1

17.7K 1.2K 157
                                    

Whats on Park-ssaem's Mind?

BTS fanfiction

Characters belongs to God, BTS belongs to Bighit

Minyoon

Kisah seorang guru kasmaran

.

.

.

Saya Park Jimin. Saya seorang guru olahraga di sebuah SMU swasta. Saya hanya guru biasa, tapi banyak yang melabeli saya sebagai selebitis sekolah. Mereka bilang saya punya aura artis dan tampang mendukung untuk debut sebagai anggota boysgroup atau jadi bintang iklan. Ah, saya tidak sepenuhnya setuju. Saya tidak setampan dan sehebat itu, lagipula usia saya sudah kelewat tua untuk jadi artis.

Saya tinggal di sebuah apartemen sewaan sederhana yang jaraknya tak jauh tapi juga tak dekat dari sekolah. Saya menempati apartemen itu sendirian. Masih bujang. Belum beristri apalagi beranak. Beberapa kali saya pernah berpacaran tapi tidak ada yang benar-benar membuat saya jatuh cinta. Malah saya lebih cinta pada motor gede yang saya beli dari gaji saya sendiri. Itu motor kesayangan yang selalu menemani saya setiap hari, kemana pun saya pergi.

Hampir setahun saya tak menggandeng kekasih. Saya mulai pasrah bila memang harus menua tanpa pendamping hidup. Hanya saja, di musim semi ini, ketika sakura bermekaran dan sekolah tempat saya mengajar kedatangan guru baru, hati saya ikut berbunga.

Bisa dibilang saya memiliki ketertarikan pada guru baru itu. Si guru musik baru. Min-ssaem, atau nama lengkapnya Min Yoongi. Saya merasa jatuh cinta pada pandangan pertama kepadanya. Duh, bagaimana mengatakannya ya? Dia itu bersinar bahkan dari jarak yang amat jauh sekalipun. Saya di lapangan sepak bola dan dia di jendela lantai tiga. Saya bisa melihatnya dengan jelas, seseorang berkulit seputih susu dengan rambut hitam legam. Seperti bintang diantara kegelapan malam, seperti teratai di atas lumpur. Meski Min-ssaem adalah laki-laki, tapi dia berkali-kali lipat jauh lebih memesona dibanding beberapa guru dan murid wanita yang sengaja berdandan dan bertingkah manis di depan saya.

"Park-ssaem."

Saat itu saya yang baru datang ke kantor guru langsung dipanggil oleh pujaan hati. Saya jelas gugup. Ada apa gerangan? Biasanya saya yang memanggil dia duluan.

"Iya, Min-ssaem?" saya mendekati mejanya dan dia tengah duduk santai di sana, dengan secangkir kopi yang baru saja dia taruh di dekat laptopnya. Saya gelagapan. Dia memandang saya dengan dahi berkerut dan bibir mengerucut imut.

Hm, yang bisa saya lakukan adalah menghindari tatapannya. Saya tidak sanggup. Apalagi semalam saya habis memimpikan dia.

"Anda lupa menyisir? Atau datang tak pakai helm ke sini?" saya otomatis menyentuh rambut saya sendiri. Saya pasanglah senyum kering. Sebetulnya saya yang mengacak rambut ini tadi, di toilet, saat saya merasa frustasi karena Min-ssaem hadir di mimpi saya yang tak tuntas.

"Ah, iya saya lupa menyisir..." cengengesanadalah jurus saya untuk berbohong. Min-ssaem mendecak sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, lantas dia mengambil sesuatu dari tasnya dan berdiri di depan saya.

"Seorang guru juga harus berdandan rapi di depan muridnya. Guru 'kan contoh. Apa kabar kalau murid Anda ikut-ikutan datang ke sekolah dengan rambut seperti singa?" sindirannya begitu manis. Saya tertawa. Ketika tangan yang memegang sisir hitam itu bergerak merapikan rambut saya, rasanya ada yang meletup-letup di dada.

Min-ssaem perhatian sekali. Saya jadi berkhayal kalau dia jadi istri saya, mungkin tiap hari saya akan disisirnya begini. Eheh...

"Terimakasih, Min-ssaem..." saya celingak-celinguk dan mendapati beberapa pasang mata memandang kami sambil senyam-senyum dan bersiul jahil. Guru-guru di ruangan ini seperti mendapat tontonan bagus jika saya sedang bersama Min-ssaem. Kalau mereka mengira kami berpacaran, saya bersyukur saja. Meski nyatanya tidak—eh, belum sampai ke situ.

What's on Park-ssaem's Mind? [Minyoon ff]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang