39: FINAL

4.5K 509 212
                                    

What's on Park-ssaem's Mind?

BTS fanfiction

Characters belongs to God, BTS belongs to Bighit

Minyoon

Minyoon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.











3 September

Saya tak sabar untuk segera memulai pemberkatan. Sedari tadi saya hanya bisa mondar-mandir gugup dekat meja resepsionis di mana Taehyung dan Jungkook stand by untuk memberikan wedding service bagi tamu-tamu yang datang. Selain saya, ada Ayah, Ibu, Jihyun, serta kakak ipar dan ibu mertua yang turut serta untuk menyambut. Yoongi? Tentu saja di ruang tunggu mempelai. Ayah Yoongi menemaninya di sana supaya dia tak sendirian.

Kapel mulai ramai menjelang jam empat sore. Saya makin tak sabar lagi karena acara akan dimulai tak lama lagi. Tapi gara-gara itu, perut saya melilit.

"Aduh, aku sakit perut," bisik saya pada Jihyun, ketika serombongan tamu sudah tinggalkan kami. Anak itu memandang saya dengan tampang horor. Rambutnya yang dibelah tengah membuat kerutan di dahinya jelas sekali terlihat.

"Sudah kubilang poop dulu sebelum kemari! Kalau sekarang kau pergi ke tolilet, kau akan mengacaukan semuanya." Jihyun bersungut.

"Aku bukannya ingin poop..."

Saya mendesah. Jelas-jelas ini bukan pertanda kalau saya ingin pup. Saya hanya gugup. Dan yang paling saya sesali, kenapa larinya harus ke perut? Rasanya di dalam sana seperti ada buldoser yang menggiling usus saya. Perih, sakit. Saya berpegangan pada Jihyun sambil berusaha menenangkan diri. Tak sangka, saat saya melakukan itu, ibu Yoongi melihat dan dia begitu saja mengamit tangan saya.

"Tanganmu dingin. Kau baik-baik saja? Apa kau sakit?"

Karena tak mau membuatnya khawatir, saya memasang senyum.

"Dasar Jimin payah. Kau itu harusnya berdiri tegak! Berdiri dengan bangga! Masa' kalah sama gugup? Mana anak Ibu yang katanya jagoan itu?"

Mungkin ibu saya tak tahan dengan payahnya Park Jimin ini sehingga dia tiba-tiba berseru dengan lantangnya sampai orang-orang memerhatikan kami. Hampir semua yang ada di tempat itu tertawa. Dan saya sangat malu karenanya. Apalagi setelah Ayah menyingkirkan tangan saya dari lengan Jihyun. Saya merasa terusir dan terkucilkan oleh keluarga sendiri.

"Kau boleh saja merasa gugup, tapi benar kata ibumu. Laki-laki itu harus kuat, dengan punggung tegap dan dagu terangkat lurus. Kau harus memberikan senyum terbaikmu pada semua orang untuk membuat mereka tahu bahwa kaulah pria yang pantas untuk jadi seorang suami dari Min Yoongi."

"Benar, kau akan memperistri adikku, kan?"

Saya tak bisa mengelak kalau Ayah telah bersabda. Apalagi kalau sabda itu dibenarkan oleh kakaknya Yoongi. Bagaimanapun, saya tak boleh memberikan kesan buruk di hadapannya. Nanti dia sebut saya seperti jelly karena kenyal-kenyal. Lantas dengan setengah terpaksa karena menahan sakit, saya tengakkan punggung dan melebarkan senyum. Para ibu bertepuk tangan senang, sedang adik saya mencibir di belakang.

What's on Park-ssaem's Mind? [Minyoon ff]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang