PAGE.16

657 114 45
                                    

"Jangan tanya kenapa karena aku juga tidak tahu jawabannya." 

***


Matahari pagi bersinar lembut menembus jendela kamar Hyungwon. Lelaki itu sudah terbangun semenjak tadi namun bukannya langsung mandi, ia justru duduk termenung di atas kasurnya. Pikirannya sedang kosong.

Sebuah ketukan di pintu kamar membuyarkan lamunannya.

"Hyungwon? Apa kau sudah bangun?"

"Ya, Ayah."

Setelah itu tidak terdengar suara lagi. Hyungwon menghela nafas dan lekas-lekas bangkit dari duduknya.

Setelah membersihkan dirinya, Hyungwon melangkah keluar kamar dan mendapati ayahnya sudah duduk manis di depan meja makan dengan koran di tangannya. Namun begitu sadar anak lelakinya keluar kamar, pria paruh baya itu menutup koran lantas menyesap kopinya sekilas.

"Chae Hyungwon." Panggil ayahnya.

Hyungwon yang sedang mengunyah roti hanya bisa menatap ayahnya penuh tanda tanya. Kalau ayahnya sudah menyebut namanya lengkap seperti itu, berarti sesuatu serius telah terjadi.

"Kemarin walikelas-mu menelpon Ayah," ayah Hyungwon berusaha sehati-hati mungkin berbicara pada anak lelaki semata wayangnya itu. "beliau bilang nilai ulanganmu 'sedikit' menurun. Apa benar?"

Pria paruh baya itu sengaja menggunakan kata 'sedikit' supaya tak menyinggung perasaan Hyungwon. Namun yang ditanya tidak menjawab. Sejujurnya, pemuda tidak tahu harus menjawab apa jika ayahnya bertanya mengenai alasan nilainya menurun.

Hyungwon melirik ayahnya sekilas. Apa ayahnya akan marah?

Ayah Hyungwon membenahi posisi duduknya. Dengan wajah serius, beliau melanjutkan ucapannya. "Ayah tidak memaksamu, Chae Hyungwon. Ayah tahu kau bisa bersekolah di tempat sebagus itu karena usahamu sendiri. Tapi jangan lupa, kau masuk sana karena beasiswa dan kau harus mempertahankan nilaimu di sekolah. Bukankah kau juga ingin mengejar beasiswa di salah satu universitas terbaik di Seoul?"

Hyungwon menghela nafas lantas memijat-mijat jembatan hidungnya. "Maafkan aku, Ayah. Aku hanya sedikit stres dengan ujian yang menggunung akhir-akhir ini." Itulah alasan yang akhirnya keluar dari bibirnya. Tidak salah memang, tapi Hyungwon pun merasa bukan itu alasan yang tepat.

Wajah Ayah Hyungwon lantas melunak, kemudian lelaki paruh baya itu tertawa renyah.

"Itulah sebabnya Ayah menyuruhmu untuk pergi berkencan. Kau hanya sibuk belajar dan belajar. Bahkan kau jarang sekali menghabiskan waktu dengan teman-temanmu. Masa mudamu itu membosankan sekali."

Hyungwon menatap ayahnya dengan tatapan aneh. "Bukannya Ayah yang bilang aku harus mempertahankan nilaiku?"

"Benar, benar. Tapi bukan berarti kau tidak bisa bersenang-senang. Kau itu terlalu serius."

Hyungwon hanya mencebikkan bibirnya melihat tingkah ayahnya yang seketika berubah 180 derajat. Rasanya sia-sia ia sempat takut ayahnya mengomel. Ia segera berdiri dan memakai sepatunya, bersiap menuju sekolah.

"Ah iya, ngomong-ngomong soal kencan. Bagaimana kabar calon menantuku?" tanya ayah Hyungwon tiba-tiba.

Dada Hyungwon seperti dihantam benda keras saat mendengar ayahnya menanyai kabar gadis itu.

"Baik," Hyungwon menggantung kalimatnya. "kurasa."

"Rasanya sudah lama sekali dia tidak mengunjungi Ayah. Apa sudah terjadi sesuatu?" Ayah Hyungwon bertanya dengan pandangan menerawang.

[Fanfiksi] I WILL REACH YOU (WJSN Bona x MONSTA X Hyungwon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang