Two

4.6K 158 0
                                    


"Kamu kalo ngomong di jaga ya!, kamu itu anak mahasiswi, harusnya kamu mencontohkan sesuatu yang baik terutama ucapan kamu. Memang kamu tidak kasian melihat adik kamu yang mengetahui kalo sang kakak seperti ini."

'Shit! Dia pikir,'

"Maap maap aja ya pa killer nan arogan pengganti pa rayon, gua nggak punya adik tuh," ucapku saking kesalnya karena dia sok tahu.

"Bahkan kamu bicara dengan dosen kamu sendiri dengan kata gua dan elu. Ya Tuhan, engkau menciptakan gadis ini yang tidak punya sopan santun." ucapnya melenggang pergi ke mejanya sedang aku ingin pergi, saat berbalik tangan kekar dan besar menarik lengan tangan kiriku.

"Saya tidak memberi izin untuk kamu pergi, kenapa ingin pergi?" tanya nya yang masih menempelkan tangannya pada lenganku.

"Karena saya pingin pergi, bapa bisa nggak, si lepasin tangan saya, saya udah sopan ini sama bapa, jangan sampe saya berubah pikiran!" jawabku membela diri.

Akhirnya dia melepaskanku.

Dikelas ternyata dia masuk kembali. Kebanyakan mahasiswi yang membicarakannya.

Dia memiliki tubuh gagah dan menjulang tinggi bak model pria yg sekarang naik daun. Rambutnya berwarna sama dengan kedua matanya yang coklat pekat, aku tau karena tadi dia berbicara padaku cukup dekat. Dia memiliki alis tebal dan bulu mata yang lentik, aneh, apakah dia cowo tulen?, oke whatever! Dia juga memiliki postur tubuh lumayan besar, i think dia sering fitness tapi entahlah. Hidungnya mancung serta bibirnya sedikit tebal dan berwarna merah darah, jangan jangan dia vampire, ah aku hanya menggeleng di tempat duduk karena takut apa yang sedang aku lamunkan. Terakhir, dia memiliki kulit yang bersih, pasti dia sering perawatan, ejekku lalu aku cekikikan sendiri.

Dia sedang duduk dengan santai nya sambil melihat absen kelas kami. Sambil manggut manggut dia tersenyum. Entah itu senyum apa?

"Baik, sekarang waktu kalian hanya 10 menit untuk memperlihatkan kemampuan kalian menyanyi dengan alat musik yang kalian kuasai itu. Dan lagu nya saya yang menentukan," ucap dosen itu yang belum kuketahui namanya, membuat seluruh ruangan ini sangat sunyi.

"All of me dari john legend, 10 menit dari sekarang!" perintahnya dengan santai ia bersender ke dinding yang berada dibelakangnya sambil memejamkan kedua matanya dan hanya telinga yang ia buka untuk mendengar mahasiswa/i yg sedang berlatih tak karuan.

Aku yang tidak membawa alat musik hanya menyumpal kedua telingaku dengan headset dan disana ada alunan musik always dari yoon mi rae. Lalu aku menempelkan pipi kananku ke meja dan memejamkan kedua mataku.

🎶I love you
     Deutgeo itnayeo only you
     Nuneul gama bwayeo
     Barame heutnalyeo on geudae
     sarang
     Whenever wherever
     You are 🎶

"Camel! Cam!," lalu aku mendengar suara seseorang yang memanggilku.

Lalu dengan rasa tak berperasaan dia menggebrak mejaku sampai aku terlonjak kaget. Aku langsung bangun dan mengatur napasku lalu mendongak, disana ada dosen killer itu berada.

"Sekarang giliran kamu nona Camelia Dien Nasution. Sedang apa kamu dari tadi?, apa kamu tidak mendengar kalo saya hanya memberi 10 menit untuk latihan dan kamu memakai waktu itu untuk tidur siangmu. Gotcha!, bahkan kamu tidak membawa alat musik." ucapnya panjang lebar diakhiri dgn tepuk tangan darinya.

"Saya emang nggak bawa alat musik, karena saya,"

"Lupa. Itu kan yang ingin kamu katakan, lalu apalagi?," ejeknya. Sungguh dia sangat menyebalkan.

"Okeh, terus apa mau bapa?" ucapku tiba tiba sedikit kesal karena dia meremehkanku.

Untuk apa aku diterima di universitas ini kalau aku tidak bisa bermain alat musik, aku akan tunjukkan padanya.

"Hmm, saya hanya ingin kamu maju dan kamu yang menjadi penampilan pertama. Lalu dengan apa kamu bermain alat musik agar saya tau kemampuanmu?!." ucapnya lantang dan mengejek.

Rasanya keadaan kelas mulai terasa panas. Aku akan mencairkan kelas ini dengan caraku, kasihan dengan temanku yang mulai memelas memintaku agar, 'tunjukkin ke dosen killer itu kalo lo bisa, Cam!' lalu mereka memberiku semangat.

"Camel! Camel! Camel!" ucap teman cewe dan cowo.

"Come on Camel, lo yang terbaik," ucap salah satu cowo dikelasku.

"Lo yang terbaik di hati gue Camel, ayo semangat Camel cintaku." sambung cowo yang berada di paling belakang. Uek, mendengar kalimat terakhirnya yang membuatku ingin muntah.

Aku melihat piano di samping dosen killer yang sekarang sedang menatapku, aku berdiri dan menghampiri piano besar berwarna hitam itu.

Sampai disana aku duduk dan mulai melemaskan jemari kedua tanganku.

"Saya dengar!, tadi bapa memerintahkan kami untuk menyanyikan lagu all of me dari john legend, kan." pernyataanku sambil membalas tatapannya yang sedaritadi mengejekku.

Aku sebal tatapan itu.

Aku pun mulai memainkan piano yang berada didepanku dengan lihai aku menekan setiap tuts nya.

Tuhan aku berterimakasih Engkau telah membuatku sempurna dengan sesuatu yang sangat sederhana. Sesederhana aku memainkan setiap alat musik.

Aku pun mulai bernyanyi.

🎶Cause all of me loves all love you
     Love your cures and all your edges
     All your perfect imperfection
     Give your all to me i give my all to
     you
     Your my end and my beginning
     Even when i lose winning
     And I give you all of me
     And you give me all of you 🎶

Aku berhenti memainkan piano bersamaan dengan lirik yang telah habis. Tak lama tepuk tangan menyeruak penuh diruangan ini, kemenangan ada diwajahku dan juga teman kelasku.

Tak sadar kami tersenyum dan tertawa seperti habis mendapatkan piala kemenangan. Seperti anak kecil sekali, bukan? Tapi, ya, ini hidup, always be happy!

Gengs salam kenal 🙋
Gimana ceritanya resu nggak eh maksudnya seru enggak.
Di lanjut ora? Hihi 😁

Mine (Love The Way)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang