Dan Pov
Sudah lima bulan Tiva di kantor ini. Dia sangat periang, menurutku. Tapi hanya dari luar. Entah kenapa aku merasa ada banyak rahasia dikehidupannya. Aku sangat ingin mengenalnya. Sebagai apa pun, asal aku bisa dekat dengannya.
Kalian tau, Evin benar-benar membuat tembok tinggi diantara kami. Dia tidak memperbolehkan anak buahnya bergaul dengan kami. Ketika ada Evin, anak buahnya ga berani sama sekali menegur kami untuk bercanda. Tapi ketika Evin sedang keluar, justru anak buahnya lah langsung menuju ke tempat kami dan bagian finance. Alasan mereka, mereka bosen ditempat mereka terus, mereka takut sama Evin. Pak Umar yang melihat tingkah anak buahnya Evin hanya bisa menggelengkan kepala. Beliau masih ga habis pikir dengan sikap Evin tersebut.
"Ka, Tiva bikin nasgor, kaka mau ga?" tanya Tiva padaku via chat.
"Sangat mau." balasku. Lalu aku beranjak dari tempat dudukku menuju meja Tiva.
"Tapi sendoknya cuma satu, kak? Gimana dong?" ujar Tiva setelah aku duduk dihadapannya.
Aku tersenyum padanya, "Ga apa-apa. Sama Tiva ini bukan sama Evin." ujarku pelan pada Tiva.
Dan itu sukses membuat Tiva tertawa.
"Enak banget nasgornya. Kapan-kapan bikinin lagi ya." rayuku pada Tiva. Dan Tiva tersenyum manis tanda setuju.
Tiba-tiba Evin teriak sambil memukul pundakku, "Bang! Udah gue bilang jangan ganggu anak buah gue!"
"Nying, bangke!" aku terbatuk-batuk sambil memegang dadaku. Sumpah demi apa pun, Evin kalau bukan cewek, udah aku gamparin dari kapan tau. Dan sekarang dia sukses membuat aku tersedak. Tiva yang khawatir melihatku langsung memberikan air minumnya padaku. Setelah keadaanku kembali sehat, aku bersiap memaki Evin, tapi Tiva mencegahku dengan tatapannya. Tatapannya dapat diartikan agar aku ga meladeni Evin. Saved by Tiva smile, kau Vin!
Kalau bukan karena Tiva, mungkin aku sudah bawa Evin ke ruangan bos. Tiba-tiba hape ku berbunyi. Chat dari Tiva.
"Kaka, kaka bilang sayang sama cewek, jangan emosi ya, ka."
" :* "
" ^_^ "
Aku langsung melihat Tiva dan tersenyum padanya.
"Nah gitu kan manis, ka."
Yah, Tiva sangat sukses membuatku tersenyum. Ah Tuhan, terima kasih Engkau telah menghadirkan Tiva dikehidupanku. Walau pun dia bukan kekasihku, setidaknya ada dia sebagai pengisi hariku. Dan semoga dia bisa mengisi hatiku.
Toilet kantor
"Kak Dan?" tanya Reza padaku.
"Iya, Za?"
"Kak, kepalaku kok berat ya? Leherku kaku banget." ujar Reza padaku.
Kulihat wajah Reza yang pucat. Kupegang punggungnya, "Za, semalam kamu dari mana? Kamu lewat mana?"
"Ga lewat mana-mana, kak. Jalan biasa pulang. Aku sama cowok aku, kak."
"Za, semalam kamu lewat mana? Jawab yang jujur." tanyaku lagi sambil menekan punggung atas tubuh Reza.
"Ah, aku semalam mau pulang, kak. Lewat pinggir kuburan, kak."
"Kok sampai lewat sana ngapain? Kamu sempat bengong di jalan?" tanyaku lagi pada Reza.
Bukannya menjawab, Reza hanya terdiam memandangku melalui cermin. Dan kulihat dia sudah lemas.
"Tina, Melly, tolong bawa Reza ke ruangan. Tolong kasih ke Mari buat pegang Reza. Kakak masih ada meeting sama bos." ujarku pada Tina dan Melly.
Dan mereka pergi ke ruangan HRD, sedang aku langsung menuju ruang meeting.
"Tiva dimana? Kaka belum liat Tiva hari ini? Itu Reza lagi ga enak, tolong bilang ke Mari ya buat bantu Reza. Kaka lagi meeting." chatku pada Tiva.
Tidak ada respon dari Tiva. Mungkin dia ga dengar ada chat masuk. Semoga dia ga kenapa-kenapa.
*****
tbc
Penasaran ga si Reza itu kenapa?
Ditunggu dipart selanjutnya. Ga lama kok, janji deh.Mau promosi lagi nih, difollow dan baca ceritanya dia ya zurks_saa
Ditunggu vote dan komennya.
^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
TIVA (Complete)
RandomTiva, seorang gadis yang selalu disia-siakan oleh pacarnya. Sempat didekati oleh seorang tomboy yang amat sangat perhatian padanya. Dan pada akhirnya, bertemu dengan seseorang yang benar-benar menjaganya.