10

4K 632 22
                                    

Whats on Park-ssaem's Mind?

BTS fanfiction

Characters belongs to God, BTS belongs to Bighit

Minyoon

Kisah seorang guru kasmaran

.

.

.

Dengan botol susu melon dalam genggaman, saya berlari mengejarnya lagi. Saya tak yakin dia kemana. Tapi saya terus saja berlari sepanjang koridor. Sampai ketika saya menemukan tangga untuk turun ke lantai satu, langkah saya melambat perlahan.

Saya melihat punggung Min-ssaem di ujung tangga, dengan Jung-ssaem di hadapannya.

"Min-ssaem apa ada masalah? Kenapa wajah Anda begitu?"

"Tidak, tidak ada apa-apa."

Saya jelas mendengar suara mereka yang pelan tapi menggema. Saya mundur sedikit, mengintip apa yang mereka bicarakan dari balik tembok.

"Tapi... kenapa Anda menangis?"

"Tidak apa-apa Jung-ssaem," sargah Min-ssaem.

Hati saya mencelos ketika mendengar perkataan Jung-ssaem barusan. Oh, ya Tuhan. Benarkah jika Min-ssaem menangis? Apa itu karena saya?

Saya sedikit mencondongkan tubuh untuk mengintip mereka lebih jelas. Jung-ssaem membungkuk dan menggunakan sapu tangannya untuk menyeka sudut mata Min-ssaem. Dari situ saya yakin kalau Min-ssaem memang benar menangis.

Ah, astaga. Apa yang sudah saya lakukan padanya? Benarkah semua karena kesalahpahaman di ruang kesehatan tadi?

Saya mendongak dan memeluk botol susu melon milik Min-ssaem di dada saya. Lantas saya kembali mengintip mereka lagi.

"Kalau ada masalah cerita saja pada saya, tidak apa-apa."

Saya melihat Min-ssaem menggeleng dan lagi-lagi mengucap bahwa dia baik-baik saja. Hati saya perih.

"Anda tidak baik-baik saja kalau begini, air mata Anda saja masih terus keluar." Jung-ssaem masih menyeka sudut matanya tapi saya lihat dia tak lagi menggunakan sapu tangannya melainkan dengan ibu jarinya sendiri. Min-ssaem menunduk. Tangannya ikut menyeka juga.

Saya tak sanggup melihatnya. Ini pertama kalinya saya melihat Min-ssaem menangis dan itu karena... saya. Saya yakin karena ketika Jung-ssaem menyebut nama saya, Min-ssaem hanya diam saja tak memberi tanggapan.

"Kita perlu bicara." lalu tangan kurus lelaki ber-vest cokelat itu menarik tangan Min-ssaem, berjalan semakin menjauh dari tangga.

Saya terdiam menatap kepergian mereka berdua. Setelah mereka jauh dari pandangan, saya baru sadar kalau saya harus mengejar.

Saya pun menuruni tangga dengan tergesa, jauh di depan sana saya melihat mereka keluar dari gedung. Langit siang yang cerah membuat saya sedikit kesulitan melihat, tapi saat itu saya jelas mendapati Min-ssaem menengok ke belakang dan menatap saya.

Tapi wajahnya...

Wajah yang sama sekali tak pernah saya kira akan dia berikan pada saya.

Wajah sedih itu.

Langkah saya pun terhenti. Saya terdiam memandang mereka yang semakin jauh. Botol susu melon milik Min-ssaem hampir lepas dari genggaman saya.

...Whats on Park-ssaem's Mind?...

Saya tak lagi punya jadwal mengajar di jam terakhir. Pun dengan Min-ssaem dan beberapa gugu lainnya. Termasuk juga Jung-ssaem. Kami duduk di kursi masing-masing tanpa saling bicara. Di depan saya, Min-ssaem nampak tak acuh meski saya terus memerhatikannya. Dia terlihat sibuk dengan laptop-nya, tanpa melirik saya sama sekali. Ya, meski terhalang pembatas meja, tetap saja.

What's on Park-ssaem's Mind? [Minyoon ff]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang