinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang