22

3.4K 545 129
                                    


What's on Park-ssaem's Mind?

BTS fanfiction

Characters belongs to God, BTS belongs to Bighit

Minyoon

Kisah seorang guru kasmaran

.

.

.

"Karena kita adalah guru-guru berjiwa muda, mari kita pergi ke bioskop untuk menonton film yang sedang hits sekarang ini bersama-sama!"

"Yaaayy!"

Lima orang guru makan bersama di satu meja di kantin sekolah. Empat dari lima orang itu bersorak. Satu yang tidak adalah saya. Saya celingak-celinguk melihat sekitar sebab takut menjadi pusat perhatian. Di jam makan siang kantin ramai dan apa yang saya takutkan benar terjadi. Hampir semua yang ada di kantin melihat ke arah kami. Kawan-kawan saya seperti tak sadar akan hal itu. Mereka tetap bercengkrama sambil tertawa membahas film yang (rencananya) akan kami tonton sepulang mengajar. Yang mencetuskan ide adalah Jin-ssaem. Saya paham kalau dia pasti jenuh setiap hari berdiam di sarangnya yang bau obat. Tapi, mengumumkan acara kami di depan banyak orang rasanya bukan sesuatu yang bagus.

Saya colek paha Yoongi untuk minta perhatian. Dia menoleh.

"Ada apa?"

"Kau yakin mau ikut menonton bersama mereka?" bisik saya.

"Mau. Bukankah ini akan menyenangkan? Pergi ramai-ramai bersama teman-teman. Memangnya kau tidak mau ikut?"

"Aku-"

"Ikut saja Park-ssaem ... jangan jadi orang kurang gaul. Masa' pulang mengajar diam di rumah saja? Sekali-kali ayo jalan ke mal, berbelanja, makan bersama, nonton film di bioskop."

Saya memicingkan mata untuk Kim-ssaem yang tahu-tahu menyahut. Dia memang tukang menguping, sukanya iku-ikut dalam pembicaraan orang. Padahal tadi dia sedang tawa-tiwi dengan Jin-ssaem dan Jung-ssaem.

"Min-ssaem, Anda ikut, kan? Kalau Anda mau popcorn nanti saya belikan. Yang ukurannya ekstra besar."

"Jung-ssaem ... tidak perlu..." Yoongi menolak secara halus. Jung-ssaem tetap senyam-senyum mengaguminya. Rasanya saya ingin menumpahkan bubur kacang yang sedang saya makan ke ubun-ubun guru sastra itu.

"Sepertinya ada seseorang yang tak begitu senang dengan rencana ini. Kenapa Park-ssaem? Apa Anda sedang banyak pikiran?"

Ucapan Kim-ssaem membuat sendokan bubur saya tertahan di ujung lidah. Saya diam menatap empat orang di sekitar saya secara bergantian. Mendadak hening di meja kami.

"Jimin, ayo ikut saja. Aku tak mau kalau kau tak ikut." Yoongi memegang tangan saya.

Tak sangka, Jung-ssaem menyahuti. "Saya juga tak mau ikut kalau Min-ssaem tak ikut."

"Kalau Park-ssaem tak ikut, Min-ssaem tak ikut, dan Jung-ssaem juga tak ikut, sisanya hanya saya dan Namjoon berdua, dong?" Jin-ssaem melirik Kim-ssaem.

Guru bahasa Inggris itu menyahuti. "Apa bedanya dengan kencan kita yang kemarin-kemarin? Batalkan saja kalau memang sisanya hanya kita berdua."

"Ah! Jangan! Saya mau ikut! Saya suka berkumpul dengan Anda sekalian. Saya ingin menghabiskan waktu bersama Anda-anda lagi seperti waktu itu, waktu kita sama-sama minum di kedai!" Yoongi nampak tak rela kalau acara ini sampai batal.

"Kalau begitu kita minum saja, jangan nonton film." Ide ini keluar dari mulut Kim-ssaem.

"Ayo minum bersama!" Jung-ssaem menepuk tangannya satu kali, mukanya senang. Dia melihat Yoongi sambil tersenyum lebar. Tulang pipinya jadi menonjol. Saya diam-diam hanya menatap tajam. Saya tahu kalau toleransi alkoholnya tidak seberapa. Dia paling payah kalau urusan minum. Tapi gelagatnya ... aduh.

What's on Park-ssaem's Mind? [Minyoon ff]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang