30

3.2K 581 200
                                    


"Jadi, bagaimana Seonsaengnim?"

"Ya begitu. Saya ingin kamu buatkan desain undangan untuk pernikahan saya."

"Komisinya?"

"Saya mau lihat dulu seberapa bagus desain yang kamu buat."

"Tapi saya sudah punya patokan harga minimum, Pak." Jungkook mengambil sebuah pena dari meja saya, lalu menuliskan angka-angka di kertas bekas. Itu nominal uang. "Segini."

"Kalau desainmu bagus, saya bisa kasih segini." Saya rebut penanya. Saya coret angka terdepan.

Jungkook protes, "Pak, itu lebihnya cuma sedikit."

"Jungkook, kerjakan saja dulu, apa salahnya?" Saya jadi kesal juga. Anak ini orientasinya melulu pada uang. Urusan negosiasi bayaran kerja rasa-rasanya bakal sulit menemukan titik terang.


What's on Park-ssaem's Mind?

BTS fanfiction

Characters belongs to God, BTS belongs to Bighit

Minyoon

Kisah seorang guru kasmaran

.

.

.


Jungkook mengiyakan permintaan saya untuk bertemu. Kami ambil kesempatan di jam istirahat siang. Yoongi diajak Jin-ssaem makan di luar sekolah. Tadinya saya pun diajak, tapi karena punya janji dengan Jungkook, terpaksa saya tetap di sekolah dan membiarkan mereka pergi berdua. Di meja ada sebungkus camilan permen jelly. Sembari bicara saya dan Jungkook ganti-gantian mencomot permen itu.

"Baiklah. Bapak mau desain undangan yang seperti apa?"

"Yang sederhana saja."

"Yang sederhana itu yang bagaimana, Pak? Mesti ada temanya."

"Bebas."

Saya ini orangnya simpel. Tidak mau dibikin repot. Bahkan ketika Jungkook tanyakan itu, saya tidak terpikirkan apa-apa selain undangan yang biasa disebar orang-orang. Yang penting ada nama kami dan tanggalnya, itu saja. Jungkook adalah anak yang kreatif, jadi tanpa perlu saran pun, saya pikir dia bisa membuat desain undangan yang bagus.

"Tidak, tidak. Saya mau bertema. Bapak yang memutuskan."

Saya diam. Sebutir permen jelly tertahan di bibir.

"Oh, satu lagi. Saya juga butuh referensi. Apa boleh saya lihat foto prewedding Park-ssaem dan Min-ssaem?"

"Prewedding?"

"Bapak belum berfoto untuk itu?" Mata besar anak itu membelalak bulat seperti bola ping-pong. Dia kaget. Badannya mundur ke sandaran kursi lalu tangannya dia lipat di depan dada sembari melayangkan tatapan remeh pada saya. "Ah, saya curiga. Jangan katakan belum."

"Belum." Saya menggeleng. Memang benar. Mau jawab apa lagi?

"Astagaaa!" Jungkook menjatuhkan kepalanya ke permukaan meja. "Lebih baik Park-ssaem foto prewedding dulu. Masak mau menggelar acara pernikahan tanpa foto prewedding? Nanti display di lokasi mau pajang apa? Poster sedot wese? Atau iklan lowongan kerj—"

Saya ambil beberapa butir permen, lalu saya jejali mulutnya dengan itu. Jungkook terlihat marah dan saya merasa perlu untuk menenangkannya. "Sabar, Nak," kata saya. "Saya tahu. Kamu memang benar. Mungkin saya akan tanya Yoongi soal ini."

What's on Park-ssaem's Mind? [Minyoon ff]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang