Episode 5

40 5 5
                                    


"RANDI!!"

Teriakan Reni terdengar keras di telinga Randi. Membuat lelaki itu mau tak mau membuka matanya perlahan.

"Kenapa sih, Kak? lagi tidur juga." Ucap Randi sambil kembali menarik selimutnya dan memejamkan mata. Lagi.

"BANGUN! Papa dateng!"

Mendengar kata 'Papa', Randi langsung bangun dan menuju lantai bawah.

Memang, Randi tampak bersemangat. Karena, ia jarang sekali bertemu dengan sosok Papanya. Papa Randi itu bekerja di Berlin, dan jarang sekali datang ke rumah. Paling-paling hanya satu atau dua kali dalam setahun ia pulang. Jadi jangan tanya, kangennya Randi itu sebesar apa.

"PAPA!!"

Teriak Randi dari lantai atas ketika melihat Papanya yang sedang duduk di sofa sambil meminum secangkir kopi. Tak lama kemudian, Randipun langsung menuju lantai bawah dan memeluk sosok Ayahnya dengan hangat.

"Randi kangen banget!" Randi mempererat pelukannya.

"Iya,iya. Papa juga kangen banget sama Randi." Bayu, Papa Randipun mengecup kening anaknya dan mengusap rambutnya dengan hangat.

"Papa sampai kapan liburnya?" tanya Randi.

"Dua minggu, nak."

Dua minggu? bersama papa di tahun ini hanya selama dua minggu? Batin Randi mengatakan.

"Gak apa-apa Ran. Nanti kalo kamu libur, kamu boleh pergi ke Berlin buat ketemu Papa." Ucap Bayu ketika melihat anaknya itu mengembungkan pipi.

"Bener?!" tanya Randi antusias. Bayupun hanya mengangguk.

"Yee, giliran ada Papanya aja langsung bangun!" ucap Reni sambil berjalan menuju Papanya.

"Apa sih, Kak! nyindir aja."

"Emang bener kok!"

Melihat kedua anaknya yang belum juga akur, Bayu hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Kalian ini, ya. Dari dulu gak akur-akur."

Randi dan Reni hanya bisa nyengir tak jelas.

"Pa," Panggil Randi setelah suasana kembali hening.

"Hm?"

"Lusa nanti, Randi bakal ada konser di sekolah. Papa nonton, ya?" tanya Randi antusias.

"Iya-iya, nanti papa tonton."

"Nanti gue juga ikut nonton ya, dek." Cerocos Reni.

"Emangnya lo gak kuliah?" tanya Randi.

"Ada sih, tapi siang. Jam 12"

Randi hanya mengangguk.

- - - - -

"Ran, sore nanti kita ke taman ya!"

Randi melihat layar ponselnya. Ada pesan masuk dari Aldi.

"Gue gak bisa. Ada Papa di rumah"

Balas Randi. Randi memang selalu menghabiskan waktu bersama Papanya ketika Papanya pulang. Tidak ingin pergi atau kemanapun kecuali bersama Papanya.

Memang, Randi itu kalau bersama Bayu terlihat sangat manja.

"Karena, jarang-jarang 'kan Randi ketemu Papa?" kata Randi ketika di tanya oleh Reni mengapa adiknya manja sekali ketika bersama Bayu. Dan Reni hanya bisa mengembuskan nafas kasar ketika mendengar jawaban itu.

"Yah, padahal gue mau ngomong sesuatu :("

Balasan dari Aldi membuat mata cowok itu membelalak. Ngomongin apa? memangnya kenapa? entah mengapa hati Randi sekarang gelisah. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.

Namun, ia tidak bertanya lagi kepada Aldi bahwa apa yang ingin di bicarakan. Ia memilih untuk latihan di kamar, dan membuat Kakaknya kebisingan.

- - - -

"Gimana,ya?"

Tanya Minna kepada kedua temannya; Alya dan Febi sambil mondar-mandir gak jelas di kamarnya.

"Haduh, Minna. Mendingan lo duduk dulu, tenang, baru pikirin baik-baik." Saran Alya.

Minna memang dari kemarin tidak bisa tenang. Mendengar kalimat terakhir Aldi yang di ucapkan. Ia jadi resah. Di terima atau tidak? hatinya mengatakan bahwa, terima saja Aldi menjadi pacarnya. Tetapi di sisi hati yang lain, juga mengatakan tidak.

"Meundingan nieh, yaw. Lo ituw liat duluw, kalow Aldienyaw ngomongnyaw tuh tuluse, lo terimaw. Tapie yaw kalou nggak tulus, nggak usah di terimaw." Ucap Febi sambil memakan Pie susu kesukaannya.

"Ih, Febi. Lo tuh ngomong apaan sih? yang bener dong!" protes Alya sambil melemparkan bantal ke arah Febi. "Gini ya, Min. Mendingan, lo liat dulu. Si Aldinya ngomong serius atau nggak? kalo serius ya lo terima aja, dan lupain Randi. Tapi kalo nggak serius, ya...Gak usah di terima."

Minna hanya bisa manggut-manggut.

"TADI GUE JUGA NGOMONG GITU ALAY!!!" protes Febi sambil melemperkan kembali bantal yang tadi di lempar oleh Alya.

"Hehe, habis lo ngomongnya gak jelas, sih." Balas Alya sambil menggaruk-garukan kepala. "Jadi, gimana?" Pandangan Alya beralih ke Minna.

"Kalo gue liat sih.. Aldi ngomong serius," Ucap Minna. "Mungkin gue bakal jadian sama dia, dan bakal ngelupain Randi."

"Nah, gitu dong! biar Randi buat gue aja! hehe, canda." Cerocos Febi.


SegitigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang