16. Sexy - Bantulah Diriku

50.4K 2.5K 39
                                    

Dua pasangan yang sedang asyik menonton film horror dikagetkan oleh kedatangan seseorang. Awalnya, mereka pikir itu adalah hantu. Namun, saat sosok itu telah berada di depan mereka ternyata seorang pria dingin yang keras kepalalah yang menggangu aktivitas mereka.

Pria berkulit cokelat sawo matang itu menajamkan matanya. Seolah-olah mata itu bisa membunuh orang seketika. Sementara kekasihnya hanya menyebikkan bibirnya saja, tanda kesal. Pria penganggu itu malah dengan santainya langsung duduk di kursi seberang mereka dan meminum segelas teh hangat yang berada di meja, seolah-olah tidak ada hal yang menyebalkan baru saja terjadi. Tak sampai di situ ia juga mengambil remote dan memindah channel televisi tersebut.

"Aldo" teriak Rio. Matanya menyala. Seolah-olah ia ingin menguliti Aldo sekarang juga.

"Apa?" ucap Aldo datar tanpa mengalihkan pandangannya dari televisi yang sedang menampilkan berita seputar bisnis.

"Kau itu tidak sopan sekali. Kau ini hampir saja membuat kami jantungan!" ungkap Rio dengan tatapan tajam.

"Ohh. Aku kira apa. Tapi, kalian tidak kenapa-kenapa, 'kan?" Aldo menatap mereka bergantian tanpa rasa bersalah.

Aldo mengambil keripik kentang di depannya. Lalu, menggunyahnya perlahan-lahan sambil menatap Rio yang tengah kesal. Ia malah menganggap itu sebagai hiburan untuk melepas penat seharian ia bekerja.

"Sudahlah, Rio. Kau tahu Aldo memang menyebalkan," ujar Ara menenangkan Rio. Ia menepuk-nepuk pundak Rio pelan.

"Mau apa sebenarnya kau kemari?" Rio berujar dengan ketus.

Aldo kembali menyeruput tehnya, sebelum menanggapi ucapan Rio.

"Ri, aku butuh bantuanmu."

"Apa?" jawab Rio masih dengan nada ketus. Lalu, ia mengambil segelas sirup di hadapannya untuk menghilangkan dahaga karena berteriak-teriak.

"Kurasa aku sedang jatuh cinta," jawab Aldo santai.

Rio yang tengah menikmati minumannya langsung tersedak. Ia kaget karena setahu Rio pria itu tak mudah jatuh cinta. Ia hanya pernah jatuh cinta dengan seorang gadis yang selalu disebut-sebut olehnya dengan nama Rain. Itu pun sekitar sembilan tahun yang lalu, bahkan setelah Aldo menikah dengan Ana ia tetap mencintai gadis itu.

Rio juga tahu jika hubungan Lavanya dan Aldo itu semacam simbiosis mutualisme. Lavanya ingin menikah dengan Aldo karena masalah perusahaan. Sementara Aldo hanya ingin menyenangkan kedua orangtuanya yang ingin melihat anaknya menikah dan memberi mereka cucu. Gadis mana yang berhasil membuat Aldo memberikan hatinya.

"Rio, kau tak apa?" tanya Ara cemas.

"Hanya kaget saja. Kenapa pangeran es ini bisa jatuh cinta lagi. Padahal dulu ia selalu mengatakan cintanya hanya untuk Rain, tak pernah tergantikan walau dimakan zaman. Waktu itu aku merasa dia itu sangat menyedihkan mencintai gadis yang bahkan tak tahu namanya," ejek Rio dengan tatapan remeh.

Ara mengernyitkan dahinya.

"Siapa dia? Lalu hubungan Aldo dengan Lavanya itu apa?" Ara menatap kekasihnya bingung.

Ara tidak mengetahui kenapa temannya yang sangat menyukai Ryan tiba-tiba saja bisa mengatakan dia akan menikah dengan Aldo. Setahunya hubungan mereka tidak begitu baik. Bagai air dan minyak yang tak bisa disatukan.

"Awalnya aku dan Lavanya tak saling mencintai. Aku ingin menikahinya karena ada sesuatu hal. Lebih baik kau tanya sendiri padanya," jawab Aldo kepada Ara.

"Maka dari itu Rio. Aku butuh bantuanmu. Sepertinya aku benar-benar jatuh cinta pada Lavanya. Aku ingin perasaanku ini terbalas. Bagaimana caranya menaklukan hati Lavanya?" Aldo menatap Rio penuh harap lelaki itu membantunya.

Keterkejutkan Rio bertambah beberapa persen. Ia tak pernah menduga Aldo bisa terpikat oleh Lavanya yang sama sekali berbanding terbalik dengan tipe gadis idaman Tuan Muda Wijaya ini. Aldo memiliki kriteria gadis yang sederhana dan mandiri.

"Aku tak tahu bisa membantumu atau tidak. Kau tanya saja pada calon isteriku ini. Dia kan temannya Lavanya. Kau bisa bertanya apa saja pada Ara tentang Lavanya untuk mempermudahmu mendapatkan hatinya. Benarkan, Sayang?" Rio tersenyum sambil mengedipkan mata kepada Ara.

"Iya. Kau bisa bertanya padaku, Aldo. Akan kuceritakan semua tentangnya. Pasti kau tidak akan percaya," ujar Ara dengan raut wajah yang sulit diartikan.

"Maksudmu?"Aldo mengangkat alis sebelah kanannya.

"Aku dulu teman sekolah menengah pertama Lavanya, tetapi saat sekolah menengah pertama atas kami tidak satu sekolah dan bertemu di Los Angeles. Penampilannya berubah 180'. Dulu dia tak pernah memperhatikan dandanannya. Penampilannya seperti pria, tapi acak-acakan. Namun, dia sangat baik dan penyayang pada anak kecil. Dia sangat menyukai hujan tapi entah kenapa ia bisa berubah menjadi ketakutan pada hujan. Bahkan aku hampir atau benar-benar tak mengenalinya saat bertemu dengannya lagi, kalau ia tak mengatakan dia teman sebangkuku dulu," jelas Ara.

Aldo tak menyangka dengan penuturan Ara. Itu seperti mimpi. Sedangkan Rio tampak berpikir keras. Ia merasa Lavanya mirip dengan seseorang.

"Benarkah? Kau bisa tak mengenali Lavanya. Apa dia melakukan operasi plastik?" tanya Rio penasaran.

"Dulu pipi Lavanya tidak setirus itu agak sedikit chubby, hidungnya memang mancung. Namun, tidak semancung sekarang, bibirnya selalu kering terlihat pucat, kulitnya putih, tapi juga pucat. Ia mengatakan padaku hanya melakukan diet, makan buah-buahan yang baik untuk kulit dan bibir, setrika wajah untuk menghilangkan sedikit lemak di pipinya, serta rajin merawat diri seperti wanita pada umumya dengan menggunakan lotion, bedak, dll."

Tbc....


Dealing with Sexy Enemy (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang