Tujuh : Kepalsuan Diri

198 15 0
                                    

~"Karena sebenarnya patah hati muncul dari harapan kita yang terlalu tinggi"~

Arka mengkerutkan dahi. "Duit Adira?!" Ia langsung keluar dari mobil dan memanggil Vigo dengan gengnya. "Lo ngambil uang Adira?!" Vigo dan temannya tertawa. "Bukannya dia yang waktu itu mukul lo Vig? Apa perlu kita yang ngurusin dia?" Salah satu temannya menawarkan. Vigo menahan mereka dengan tangannya. "Bentar guys," Ia berjalan mendekati Arka. "Denger baik-baik, gue nggak ngambil duit Adira, justru Adira sendiri yang ngasih ke gue,"

Arka terbelalak. Ia tahu, Adira bukan orang yang seperti itu kecuali ada hal lain yang membuatnya seperti itu. Lantas ia menarik kerah Vigo. "Apa yang lo perbuat ke Adira!" Vigo tersenyum sinis. "Santai bro, kalo lo pengen kebagian jatah ikut kita juga boleh, ya nggak guys?" Vigo menoleh kearah teman-temannya. Arka menarik kerah Vigo lebih kuat. Langsung saja tanpa basa-basi setelah Vigo menghadap ke depan hantaman keras mengenai pipi Vigo. Ia tersungkur ditempat parkir itu. 
Mengetahui Vigo dipukul, salah satu temannya langsung menangkap Arka dari belakang, menahan semua pergerakan Arka. Yang satu lagi menolong Vigo yang masih tersungkur. Dan yang dua lainnya menghabisi Arka sampai tak berdaya. Vigo tertawa sambil duduk ditempatnya tersungkur tadi. Ia berdiri dan mulai membalas pukulan Arka.

"Ini buat yang dikantin!" Hantaman keras pada perut Arka. "Dan ini buat yang tadi!". Arka babak belur dan langsung terjatuh setelah salah satu teman Vigo melepas Arka. "Dianya udah KO!" Vigo menendang tubuh Arka yang sudah lemas tak berdaya. Wajahnya penuh dengan luka lebam. Vigo dan yang lainnya segera pergi dari tempat itu dan asik menghabiskan uang yang diberikan Adira padanya.

Tak biasanya Adira membawa makanannya ke dalam kamar. Ia sibuk mengotak atik tugas di laptopnya, yang tak kunjung kelar. Tiba-tiba gelas yang tadinya berdiri tenang disamping piringnya, tersenggol hingga jatuh dan pecah. Ia menepuk dahinya dan menatap gelas pecah itu. "Ceroboh banget sih gue?" Ia segera memunguti pecahan kaca dari gelas itu.

"Aduh!" Tanpa hati-hati jarinya berdarah akibat serpihan kaca. "Kenapa semua ini terjadi padaku? Apakah ini sebuah ujian dari-Mu Tuhan? Hamba sudah tidak kuat! Tidakkk..," Ia berlagak lebay dengan menutupi kedua matanya dengan tangan kiri dan menjauhkan tangan kanannya yang luka. Ini mungkin dampak ia mengikuti seni peran dramanya.

Tiba-tiba ibunya membuka pintu kamar. "Adira! Ya ampun, ibu dengar dari bawah ada suara barang pecah, kamu ini.. lain kali hati-hati. Makan juga harusnya di meja makan bukan disini," Ibunya menatap Adira dengan heran. "Kamu ngapain?" Sikap Adira yang tidak berubah membuat ibunya bergidik sendiri. "Hehe, biasalah bu, anak muda.." Adira menghentikan aksinya dan cengengesan didepan ibunya.

"Udah, ambilin sapu. Kalo Diko kesini bisa bahaya ini," Adira kemudian mengambil sapu. Ia dan ibunya kemudian membersihkan serpihan kaca gelas yang tersisa. Setelah dicukup bersih, ibunya membawa sampah kaca itu ke belakang rumah. Adira duduk termenung di meja belajarnya. Memandangi layar laptopnya. "Kok perasaan gue nggak enak ya?" Sedetik kemudian ia terduduk dilantai dan memulai aksinya lebaynya, lagi.

"Oh, gue tau penyebabnya!" Ia mengacungkan jarinya yang luka ke depan mukanya. "Pasti ini yang bikin perasaan gue kagak enak dari tadi," ia kemudian mengambil kotak merah dan mengobati lukanya sendiri. "Nah selesai!" Ia kemudian segera melanjutkan tugasnya yang masih menggunung.

Arka berjalan sempoyongan masuk kedalam rumahnya. Dari kejauhan ayahnya memanggil Arka. Namun Arka diam, ia sama sekali tidak mood untuk berbicara saat ini. "Kamu habis berantem?!" Suara ayahnya menggelegar.

Arka tidak menjawab dan terus menaiki anak tangga dan menuju ke kamarnya. "Sia-sia ayah didik kamu selama ini!" Arka kemudian berhenti. Ia menoleh ke arah ayahnya dibawah. "Didik buat bawa wanita ke rumah malem-malem?" Arka dengan acuh kemudian masuk kedalam kamarnya. Terdengar panggilan keras dari ayahnya.

MiseinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang