18. Sexy - Marah

53.4K 2.7K 43
                                    

Hari ini Lavanya akan makan malam di luar. Ia kini telah memilih pakaiannya. Namun, ia tak mendapatkan gaun yang cocok dengan selera Aldo. Semua gaun yang ia miliki ketat dan banyak yang memamerkan kulit mulusnya sehingga Aldo pasti akan marah-marah, jika ia menggunakan gaun itu. Ia pun berencana meminjam pakaian adiknya.

Lavanya pun pergi menuju ke kamar Lala. Ia langsung masuk ke kamar adiknya itu tanpa mengetuk pintu karena ia tahu Lala sedang pergi. Ia langsung membuka lemari pakaian adiknya. Lavanya pun mengambil sebuah gaun berwarna biru tua berlengan panjang selutut dengan renda di bagian dadanya. Ia pun langsung memakainya, lalu berias dengan make up milik adiknya karena ia sudah tak memiliki banyak waktu lagi. Ia hanya menggunakan alas bedak dan lip ice. Rambutnya ia gerai dan di keriting di bagian bawahnya.
Tak lama kemudian, ia turun ke bawah dan mendapati Aldo telah duduk di sofa single di ruang tamu. Aldo tengah membaca tabloid kesehatan. Ia sudah menggunakan jas bewarna biru tua senada dengan milik Lavanya, padahal mereka tak janjian. Lavanya  langsung mengajak Aldo beragkat.

Aldo langsung mengemudikan mobilnya. Sekali-kali ia melirik ke arah Lavanya yang tengah memainkan ponselnya. Ia melihat berbagai ekspresi Lavanya baik senang maupun kesal saat memainkan game di ponselnya. Aldo tak menyangka calon istrinya sangat cantik dengan ekspresi apa pun.

“Aldo, kau kenapa senyum-senyum sendiri?” tanya Lavanya kebingungan.

“Tidak, itu perasaanmu. Ayo, turun, kita sudah sampai.” Aldo langsung mengalihkan pembicaraan.

Mereka pun langsung memasuki restaurant yang begitu mewah. Namun, tampak sepi karena tempat itu telah disewa oleh Aldo. Suara gesekan biola menggema di seluruh ruangan. Ruangan itu terdapat banyak lilin dan bunga. Aroma stoberi menguar ke seluruh pejuru ruangan. Menambah kesan romantis.

“Al, kau yakin kolegamu mengajak kita makan di sini?” tanya Lavanya penuh curiga.

“Tentu. Aku sendiri yang memesan tempat ini. Sesuai permintaan mereka,” ungkap Aldo santai.

“Kenapa dekorasinya seperti ini. Kalian ingin berkencan atau berbisnis,” sindir Lavanya tak suka.

“Kedua-duanya. Sudahlah itu tak penting dibahas,” balas Aldo lembut.

Aldo pun menggandeng Lavanya menuju private room. Gadis itu sangat kaget, saat ia melihat kedua sahabatnya sudah duduk manis di sana. Ia tak mengerti kenapa mereka bisa ada di sini, padahal Aldo mengatakan sudah menyewa tempat ini untuk membicarakan bisnis.

“Al, kenapa kedua pasangan alien itu ada di sini?” tanya Lavanya kesal.

“Mereka rekan bisnisku yang akan malam bersama kita,” terang Aldo santai.

Lavanya merasa dibohongi oleh Aldo. Padahal Aldo kemarin mengatakan kalau ia membutuhkan Lavanya untuk menemaninya makan malam dengan klien penting. Klien itu ingin mengenal calon istrinya sehingga Aldo harus mengajak Lavanya.

“Hei, ternyata kalian klien Aldo. Kalau aku tahu, lebih baik tak ikut daripada aku jadi saksi percintaan kalian hanya membuang-buang waktu,” ujar Lavanya yang telah duduk di samping Nada.

“Bukannya kami yang akan jadi saksi kisah cinta kau dan Aldo,” sanggah Ara.

“Iya, buktinya sebentar lagi kalian akan menikah. Pastinya karena begitu besarnya cinta kalian bukan?” goda Nada.

Lavanya merasa kesal. Ia merasa dunia tak berpihak kepadanya. Kedua temannya malah menyudutkannya. Padahal kenyataannya mereka yang berbahagia malam ini. Sementara Lavanya merasa menjadi orang bodoh yang berada di tengah kumbang yang dimabuk cinta. Lavanya berpikir mereka akan bermesra-mesraan lagi seperti di taman hiburan kemarin, saling berpegangan tangan dan mengatakan hal-hal romantis yang membuat Lavanya ingin muntah.

Sementara Ara dan Nada merasa puas sekali karena bisa mengerjai Lavanya. Mereka telah membuat rencana untuk menggoda Lavanya sekaligus menyatukannya dengan Aldo. Tentunya dengan persetujuan Aldo.

“Lav, kau kan sebentar lagi mau menikah? Ngomong-ngomong kau mau bulan madu ke mana?” tanya Dino dengan raut wajah penasaran.

Wajah Lavanya sudah memerah karena kesal. Ia mulai berpikir bahwa ini jebakan.

“Kalau aku boleh memberi saran kalian bulan madu ke Rio De Janeiro. Di sana banyak pemandangan indah loh, Al. Lav, kau juga jangan kalah dengan wanita-wanita di sana, nanti Aldo malah beralih ke mereka,” canda Rio.

“Apa-apaan sih kau, Ri? Siapa yang mau ke sana. Mungkin kau yang mau cuci mata,” balas Aldo kesal.

Lavanya terus mendelik menatap Rio. Ia mengepalkan tangannya. Lavanya sangat paham dengan ucapan Rio. Rio De Janeiro merupakan tempat wisata yang sering dikunjungi di Brasil dan di sana pastinya banyak turis asing yang menggunakan pakaian sangat minim karena cuaca panasnya.

“Ra, aku kasihan padamu. Pasti nanti jika kalian menikah, kau akan menderita karena memiliki suami yang mata keranjang. Hati-hati bisa saja tanpa kau ketahui ia selingkuh,” ujar Lavanya dengan nada ketus.

“Enak saja. Aku setia, ya,” bantah Rio.

“Sudahlah. Aku ingin mengatakan bahwa aku dan Dino akan menikah tiga bulan lagi,” ujar Nada dengan raut wajah bahagia.

Mereka pun menyelamati Nada. Lavanya juga mengucapkan selamat. Namun, sedikit tidak ikhlas karena ia iri mereka semua dapat bersama orang yang mereka cintai. Sementara Lavanya tak pernah bisa bersama orang yang ia cintai, jika itu terjadi pasti orang yang ia cintai tak tulus dengannya. Setiap melihat orang lain bermesraan dengan kekasihnya, Lavanya merasa dunia tak adil karena saat ia menemukan orang yang ia cintai dan orang itu mencintainya namun mereka tak bisa bersama.

“Wah, tak kusangka secepat itu kalian akan menikah. Kalian kan baru saja pacaran?” Lavanya memasang wajah datar.

“Lav, kami saling mencintai jadi tak butuh waktu lama untuk ke jenjang yang lebih serius, bukan? Asalkan kami saling mempercayai satu sama lain,” jelas Dino mantap.

“Kau dan Aldo kan juga cepat-cepat menikah kalian saling mencintai kan,” ujar Nada lembut.

Lavanya tersenyum kecut.

“Kalian sengaja kan memamerkan hubungan kalian atau kalian ingin mengejekku. Ara dan Nada kalian tahu kan aku sangat mencintai Ryan dan kalian juga tahu kan hubunganku dan Aldo tidak baik. Kalian pasti sudah tahu kan alasan kami akan menikah. Tolong hentikan sandiwara kalian!” Lavanya menatap kesal mereka satu per satu.

Dada Aldo terasa sesak sekali mendengar ucapan Lavanya. Gadis itu masih saja memikirkan Ryan meski hari pernikahannya semakin dekat. Semakin Aldo berusaha mengejar Lavanya, semakin sulit pula ia mendapatkan hatinya. Padahal niatnya mengikuti rencana Rio malam ini untuk mendekatkan diri dengan Lavanya, malah berbanding terbalik.

“Lav, kami tak bermaksud seperti itu,” ujar Ara dengan nada bersalah.

“Terserah. Aku tak percaya itu,” jawab Lavanya ketus.

“Sudahlah, Lav. Mereka tak bermaksud menyinggung perasaanmu. Lagipula, mereka tak tahu hubungan kita seperti apa sekarang. Namun, kau sendiri yang memperjelasnya. Pikiranmu hanya ada Ryan. Tak hanya kau yang terluka, tapi aku juga!” Aldo tanpa sadar membentak Lavanya.

Kecemburuannya terhadap perasaan Lavanya kepada Ryan membuat emosinya memburuk.

“Ya sudah batalkan saja pernikahan kita. Ryan tak keberatan untuk menikahiku dan membantu masalah perusahaan ayahku,” kesal Lavanya. Ia pun pergi meninggalkan mereka semua dan Aldo terdiam mematung.

“Maaf, aku tidak tahu semuanya akan seperti ini,” ujar Rio penuh sesal.

“Ini salahku terlalu berharap dengan Lavanya. Kalian tak usah membantuku lagi. Itu hanya membuang waktu kalian.”

  Tbc...
Ini curi2 waktu

Dealing with Sexy Enemy (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang