Saya buru-buru pulang ke rumah. Yoongi saya bawa. Katanya, ini kesempatan bagus untuk bertemu dengan keluarga saya. Tak usah ditunda-tunda.
"Jimin-aaah!"
Waktu saya habis memarkirkan motor di garasi apartemen, saya mendengar teriakan. Saya kenal itu suara siapa. Adik saya. Dia memanggil dari tangga. Sedang Ibu saya melambai-lambaikan tangan minta saya cepat naik ke sana. Yoongi saya gandeng.
"Aduh aku deg-degan," bisiknya ketika kami baru menaiki tangga.
Saya hanya tersenyum. Tiap kali bertemu Ibu, tak pernah ada perasaan yang aneh, selalu biasa, paling-paling rindu. Tapi kali ini karena membawa calon istri, saya jadi gugup juga.
.
.
.
Whats on Park-ssaem's Mind?
BTS fanfiction
Characters belongs to God, BTS belongs to Bighit
Minyoon
Kisah seorang guru kasmaran
.
.
.
Kami duduk beralas bantal, mengelilingi sebuah meja kecil di ruang tengah. Ibu berkali-kali mengedarkan pandang untuk mengecek kerapihan isi apartemen saya. Memang banyak barang yang tak tertata rapi. Di kamar lebih parah, banyak baju kotor yang belum saya cuci. Sementara Ibu seperti petugas kesehatan yang sedang inspeksi, adik saya membuka-buka bungkus oleh-oleh. Saya tahu itu Ibu bawa untuk saya di sini, tapi adik saya malah memakannya sendiri.
"Ini, silakan."
Yoongi kembali dari dapur membawa gelas-gelas sirup melon. Tadinya saya yang mau menyuguhkan minum, tapi dia bilang saya mesti duduk saja bersama Ibu dan adik saya.
"Terimakasih yaa...," ucap Ibu.
Lalu Yoongi menaruh satu gelas di depan adik saya. Saat itu tangan mereka tak sengaja bersentuhan. Saya lihat adik saya tersenyum. Tapi senyumnya lain. Setelah Yoongi duduk di tempatnya saya menatap tajam adik saya itu.
"Apa?" Dia bertanya.
"Minum." Begitu saja yang saya katakan.
Dia minum dengan cuek kemudian. Ibu saya berwajah bingung tapi setengah tak peduli. Dia sudah biasa melihat kami begini. Sebetulnya hubungan saya dengan adik saya itu tak terlalu baik. Saya lebih sering menjadi ketus padanya karena dia adalah orang yang cukup mengganggu. Dia suka bicara dan tertawa. Dia juga suka menggoda. Adik saya masih kuliah semester muda, tapi pacarnya mungkin sudah tak terhitung berapa banyak. Dasar playboy. Kalau ada dirinya saya merasa tersaingi. Apalagi dalam situasi sekarang ini, di mana calon istri saya satu meja dengan kami.
Tadi, ketika Yoongi menaruh gelas sirup untuknya, saya tahu apa yang dia lakukan. Dia punya mata yang mampu menyedot perhatian orang. Saya takut yang barusan itu sedikit dari banyak triknya untuk memikat. Saya tak mau Yoongi jadi korban jeratannya yang sesat.
"Jimin dan adiknya sangat mirip, ya."
Yoongi menunjuk kami malu-malu. Saya saling melirik dengan adik saya. Memang, orang bilang wajah kami serupa. Yoongi bukan yang pertama mengatakan itu.
"Mereka sangat mirip, tapi tak pernah mau disamakan. Iya, kan?"
Ibu saya minta konfirmasi. Saya cuma diam saja, sementara adik saya mulai mengoceh sambil mengunyah makanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
What's on Park-ssaem's Mind? [Minyoon ff]
أدب الهواةHanya cerita kolot dari seorang guru yang kurang berpengalaman dalam urusan asmara. BTS. Minyoon/Minga.