12 Evin yang aneh

1.7K 82 10
                                    

Jangan pernah mengucapkan kata perpisahan jika kau masih mencintainya

Karena jika kau mengucapkannya, selanjutnya akan ada penyesalan dihatimu, itu jika kamu memang mencintainya

Akan merasa cemburu jika dia dekat dengan yang lain

Akan merasa kehilangan karena dia telah menjadi bagian hidupmu

Akan merasa lebih mencintainya dari sebelumnya.

Dan M. 5 Mei 2011


Author POV

"Dimana sih? Lama banget?" tanya Dan yang mulai tidak sabar.

"Sabar kenapa sih. Macet tahu ga." jawab si penelpon.

"Ga bisa sabar, dia udah mulai ngoceh."

"Bang..." panggil Evin tiba-tiba, dan mulai genit.

"Woy cepetan. Perasaan gue udah ga enak banget ini." bisik Dan pada si penelpon.

"Tiva, Tina, mending ke belakang dulu ya. Jangan terlalu dekat. Tina, Tiva nya dibawa, jangan dekat abang dulu." ujar Dan pada Tina dan Tiva.

Tina dan Tiva mengikuti perintah Dan.

Plak.

"Allahu Akbar!" teriak Dan. Sebuah tamparan keras mendarat telak dipipi kanan Dan. Merah.

Semua karyawan yang melihat pun menjerit karena teriakan Dan serta tamparan keras Evin ke pipi Dan.

"Dan, Dan...." teriak si penelpon.

Belum sempat Dan menghindar, Evin langsung mencekik leher Dan.

"Ini ga bisa didiamkan. Bisa mati konyol kalau kayak gini caranya." ujar Dan dalam hati. Suara si penelpon yang sedari tadi meneriakinya pun tak digubris oleh Dan.

Dan pun memegang tangan Evin yang sedari tadi mencecik lehernya sambil membacakan Surat An Nas sebanyak tiga kali dihadapan Evin. Setelah membaca Surat An Nas, Dan membaca Surat Al Ikhlas sebanyak tiga kali.

"Dan, biar saya yang pegang!" teriak Umar tiba-tiba yang kemudian memegang tangan Evin. "Kamu tetap disitu, bantu saya."

Dan hanya menggangguk mengiyakan permintaan Umar karena dia sendiri masih harus mengatur nafasnya akibat cekikan Evin tadi. Umar mulai membacakan do'a yang Dan sendiri tidak dapat mendengarnya. Umar mulai kewalahan saat Evin mulai berontak dan mulai memecahkan beberapa pajangan di tembok kantor. Dan memeluk Evin dari belakang, dipegangnya kedua tangan Evin agar tidak memberontak. Umar memegang kedua kaki Evin agar tidak menendang-nendang kembali.

Terbesit rasa cemburu di hati Tina dan Tiva karena melihat Dan memeluk Evin.

Dan mulai membaca kembali Surat An Nas dan Surat Al Ikhlas masing-masing sebanyak tiga kali. Didekatkannya bibir Dan pada telinga Evin lalu Dan berbisik, "Evin, ini Dan. Abang ga mau Evin seperti ini. Katanya Evin sayang sama abang, tapi kok Evin malah menyakiti abang? Ayo Evin."

"Aku bukan Evin, bang. Aku Nila, aku yang selalu bersama Evin. Aku suka sama abang, sama seperti Evin suka sama abang, tapi abang ga suka sama aku. Aku kesel sama abang. Saya Hasto, pegangannya ayahnya Evin. Saya tidak suka sama kamu. Dari awal bertemu saya sudah tidak suka sama kamu. Jadi biarkan saya disini." ujar beberapa Evin.

"Kalau Nila suka sama abang, Nila jangan seperti ini ya. Nila keluar aja. Jaga Evin disamping. Bukan dengan masuk." Dan mulai menghela nafas.

"Om Hasto, kalau mau jaga Evin, diluar aja, jangan didalam situ. Saya tahu om tidak suka sama saya. Tapi saya tidak pernah menyakiti Evin sama sekali."

"Kamu tidak pernah menyakiti Evin? Kamu tidak mau jadi pacarnya itu bukannya menyakiti hatinya ya?"

Umar menghela nafas panjang setelah mendengar percakapan Dan dengan yang merasuki Evin. "Hasto, ngapain sih lo disitu terus? Biar aja kenapa sih Evin mandiri. Benar kata Dan, kalau lo mau jagain Evin, diluar, bukan didalam. Dan lo ga perlu nyakitin orang lain seperti ini. Evin itu suka sama Dan."

Hasto adalah adik kandung Umar, paman dari Evin. Dia sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.

"Bos, udahan ngobrolnya." ujar Dan pada Umar. Dan mulai melantunkan do'a yang dia ingat sambil menekan salah satu bagian di kaki kanan Evin.

Evin kembali berontak, kali ini tangan kanannya berhasil terlepas dari genggaman tangan Dan.

Buukk...

Sebuah pukulan keras mendarat di wajah Dan, tepat mengenai hidungnya. Darah segar menetes dari hidung Dan. Tina ingin melangkah mendekati Dan, tapi dilarang oleh Dan. "Minta tisu aja." ujar Dan pada Tina tanpa suara. Tina melangkah sambil membawa tisu. "Tunggu sebentar." ujarnya kembali, masih tanpa suara.

"Bos, bikin pingsan dulu sebentar." pinta Dan pada Umar.

Umar pun mengikuti permintaan Dan. Seketika Evin langsung pingsan.

"Mana, Tin. Tapi jangan sampai menyentuh tangan abang ya. Abang ga mau ada yang pindah ke siapa pun." pinta Dan pada Tina. Tina memberikan tisu tersebut tanpa menyentuh tangan Dan sedikit pun.

"Lanjut, bos. Tapi gantian ya. Udah ga enak nih."

"Sip."

Umar kembali melanjutkan apa yang sebelumnya dia lakukan. Satu jam kemudian, Evin tersadar dari pingsannya.

"Bang, abang ga apa-apa?" tanya Evin khawatir setelah melihat keadaan Dan.

Dan tersenyum manis pada Evin, "Abang ga apa-apa, Vin."

"Abang jangan bohong deh. Abang diapain sama Evin?" mendadak Evin menjadi manis, tidak seperti biasanya. Dia menyentuh wajah Dan.

"Kak, itu kenapa Evin jadi aneh gitu ya?" tanya Tiva pada Tina.

Tina tidak mendengar apa yang Tiva tanyakan, karena Tina terlihat kesal dengan apa yang dilakukan Evin pada Dan.

"Kak." ujar Tiva sambil menyenggol lengan Tina.

"Eh kenapa, Tiv?"

"Kak Tina cemburu ya?"

"Iya lah, kak Tina cemburu. Seumur-umur kakak ga pernah dipeluk sama abang. Kok ini Evin yang jahatnya minta ampun ke abang, malah dipeluk sama abang."

Tina dan Tiva kembali memandangi Dan.

"Bang, ini hidung kenapa?"

"Ya gara-gara lo, Vin!" seru Tina karena kesal.

Tiba-tiba Evin melangkah mendekati Tina sambil mengeluarkan hape yang ada disaku celananya.

Perasaan Dan tidak enak saat Evin mengeluarkan hape itu dari sakunya. Dan menyusul Evin mendekati Tina.

Evin hendak menempelkan hape yang dipegangnya ke tubuh Tina, akan tetapi Dan langsung mengarahkan tubuhnya ke hape itu lalu memeluk Evin. Dan langsung jatuh seketika, masih dalam pelukan Evin. Evin langsung terdiam saat Dan pingsan tepat dipelukannya.

*****


tbc

Hai, gaes

Terima kasih banyak karena masih setia menunggu. Maaf hanya sedikit. Insya Allah, next part lebih banyak. Next part secepatnya dipublish. Semoga kalian tidak lelah menunggu. Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya, vote dan komen adalah penyemangat author.

Sekali lagi terima kasih banyak.

^_^


TIVA (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang