Episode 2

66 4 0
                                    


"Drett," alarm di hp Minna bergerar. Sekarang sudah menunjukkan pukul 6.30.

"Astaga!" seru Minna karena terkejut ketika melihat alarmnya."Gue salah masang alarm!" Tanpa ba-bi-bu, Minna langsung beranjak dari kasur dan masuk ke kamar mandi untuk melakukan ritualnya.

Setelah mandi, Ia langsung sarapan bersama Ayah, Mama, Kakak, dan Adeknya dengan terburu-buru.

"Gak usah buru-buru gitu, nanti kamu keselek," ucap Ibu Minna, Anna sambil mengoleskan selai ke roti tawarnya.

Setelah sarapan, Minna langsung menuju mobilnya dan berangkat bersama kakaknya, Tara. Sudah pukul 6.45, yang berarti 15 menit lagi harus sudah sampai di sekolah. Yang namanya Jakarta, pasti sekitar jam segitu ramai.  Banyak orang yang sedang berangkat kerja atau sekolah. Minna berdecak kesal. Yang ada di pikirannya adalah, Ia masih anak baru di sekolah Indonesia Jaya. Tetapi baru dua hari sekolah sudah telat dan mendapat hukuman? itu sangat memalukan bagi Minna.

Sudah 15 menit berlalu, akhirnya Minna sampai di sekolah. Bertepatan dengan bel sekolah pertanda masuk kelas berbunyi. Ia langsung menyalami kakaknya dan berjalan menuju kelasnya. Ia menaruh tasnya di samping meja dan duduk kursi dengan napas lega.

Ia melihat ke loker meja miliknya, di lihatnya cokelat dan amplop berwarna pink di situ.

'ini dari siapa?'

Batin Minna. Tanpa ragu-ragu, ia langsung membuka amplop itu dan langsung melihat kertas yang bertuliskan tulisan yang sangat rapi.

Dear Minna.

Aku melihat gadis cantik yang baru saja bertemu denganku kemarin. Ya, yang pasti gadis itu adalah kamu. Bidadari tak bersayap yang mendatangiku. Yang telah mencuri hatiku. Yang telah membuat jantungku berdetak tak normal ketika melihatmu. Dan sepertinya ...

Aku mencintaimu.

Semoga kamu suka dengan cokelat yang aku berikan.

Tertanda,

Aldi.


Melihat nama yang tertera di surat bagian bawah, jantung Minna berdetak tak normal. Wajahnya memerah. Surat itu membuat Minna menjadi salah tingkah.

Ia melihat teman-temannya yang baru saja masuk ke dalam kelas. Iapun menyembunyikan surat dan cokelat yang berada di tangan kanannya.

"Kenapa Min?" Tanya Alya sambil menghampiri Minna.

"Gue jelasin nanti. Tuh, Bu Siska udah masuk." Ucap Minna sambil menunjuk Bu Siska, sang guru Fisika yang baru saja masuk ke dalam kelas. Di ikuti oleh dua orang yaitu, Aldi dan Randi yang mungkin baru saja selesai bermain dengan teman dari kelas sebelah.

Minna menoleh menatap Aldi. Aldi juga menatap Minna. Minna menunduk. Wajahnya memerah. Randi melihat Minna yang sepertinya sudah membaca surat dari ... Randi. Ia menatap Aldi yang senyum-senyum sendiri ketika melihat Minna. Randi merasa lega atas apa yang ia lakukan. Tapi, di balik itu, sepertinya hatinya sedikit sakit. Ia seperti ... ya, begitulah mungkin patah hati.

- - - -

Bel istirahat telah berbunyi, semua murid berhamburan keluar kelas untuk menuju ke kantin. Kecuali Minna, Alya dan Febi. Karena ingin membahas tentang tadi pagi.

"Lo tadi pagi kenapa?" Tanya Alya.

"Aldi ngasih gue cokelat." Bisik Minna karena takut akan ada orang di luar kelas yang sedang menguping.

"APA?!" Ucap Alya dan Febi serempak. "Mana cokelatnya? ada suratnya gak?"

"Ada, nih," Jawab Minna sambil menyerahkan cokelat dan surat yang di berikan oleh Aldi.

"Beruntung banget!" Seru Febi.

" Secara nih, ya. Aldi itu terkenal murid teladan di sekolah ini, banyak cewek yang suka sama dia. Apalagi dia itu tinggi, tajir, ganteng." Cerocos Alya sambil mengambil cokelat yang di beri Minna dan di buka.

Febi membuka amplop berwarna pink dan membaca. "Aaa, romantis banget! udah ada kode nih," Kata Febi sambil memegang pipinya.

"Kode apaan?" Tanya Minna bingung. Ia sama sekali tak mengerti apa yang di katakan oleh Febi.

"Iya, kode. Kode kalau nanti mungkin lo bakal di tembak." Ucap Febi tanpa ragu-ragu.

Pipi Minna memerah. Jantungnya berdegup kencang."Masa sih?" Tanya Minna tak percaya. Febi mengangguk.

"Btw, lo juga suka gak sama Aldi?" Tanya Alya setelah melihat surat yang di beri Aldi.

Minna mengangguk pelan."Tapi," Minna menggantungkan kalimatnya. "Gue juga suka sama satu orang lagi,"

"Siapa? siapa?" Tanya Febi dan Alya penasaran.

"Randi."

- - - - -

Bel pulang sekolah telah berbunyi. Aldi langsung pulang karena hari ini tak ada rapat OSIS. Ia melihat Minna yang sedang berjalan bersama Alya dan Febi.

"Min!" Seru Aldi sambil menghampiri Minna.

"Kenapa?" Tanya Minna.

"Pulang bareng yuk!" Ajak Aldi. Minna mengangguk. Entah mengapa, Ia tidak bisa menolak ajakan Aldi.

"Ehm," Ledek Febi dan Alya sambil menyenggol tangan Minna.

"Y-ya udah, gue duluan ya," Minna mengikuti Aldi yang sedang mengenggam tangannya. Mereka mengangguk dan menggoda Minna. Minna menatap mereka jengkel. Dan, Randi hanya bisa melihat kejadian itu dengan hati yang sakit.

Minna menaiki motor ninja Aldi yang tinggi. Ia memakai helm berwarna cokelat yang di berikan oleh Aldi.

Di perjalanan, Aldi dan Minna saling diam. Minna menatap Aldi lewat kaca spion motor. Aldi juga menatap Minna. Mereka saling menatap selama 3 detik. Minna menunduk. Menyembunyikan pipinya yang memerah.

Selama 15 menit, akhirnya Minna sampai di depan rumahnya. "Gue turun di sini." Ucap Minna dan langsung turun dari motor merah Aldi. "Makasih, ya." Ia melepaskan helm dari kepalanya.

Aldi mengangguk. Minnapun masuk ke dalam rumah dan di sambut oleh satpam yang berjaga. Setelah melihat Minna masuk, Aldi langsung pulang menuju rumahnya. Minna sadar, ternyata Aldi ingin melihat Ia masuk terlebih dahulu, baru setelah itu beranjak pergi. Melihat kelakuan Aldi, Minna tersenyum dan menyembunyikan pipinya yang memerah.

-

a/n:

Yey selesai!

kalian pilih mana?

tim Randi?

tim Aldi?

oh ya, kalau misalkan ada typo bilang aja ya. Aku baru pemula:)


SegitigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang