3. Sexy _ Tanda Tanya Cinta

104K 4.1K 36
                                    


Suara lonceng gereja membangunkan tidur gadis cantik itu. Ia segera menyibakkan tirai jendela. Jalanan ibu kota begitu ramai telah dipadatti ribuan kendaraan yang siap bertempur melawan hari, mengantarkan tuannya ke ladang uang ataupun menimba ilmu. Aroma harum menyeruak ke penjuru ruangan. Tatkala gadis itu menyemprotkan pewangi ruangan beraroma lavendel.

Setelah itu, ia segera memasuki kamar mandinya. Berendam dengan air hangat untuk membuat pikirannya tenang sejenak. Hari ini ia tak bekerja ke kantor karena mendapat libur tiga hari karena telah berhasil memenangkan tender. Namun, naasnya ia harus menjadi pembantu Aldo nanti. Jika, ia sudah masuk kantor pun setelah pulang ia juga harus bekerja dibawah diktator iblis bersaudara itu.

Rok selutut dengan bagian punggung terbuka melekat pada kulit mulus Lavanya. Surai di gelung dan bibir di poles merah menyala menambah kadar keseksiannya. Sederet brand mahal keluaran gucci melekat di tubuhnya membuat kesan glamor semakin kentara.

Ia pun mengetuk istana Aldo berulang kali. Namun, tak ada jawaban. Tiba-tiba saja di belakangnya muncul sosok menyebalkan yang sudah menatapnya tajam. Ia tak peduli dengan tatapan itu.

"Seharusnya, kau berangkat lebih awal sekarang sudah setengah tujuh. Kakakku akan berangkat setengah jam lagi sementara kau belum memaksakan makanan untuk kami. Kau itu mau menjadi pembantu bukan model majalah dewasa!" Sella mencerca Lavanya.

"Terserah apa katamu. Aku sudah memasak pasta!" Lavanya menunjukkan tempat makan di tangan kanannya.

Mereka langsung masuk ke dalam. Lavanya lalu pergi ke dapur untuk menyiapkan makanan kedua iblis bersaudara itu. Ia juga membuat jus mangga dengan campuran krim di atasnya.

"Apakah ini enak?" Aldo memandang makanan di depannya dengan tatapan tak yakin meski bentuknya mengiyurkan.

"Tentu saja enak. Tenang saja makanan ini steril dan tak beracun." Lavanya tersenyum sinis.

Aldo langsung mengambil garpu dan memasukkan pasta itu ke mulutnya. Ia merasakan kelezatan yang seperti ia rasakan saat makan di restaurant Itali langganannya. Aldo menyuruh Sella untuk mencicipinya karena itu sangat lezat. Sella perlahan memasukan makanan itu ke dalam mulutnya. Lezat! Itu yang ada dalam pikirannya. Saus yang tak hanya pedas dan asam, tetapi juga ada rasa manis menjadi pelengkap pasta itu.

"Bagaimana rasanya?" tanya Lavanya penasaran.

"Lumayan," jawab Sella singkat.

"Aku tak menyangka kau bisa memasak." Aldo tersenyum masam.

"Terserah Anda saja ya," balas Lavanya ketus.

"Saat aku pulang seluruh ruangan ini harus sudah bersih. Kau harus menyapu juga mengepel. Kau harus membersihkan gudangku juga!" perintah Aldo dengan senyum kemenangan.

"Lap pelnya ada di kamar mandi dekat dapur. Kau harus mengepel dengan tangan karena kebetulan alat pelnya rusak," jelas Sella. Tentu saja Sella berbohong ia ingin sekali mengerjai Lavanya.

"Kuku cantikku bisa patah. Itu menjijikkan, Sella!" bentak Lavanya tak terima.

"Jangan berani membentak adikku. Kau harus menuruti kata-katanya. Panggil dia Nona Sella karena dia majikanmu sekarang. Satu lagi ganti pakaianmu dengan pakaian yang sopan. Kau ini pembantu bukan penari di bar!" Ucapan Aldo sangat menyakitkan. Hatinya serasa diiris-iris bak daging cincang. Namun, ia harus menahan amarahnya. Dalam hati Lavanya ingin sekali memukul kedua iblis itu. Namun, ia sudah terikat dalam kuasa mereka. Ia hanya dapat menggerutu kesal dalam hati.

***

Lavanya telah membersihkan ruang tamu, dapur, dan ruang keluarga beserta ruang kerja Aldo. Kini, ia pun memulai membersihkan gudang. Dimulai dengan menata kursi-kursi kayu berukiran huruf piyin. Setelah itu, ia menata buku-buku dan meletakkannya di nakas. Tak sengaja sebuah foto terjatuh dari buku yang sebagian telah lapuk dimakan rayap. Foto itu adalah foto gadis SMA berpenampilan seperti laki-laki. Mata Lavanya membulat seketika karena ia sangat mengenali gadis dalam foto itu. Berbagai hal menjadi pertanyaannya.

Dealing with Sexy Enemy (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang