Episode 3

48 5 0
                                    

Terdengar suara tetesan air hujan di halaman rumah Minna. Sekarang Minna sedang duduk bersila di atas kasurnya sambil memandangi surat yang di berikan oleh Aldi. Ia sudah membaca surat itu berkali-kali. Tidak pernah bosan. Dan selalu senyum-senyum saat di baca ulang.

Terdengar suara ketukan pintu dari luar, membuat Minna beralih menatap pintu kamarnya. "Mama boleh masuk?" tanya seorang dari luar pintu. Ternyata orang yang mengetuk pintu kamarnya adalah mama Minna, Karin.

"Masuk aja Ma, gak di kunci kok," Jawab Minna.

Karinpun membuka pintu kamar tersebut dan mendapati anaknya sedang memegang sebuah kertas berwarna putih. "Apa itu?" tanya Karin sambil menuju ke arah Minna.

Minna langsung menyembunyikan kertas itu dari genggamannya. "B-bukan apa-apa kok Ma." Jawab Minna ragu, membuat Karin semakin penasaran.

"Hayoo, udah pacaran ya? kenalin ke Mama dong.." Goda Karin membuat pipi Minna memerah. "Atau jangan-jangan baru di tembak? trus kamu trima gak? siapa yang nembak?" goda Karin lagi. Dan berhasil membuat muka Minna menjadi merah padam.

"Ih, Mama apaan sih? bukan kok. Ini cuma surat dari Aldi doang." Ucap Minna kelepasan. Gawat! Minna langsung menutup mulutnya menggunakan kedua
tangannya.

Karin yang mendengar perkataan anaknya menjadi senyum-senyum gak jelas dan duduk di samping anaknya. "Oh, lagi pedekate nih," Goda Karin lagi. "Tadi siapa? Aldi? nanti kenalin ke Mama dong.." Karin terdiam sejenak, memikirkan sesuatu. "Oh! tadi yang nganter kamu tuh Aldi?" Minna terdiam. Ia langsung menarik selimutnya dan terpejam dalam diam. Tidak mempedulikan Mamanya yang terus-terusan menggodanya.

"Yah, Mama di diemin deh," Ucap Karin. "Ya udah, Mama keluar dulu ya, oyasuminasai, ne Minna-chan" Ucap Karin sambil mengelus rambut anaknya penuh sayang yang sudah tertidur lelap. Iapun beranjak dari kasur dan menuju ke ambang pintu. Mematikan lampu dan keluar dengan hati-hati. Takut kalau gadisnya akan terbangun dari alam mimpi.

Oh iya, keluarga Minna memang ada keturunan Jepangnya. Kakek dari mamanya, Taneki adalah orang jepang. Kakeknya sekarang tinggal bersama Nenek dan beberapa Omnya di Nagasaki. Jadi, terkadang keluarganya suka berbicara berbahasa Jepang. Nama Minna adalah nama pemberian dari kakeknya, yang artinya 'semua'. Minna juga tidak tau apa alasan kakeknya memberikan nama itu, yang menurut orang jepang mungkin terdengar aneh.

- - - -

Pagi ini cuaca di Jakarta cerah, terlihat ada pelangi cantik yang menghiasi langit. Kebetulan, hujan ringan di Jakarta baru saja reda.

Minna berangkat menuju sekolahnya dengan menaiki motornya. Sesampainya di sekolah, Ia melihat Alya dan Febi yang sedang berjalan menuju gerbang sekolah. Minnapun langsung menghampiri mereka berdua.

"Tungguin dong!" seru Minna sambil berlari kecil mengejar mereka.

"Pagi," Sambut Febi sambil tersenyum tipis.

"Tumben lo sopan ke gue, biasanya gak ada sopan-sopannya." Ucap Minna.

"Bukannya di bales salamnya malah ngomong kek gitu,"

"yodah, pagi Febi cantikk," Ucap Minna tak ikhlas. Febi nyengir ketika mendapatkan tambahan kata 'cantik' di akhir kata. " Ayo, masuk yuk! gue belum ngerjain PR dari Pak Qomar nih," Ajak Minna sambil merangkul kedua temannya. Febi dan Alya hanya bisa mengikuti langkah Minna yang sangat cepat.

Pak Qomar adalah guru Fisika yang galaknya na'uzubillah, kalau tidak mengerjakan PR, yang ada Minna akan kena marah dan di beri PR tambahan atau hukuman. Sebenarnya Minna tau berita kalau Pak Qomar killer tuh dari teman-temannya. Karena Pak Qamar yang sudah sering sekali menghukum murid-murid, Ia menjadi bahan gosip cewek-cewek di SMA Indonesia Jaya. Entah kenapa, Minna juga bingung, selera cewek-cewek di sekolahnya itu gimana sih? sampai bapak-bapak berjenggot saja menjadi bahan gosip ter-hot di sekolahnya.

Sesampainya di kelas, suasananya sangat ribut. Banyak murid-murid yang tidak mengerjakan PR yang sedang mencontek jawaban dari murid teladan seperti Randi, Aldi dan Naya.

Tadinya Minna berniat untuk meminta jawaban dari Naya, tapi cewek itu sudah di kerumuni banyak cowok untuk di contek jawaban dari PR-nya.
Jadi, Ia beralih menuju Randi yang gak kalah ramainya. Randi sudah di kerumuni cewek-cewek untuk di contek jawabannya. Sekilas, Minna melihat tulisan Randi. Tulisannya sangat rapi dan sangat jelas. Tidak begitu kecil, dan tidak begitu besar. Tulisan itu mirip seperti tulisan yang ada di surat pemberian Aldi.

Kemudian, Iapun beralih menuju bangku Aldi. Kebetulan, di tempat Aldi tidak begitu ramai, jadi Ia langsung mencontek jawaban dari Aldi. Di lihatnya, tulisan Aldi yang 99,99% berbeda dari yang tertulis di surat. Bahkan, jika di bandingkan dengan tulisan Randi, tulisan Randilah yang paling mirip dengan tulisan yang ada di suratnya itu. Bukannya menghina, tetapi tulisan Aldi lebih terlihat seperti ceker ayam, makanya hanya sedikit orang yang mencontek jawaban dari Aldi.

- - - -

"Drrt" dering hp Minna bergetar, tanda adanya sebuah pesan baru. Di lihatnya layar hp tersebut. New messege from Aldi. Kira-kira seperti itu tulisan yang tertera di layar hp Minna. Minnapun langsung membuka pesan tersebut dan membacanya;

Besok lo ada urusan gak? kalo gak ada malming bareng yuk!

Minna tertegun melihat pesan tersebut. Tak bisa berkata-kata. Tidak lama setelah membaca pesan dari Aldi, hp Minna bergetar lagi. Bukan pesan dari Aldi, tetapi ada nomor tak di kenal yang mengirim pesan kepadanya. Iapun langsung membuka pesan tersebut.

Besok lo ada urusan gak? jalan bareng yuk. Randi.

"Uhuk," Minna langsung tersedak dari jus jeruk yang sedang Ia minum ketika melihat pesan tersebut. "Randi dapet nomer gue dari mana?" batin Minna. Sekarang sedang waktunya istirahat. Minna, Alya dan Febi sedang menikmati makanannya masing-masing di meja kantin.

"Kenapa Min?" ucap alya sambil memotong batagor yang Ia pesan.

"Kalau lo dapat ajakan dari dua orang dengan waktu yang bersamaan, lo lebih milih ajakan orang yang pertama ngajak atau orang kedua?" tanya Minna tiba-tiba. Membuat Alya dan Febi menjadi bingung.

"Yang pertamalah," ucap Alya sambil menusuk batagornya dengan garpu logam yang di pegangnya. "Yang pertama kan yang ngajak duluan, jadi ya, siapa cepat, dia dapat."

Minna mengangguk dan kembali menatap layar hpnya.

"Feb, Minna kenapa sih?" tanya Alya ke Febi sambil berbisik.

"Gak tau." Febi menggelengkan kepalanya dan melanjutkan makan makanan favoritnya di sekolah, mie ayam buatan Mbak Rinda.

Minna membalas pesan dari Randi.

Maaf Ran, gue gak bisa . Ada urusan.

Dan Minnapun beralih ke kontak Aldi dan membalas pesan.

Ayo, jam berapa? kebetulan gue gak ada urusan.

- - - -

a/n :

Makasih banget buat 117 viewrsnya. Tolong di kasing bintangnya dong... Bantuin aku ya...

Gak maksa kok. Yang mau aja

SegitigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang