Whats on Park-ssaem's Mind?
BTS fanfiction
Characters belongs to God, BTS belongs to Bighit
Minyoon
Kisah seorang guru kasmaran
.
.
.
"Kenapa kau beli juga? Kan sudah kubilang kalau tiketnya beli satu gratis satu. Kau tidak usah beli."
"Kau memang bilang begitu, tapi kau tak bilang kalau kau yang akan beli tiketnya."
"Harusnya kau sudah paham meski aku tak bilang, karena aku yang mengajakmu berarti aku yang beli tiketnya."
"Kukira dengan kau yang memberitahuku itu artinya kau minta aku yang beli?"
"Bukaaan! Aku yang beli, kau dapat bonusnya!"
"Makanya bicara yang jelaas!"
"Masa' kau tak mengerti, kau kan pintar, Jungkook!"
"Pintar-pintar pun kalau dapat informasinya tak jelas ya mana tahu, aku! Salahmu juga bukannya beritahu aku kalau kau yang akan beli tiketnya!"
"Jangan menyalahkan aku, kau sendiri tak tanya apa-apa padaku waktu di telepon kemarin!"
"Eh! Sebelum aku tanya harusnya kau bicara dulu sejelas-jelasnya!"
Sore itu jam pelajaran sudah habis. Siswa-siswi sudah pulang ke rumahnya masing-masing terkecuali mereka yang melakukan kegiatan klub. Awalnya saya kira kelas tiga sudah benar-benar kosong, ternyata ketika lewat ada satu yang lampunya masih menyala. Saya mendengar ribut-ribut orang bertengkar dari dalam sana. Karena penasaran saya menengok ke kelas yang pintunya terbuka lebar itu. Di sana saya menemukan Jungkook yang sedang menjambak rambut Taehyung.
"Kalian sedang apa?" tanya saya di ambang pintu.
"Park-ssaem!"
Jambakan Jungkook dilepas paksa. Tahu-tahu Taehyung meninggalkan kursinya dan berlari lantas bersembunyi di belakang punggung saya. Saat itu wajah Jungkook benar-benar tak ramah. Saya jarang-jarang menemukannya begini. Biasanya dia tersenyum manis dan menatap orang dengan matanya yang besar berbinar.
"Sebenarnya ada apa, ini?"
"Dia marah pada saya gara-gara tiket," jawab Taehyung. Bocah jangkung itu memeluk saya dari belakang. Serta-merta saya hempaskan tangannya. Tidak enak dipeluk olehnya. Kalau dipeluk Yoongi saya mau.
"Tiket apa?" Saya melirik Jungkook. Anak itu mengulurkan tangannya dan menunjukkan empat lembar kertas. Masih dengan Taehyung yang menggelayut di belakang, saya berjalan dekati Jungkook dan ambil salah satu kertas di tangannya itu. "Tiket masuk taman hiburan?"
"Iya. Kami beli itu untuk main ke taman hiburan sabtu ini. Tiketnya beli satu gratis satu. Saya beli satu dan Taehyung dapat bonusnya. Tapi ternyata dia malah membeli tiket juga. Jumlah tiketnya jadi empat, sedangkan kami hanya berdua. Bukankah itu mubazir? Ini sama saja dengan membayar untuk dua tiket, padahal seharusnya cuma satu." Jungkook bersungut.
"Jungkook, kau kedengaran tak mau rugi, ya?"
"Memang, Seonsaengnim! Di masa seperti ini kita tak boleh melupakan hitung-hitungan untung rugi!"
Rasanya kecut. Saya terdiam dibuat sadar. Saya sendiri jarang hitung-hitungan uang. Selama hajat hidup saya masih aman sampai tiba hari di mana upah saya dibayar, saya tak apa. Sedang Jungkook berbeda. Usianya masih belasan tahun tapi dia sudah segini perhitungannya pada uang. Mungkin dia ada potensi jadi seorang ekonom di masa depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
What's on Park-ssaem's Mind? [Minyoon ff]
FanfictionHanya cerita kolot dari seorang guru yang kurang berpengalaman dalam urusan asmara. BTS. Minyoon/Minga.