"Minna!" teriakan itu terdengar oleh Minna dari ujung koridor kelas XI.Minna berhenti melangkah kan kaki dan berbalik menatap Aldi yang mengejarnya. Mengerutkan dahi, bingung.
"Kenapa?" Tanya Minna.
"Jawaban lo." Minna semakin bingung di buatnya. "Maksud gue, jawaban lo apa? Mau gak jadi pacar gue?"
Minna menepuk dahinya. Bisa-bisanya dia lupa kalau Aldi--cowok populer di sekolah telah menembaknya.
"Oh, iya gue lupa," ucapnya. "Jawaban gue....Iya, gue mau."
Tiga kata terakhir mampu membuat Aldi seperti melayang. Iya menghela napas lega.
"Yaudah, mulai hari ini, kita jadian. Deal?"
"Deal."
Mereka berpegangan tangan menuju kelas dengan senyum bahagia. Beberapa siswa dan siswi menatap mereka bingung, ada juga yang menatap iri.
Kring!!
Bel masuk kelas berbunyi nyaring di sepanjang koridor sekolah. Semua murid berhamburan memasuki kelasnya masing-masing.
Randi memasuki kelas dan menatap Aldi bingung. Mengapa temannya yang satu ini senyum-senyum sendiri? Apa dia sudah gila?
"Woy!" Ucap Randi sambil menepuk bahu Aldi. "Kok lo senyum-senyum sendiri sih? Kayak orang gila tau gak!"
"Ye...enak aja. Gue ini tuh habis--"
Ucapan Aldi terpotong karena melihat Bu Tirna sudah datang di kelas. Randi mengernyit bingung. Kalau saja Bu Tirna tidak datang, pasti Randi tau penyebab Aldi senyum-senyum sendiri layaknya orgil.
- - - -
"Minna!" Minna yang sedang duduk di halte menoleh ke asal suara. Sejak sepuluh menit yang lalu, bel pulang sekolah sudah berbunyi. Dan sekarang Minna sedang menunggu angkot menjemputnya.
"Kenapa, Di?" Tanya Minna pada Aldi. Cowok itu masih mengatur napasnya yang tergesa-gesa karena tadi berlari-lari mengejar Minna.
"Jalan bareng yuk!" Ajak Aldi.
"Ngapain?"
Cewek yang satu ini memang tidak peka. Sudah jelas Aldi ingin mengajak Minna merayakan hari jadian mereka, tetapi tetap saja Minna tidak menyadarinya.
"Hmm, ke mal mau gak? Makan sama nobar."
Minna berpikir sejenak sebelum memberi jawaban. Hari ini ia tidak ada kegiatan termasuk GYM. Jadi mungkin ia bisa bermain sebentar dengan Aldi.
"Oke, gue ikut." Minna mengangguk-anggukan kepalanya semangat. Mengambil alih tangan kanan Aldi dan berjalan bersama menuju motor ninja lelaki yang di peganginya itu.
Di perjalanan, hanya ada keheningan. Tidak ada satupun yang berucap. Dan akhirnya, mereka sampai di salah satu mal terbesar di Jakarta.
"Sampai!" ucap Aldi setelah mematikan mesin motor. Ia membuka helm lalu turun bersamaan dengan Minna. Mengernyit bingung ketika melihat Minna yang sepertinya sedang memikirkan sesuatu.
Randi.
Kenapa nama itu tiba-tiba ada di benak Minna? Padahal ia sudah berusaha melupakannya dan bersenang-senang dengan Aldi. Tetapi nama itu muncul ketika ia bersama Aldi. Apa keputusan Minna salah?
"Kenapa, Minna?"
Sontak lamunan Minna buyar mendengar suara Aldi. Ia kembali ke alam sadar dan hanya menggelengkan kepala.
"Ga papa."
Aldi mengernyit bingung. Sudah jelas Minna tadi sedang memikirkan sesuatu, tetapi hanya di balas dengan satu kata yang tak berhasil membuat Aldi mengerti. Namun, ia tidak ingin memikirkan itu, prioritas utamanya sekarang ialah; merayakan hari jadiannya dengan Minna.
"Yuk!" ajak Aldi lalu menarik tangan Minna memasuki mal terbesar di Jakarta itu.
"Mau beli apa?" tanya Aldi ketika melihat Minna yang sedang menatap sesuatu.
"Itu, tapi gue gak punya cukup uang." Minna menunjuk ke arah bola basket yang berada di salah satu toko sport. Memang dari dulu ia ingin sekali membeli bola itu, karena bola basket lamanya sudah bolong dan kusut, jadi ia berminat untuk membeli lagi.
Aldi mengernyit. Cewek cantik nan tinggi ini menyukai olahraga? Apa Minna tomboy?
"Lo suka bola?" tanya Aldi berusaha memastikan.
Minna mengangguk. "Suka banget malah. Selain basket, gue juga suka voli, futsal, sepak bola, banyak deh!"
Aldi mengernyit tak suka. Ia memang tidak menyukai perempuan yang tomboy, maka dari itu ia tidak suka kelakuan Minna.
"Daripada main bola, mendingan gue beliin boneka. Mau?" tanya Aldi berusaha tenang.
Minna menggeleng. "Gue gak suka yang kecewek-an. Lebih suka olahraga kayak GYM dll."
"Minna, lo tomboy?" tanya Aldi walaupun sudah jelas tau apa jawabannya.
"Bisa di bilang, iya." Ucap Minna sambil manggut-manggut. Aldi menatap Minna sebal. Ia memilih cewek yang salah.
- - - -
Note:
Segini dulu ya, manteman. Next part!
Jangan lupa vommet-nya ❤

KAMU SEDANG MEMBACA
Segitiga
Fiksi RemajaRandi, cowok yang belum pernah ngerasain jatuh cinta. Akhirnya menemukan orang yang di cintainya. Minna Anak baru yang datang dari Bogor. Perempuan pertama yang membuat Randi jatuh cinta. Tetapi, Aldi. Sahabatnya juga mencintai Minna. Randi tidak i...